Oleh: Muhammad Nuh
“Orang yang dalam dadanya tidak ada sedikit pun dari Alquran, ibarat rumah yang bobrok.” (HR. At-Tirmidzi)
Maha
Bijaksana Allah swt. yang menciptakan kehidupan dengan segala
kelengkapannya. Laut yang luas dengan segala kandungannya. Langit yang
biru dengan gemerlap hiasan bintang-bintangnya. Dan kehidupan manusia
dengan kelengkapan aturan dan rambu-rambunya.
Berdekat-dekatlah
dengan Al-Quran, hati akan memperoleh kesegaran. Hati sebenarnya mirip
dengan tanaman. Ia bisa segar, layu, dan kering. Karena itu, hati butuh
sesuatu yang bisa menyuburkan: siraman air yang menyejukkan, kehangatan
matahari yang menguatkan, dan tanah gembur yang banyak makanan.
Untuk
hati, siraman air adalah cahaya Al-Quran, kehangatan matahari adalah
nasihat, dan tanah gembur merupakan lingkungan yang baik. Hati yang
selalu dekat dengan Al-Quran bagaikan tanaman yang tumbuh di sekitar
mata air nan jernih. Ia akan tumbuh subur dan kokoh.
Dari
Abu Hurairah ra., Rasulullah saw. bersabda, “Tidaklah suatu kaum
berkumpul di salah satu rumah-rumah Allah untuk melantunkan ayat-ayat
suci Al-Quran dan mempelajarinya, melainkan akan turun kepada mereka
ketenangan, dilingkupi pada diri mereka rahmat, dilingkari para
malaikat, dan Allah pun akan menyebut (memuji) mereka pada makhluk yang
ada di dekat-Nya.” (HR. Muslim)
Berdekat-dekatlah
dengan Al-Quran, pandangan akan menemukan kejernihan. Secanggih apa pun
sebuah gagasan, pemikiran; selama tidak bersandar pada Al-Quran, selama
tidak dibimbing Al-Quran, hanya akan berkutat pada persoalan teknis.
Bukan sesuatu yang ideal. Hanya akan berkutat pada materi dan materi.
Itulah
yang diraih peradaban Barat saat ini. Sekilas kehidupan masyarakatnya
seperti makmur sejahtera, padahal nilai-nilai sosial di sana sudah
luntur. Idealita hidup menjadi begitu dangkal. Nilai hidup dan
kemanusiaan menjadi tidak begitu dihargai.
Begitu
pun ketika umat Islam berjarak dengan Al-Quran. Semakin jauh, pola
pikir akan terjebak pada persoalan materi. Masalah yang muncul tidak
pernah terselesaikan. Karena gagasan tidak mampu menyentuh persoalan
inti, cuma berkutat pada yang kulit.
Krisis bangsa ini
ada pada sisi moral. Dan itu ada dalam jiwa manusia. Upaya perubahan
tidak akan punya arti jika tanpa ada pembenahan pada jiwa manusia. Allah
swt. berfirman, “…Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehinga mereka mengubah keadaan yang ada pada jiwa mereka sendiri….” (Ar-Ra’du: 11)
Berdekat-dekat
dengan Al-Quran akan menyegarkan jiwa. Segala syahwat buruk yang
melahirkan emosi jahat bisa terkikis. Pandangan pun akan menjadi jernih.
Maha Suci Allah dalam firman-Nya, “Dan Kami turunkan dari Alquran
suatu yang menjadi obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman, dan
Alquran itu tidaklah menambah kepada orang-orang zalim selain kerugian.” (Al-Isra’: 82)
Berdekat-dekatlah
dengan Al-Quran, langkah akan mendapat bimbingan. Siapa pun kita, tetap
tidak bisa keluar dari sifat sebagai manusia. Kadang melangkah dengan
semestinya, kadang juga tersasar. Inilah di antara kelemahan manusia
yang tidak bisa menentukan dengan kemampuan dirinya: mana jalan yang
benar, dan mana yang tidak. Ia butuh bimbingan.
Hati
yang segar dan pemikiran yang jernih akan menggiring langkah ke jalan
yang lurus. Khusus mereka yang selalu dekat dengan Al-Quran, jalan
kehidupan seperti dilengkapi rambu-rambu. Begitu jelas.
Kalaupun
ia tersasar karena sifat manusianya, akan ada rasa tidak nyaman.
Firasat imannya seperti memberikan sinyal. Bisa dalam bentuk
kegelisahan, keraguan, dan sebagainya. Ia tidak lagi butuh teguran
apalagi hukuman. Cukup dengan isyarat dari Allah swt., kesadaran pun
kembali segar.
“Hai orang-orang yang beriman
bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah
memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya
yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni kamu. Dan
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Hadiid: 28)
Berdekat-dekatlah
dengan Al-Quran, kita tidak akan pernah sendirian. Keimanan dalam hati
seseorang bisa terang, bisa juga redup. Ketika redup itulah, seorang
mukmin seperti dalam kesendirian. Ada ketakutan, putus asa,
ketidakmampuan, dan sejenisnya. Dunia seperti hutan lebat tanpa seorang
pun di sana, kecuali dia seorang. Ia sangat butuh teman.
Seorang
mukmin yang membaca Al-Quran, ia seperti sedang berdialog dengan
seorang teman sejati. Yang siap menunjukkan yang salah dan yang benar.
Ia menuntun sang teman kepada jalan yang baik, penuh kebahagiaan dan
keselamatan.
Rasulullah saw. mengatakan, “Siapa yang
ingin berdialog dengan Rabbnya, maka hendaklah dia membaca Al-Quran.”
(HR. Adailami dan Al-Baihaqi)
Kini semua pilihan
terhampar. Petunjuk dan rambu-rambu pun sudah diberikan. Tinggal kita
yang harus menentukan: memilih jalan bersama Al-Quran, atau tidak. Maha
Benar Allah dalam firman-Nya, “…maka barangsiapa yang ingin (beriman)
hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia
kafir….” (Al-Kahfi: 29)
Sumber : http://www.dakwatuna.com/2007/berdekat-dekatlah-dengan-al-quran/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar