Konon, si janin kena sawan bangkai alias sawan mayat.
Pucat. Seperti bunga yang layu. Mitos yang satu ini masih menyertai
keseharian warga. Seperti dituturkan ibu Suti yang tinggal di Jakarta
Utara. Ketika tetangga seberang jalan rumahnya meninggal, tetangga kiri
kanan sudah melarang untuk melayat.
"Bu, jangan melayat. Ibu lagi hamil. Nanti kena sawan bangkai" kata mereka.
Ibu
Suti pun mengurungkan niatnya. la tidak mau dihantui ketakutan. Hingga
apa yang disebarkan dalam mitos itu menjadi nyata. Lain pula dengan
kisah Ningrum. Ketika ada temannya yang lagi hamil meminta saran, apa
yang harus dilakukannya. la ingin melayat, tapi teman-temannya melarang.
Alasannya sama. Sawan bangkai. Nanti anaknya akan terlahir kurus kering.
Ningrum
mengatakan kepada temannya, bahwa itu hanyalah mitos. Dalam Islam tidak
ada keyakinan seperti itu. "Kalau kamu ragu-ragu, jangan melayat. Tapi
kalau kamu yakin tidak akan terjadi apa-apa, pada janinmu, melayatlah.
Lawan mitos itu."
Temannya pun melayat. Setelah lahir, anaknya tidak mengalami masalah apa-apa. dia lahir normal seperti bayi-bayi lainnya.
Boleh
saja ibu yang hamil tidak melayat, karena melayat itu hukumnya hanya
sunah. Tidak mencapai derajat wajib yang berdosa bila ditinggalkan.
Disunahkan berta'ziyah hingga tiga hari berdasarkan pada hadits riwayat
Ibnu Majah.
"Tak
seorang pun mukmin yang ta'ziyah kepada saudaranya yang tertimpa
musibah kecuali Allah akan memberinya pakaian kemuliaan di hari kiamat."
Meski demikian, bila seorang ibu hamil sampai ketakutan sedemikian rupa dan khawatir bila melayat akan menyebabkan anaknya kena sawan bangkai,
sebaiknya ia putuskan untuk tidak melayat. Karena beban psikologis
tersebut akan mempengaruhi pada perkembangan janin. Tapi kembali pada
alasan semula. Ketidakhadiran itu bukan karena mengikuti mitos, tapi
untuk menghindari madharat yang lebih besar.
Waspadalah! Waspadalah, jangan kotori akidah dengan debu-debu katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar