Jika terjebak dalam situasi ghibah, ingatkanlah mereka akan
kesalahannya. Jika tak mampu, setidaknya anda diam dan tak menanggapi
ghibah tersebut. Atau anda memilih hengkang dan ‘menyelamatkan diri’.
----------
Menggosip
adalah tindakan yang paling dibenci Allah. Tapi celakanya, kebiasaan
ini justru disukai banyak orang, baik di kantor, ditempat kerja atau
bahkan di rumah. Terurama kalangan ibu-ibu
Banyak hal yang
bergeser dan berubah dengan hadirnya pesawat televisi ke rumah kita,
terutama yang berkaitan dengan budaya dan akhlak. Salah satu yang jelas
terlihat yaitu pergeseran makna bergunjing atau menggosip.
Menggosip
adalah tindakan yang kurang terpuji yang celakanya, kebiasaan ini
seringkali dilekatkan pada sifat kaum wanita. Dulu, orang akan
tersinggung jika dikatakan tukang gosip. Seseorang yang ketahuan sedang
menggosip biasanya merasa malu. Namun, sekarang kesan buruk tentang
menggosip mungkin sudah mengalami pergeseran.
Beberapa
acara informasi kehidupan para artis atau selebritis yang dikemas dalam
bentuk paket hiburan atau infotainment dengan jelas-jelas menyebut kata
gosip sebagi bagian dari nama acaranya. Bahkan pada salah satu dari
acara tersebut pembawa acaranya menyebut dirinya atau menyapa
pemirsannya dengan istilah “biang gosip”. Mereka dengan bangganya
mengaku sebagai tukang gosip.
Saat ini hampir di setiap stasiun
televisi memiliki paket acara seperti di atas. Bahkan satu stasiun ada
yang memiliki lebih dari satu paket acara infotainment tersebut, dengan
jadwal tayangan ada yang mendapat porsi tiga kali seminggu. Hampir semua
isi acara sejenis itu, isinya adalah menyingkap kehidupan pribadi para
selebritis. Walhasil, pemirsa akan mengenal betul seluk beluk kehidupan
para artis, seolah diajak masuk ke dalam rumah bahkan kamar tidur para
artis..
Sepintas acara ini terkesan menghibur. Seorang ibu yang
kelelahan setelah menyelesaikan pekerjaan rumah tangganya mungkin akan
terasa terhibur dengan sajian-sajian sisi-sisi kehidupan pribadi
orang-orang terkenal. Apalagi kemasan acara yang semakin bervariasi ada
yang diselingi nyanyi, wawancara langsung dengan artis, daftar hari
ulang tahun para selebritis, dll. Namun jika kita cermati lebih jauh,
isinya kurang lebih adalah menggosip atau bergunjing.
Sejak awal
tahun 2002 ditandai dengan banyaknya artis yang pisah ranjang dan
bercerai. Peristiwa-peristiwa semacam ini merupakan sasaran empuk bagi
penyaji hiburan semacam ini. Pemirsa disuguhi sajian informasi yang
sarat dengan pergunjingan. Masing-masing pihak merasa benar dan tentu
saja menyalahkan pihak lainnya.
Menggosip yang merupakan tindakan
buruk, bisa tidak terasa lagi memiliki konotasi buruk jika
terus-menerus disosialisasikan dengan paket menarik pada televisi.
Menggosip akan terasa sebagai tindakan biasa dan lumrah dilakukan.
Menceritakan aib orang lain menjadi sesuatu yang tanpa beban kita
lakukan. Padahal jika kita cermati makna gosip -yang sama dengan ghibah-
barangkali kita akan merasa ngeri.
Ghibah dalam Islam
Ghibah
atau gosip merupakan sesuatu yang dilarang agama. “Apakah ghibah itu?”
Tanya seorang sahabat pada Rasulullah SAW. “Ghibah adalah memberitahu
kejelekan orang lain!” jawab Rasul. “Kalau keadaaannya memang benar?”
Tanya sahabat lagi. “ Jika benar itulah ghibah, jika tidak benar itulah
dusta!” tegas Rasulullah. Percakapan tersebut diambil dari HR Abu
Hurairah.
Dalam Al Qur’an (QS 49:12), orang yang suka menggibah
diibaratkan seperti memakan bangkai saudaranya sendiri. Jabir bin
Abdullah ra. Meriwayatkan “ Ketika kami bersama Rasulullah SAW.
Tiba-tiba tercium bau busuk yang menyengat seperti bau bangkai maka
Rasul pun bersabda, “Tahukah kalian, bau apakah ini? Inilah bau dari
orang-orang yang meng-ghibah orang lain”. (HR Ahmad)
Dalam hadits
lain dikisahkan bahwa Rasulullah pernah bersabda, “Pada malam Isra’
mi’raj, aku melewati suatu kaum yang berkuku tajam yang terbuat dari
tembaga. Mereka mencabik-cabik wajah dan dada mereka sendiri. Lalu aku
bertanya pada Jibril” Siapa merka?” Jibril menjawab, “Mereka itu suka
memakan daging manusia, suka membicarakan dan menjelekkan orang lain,
mereka inilah orang-orang yang gemar akan ghibah!” (dari Abu Daud yang
berasal dari Anas bin Malik ra).
Begitulah Allah mengibaratkan
orang yang suka menggibah dengan perumpamaan yang sangat buruk untuk
menjelaskan kepada manusia, betapa buruknya tindakan ghibah.
Banyak
kesempatan bagi ibu-ibu untuk menggosip. Pada saat berbelanja
mengelilingi gerobak tukang sayur, menyuapi anak di halaman, pada acara
arisan atau kumpulan ibu-ibu. Menggibah kadang mendapat pembenaran
dengan dalih, “Ini fakta, untuk diambil pelajarannya!”. Padahal di balik
itu kurang lebih mungkin lebh banyak factor ghibahnya daripada
pelajarannya.
Benarkah orang cenderung suka mengghibah, bahkan
terkesan menikmati kebiasaan seperti ini? Menurut seorang pengasuh
konsultasi keluarga pada sebuah media cetak, mengatakan rahasia mengapa
rubriknya tetap disukai pembaca selama puluhan tahun. Katanya, pada diri
manusia itu cenderung terdapat sifat suka menggunjingkan orang lain.
Orang cenderung ingin tahu masalah yang terjadi pada orang lain. Dengan
demikian ia akan merasa beruntung tidak seperti orang lain atau tidak
dirinya saja yang menderita. Karena umumnya surat yang datang untuk
berkonsultasi adalah mereka yang memiliki masalah.
Jika demikian
kebanyakan sifat dari manusia, tentunya kita harus sering melakukan
istighfar. Syaitan dengan mudahnya mempengaruhi kebanyakan hati kita
sehingga mungkin kita tengah menumpuk dosa akibat pergunjingan.
Setiap
orang mempunyai harga diri yang harus dihormati. Membuat malu seseorang
adalah perbuatan dosa. “Tiada seseorang yang menutupi cacat seseorang
di dunia, melainkan kelak di hari kiamat Allah pasti akan menutupi
cacatnya” (HR. Muslim).
Sosialisasi pergunjingan di televisi
bagaimanapun harus dihindari. Jangan sampai kita merasa tidak berdosa
melakukannya. Bahkan merasa terhibur dengan informasi semacam itu. Kita
mesti berhati-hati. Bahaya ghibah harus senantiasa ditanamkan agar kita
senantiasa sadar akan bahayanya. Benar kiranya jika dikatakan bahwa dulu
orang tinggal di dalam rumah karena menghindari bahaya dari luar. Kini
bahaya justru berasal dari dalam rumah sendiri yaitu dengan hadirnya
acara yang menurunkan kualitas iman di televisi.
Tips Menghindar Diri Dari Ghibah
Penyakit
yang satu ini begitu mudahnya terjangkit pada diri seseorang. Bisa
datang melalui televisi, bisa pula melalui kegiatan arisan, berbagai
pertemuan, sekedar obrolan di warung belanjaan, bahkan melalui
pengajian. Untuk menghindarinya juga tak begitu mudah, mengharuskan kita
ekstra hati-hati
1. Berbicara Sambil Berfikir
Cobalah
untuk berpikir sebelum berbicara, ‘perlukah saya mengatakan hal ini?’
dan kembangkan menjadi, ‘apa manfaatnya ? Apa mudharatnya?’. Berarti,
otak harus senantiasa digunakan, dalam keadaan sesantai apapun. Seperti
Rasulullah saw, yang biasanya memberi jeda sesaat untuk berfikir sebelum
menjawab pertanyaan orang.
2. Berbicara Sambil Berzikir
Berzikir
di sini maksudnya selalu menghadirkan ingatan kita kepada Allah SWT.
Ingatlah betapa buruknya ancaman dan kebencian Allah kepada orang yang
ber-ghibah. Bawalah ingatan ini pada saat berbicara dengan siapa saja,
dimana saja dan kapan saja.
3. Tingkatkan rasa Percaya Diri
Orang
yang tidak percaya diri, suka mengikut saja perbuatan orang lain,
sehingga ia mudah terseret perbuatan ghibah temannya. Bahkan ia pun
berpotensi menyebabkan ghibah, karena tak memiliki kebanggaan terhadap
dirinya sendiri sehingga lebih senang memperhatikan, membicarakan dan
menilai orang lain
4. Buang Penyakit Hati
Kebanyakan
ghibah tumbuh karena didasari rasa iri dan benci, juga ketidakikhlasan
menerima kenyataan bahwa orang lain lebih berhasil atau lebih beruntung
daripada kita. Dan kalau dirinya kurang beruntung, diapun senang
menyadari bahwa masih banyak orang lain yang lebih sengsara daripaad
dirinya.
5. Posisikan Diri
Ketika sedang membicarakan
keburukan orang lain, segera bayangkan bagaimana perasaan kita jika
keburukan kita pun dibicarakan orang. Seperti hadis yang menjanjikan
bahwa Allah akan menutupi cacat kita sepanjang kita tidak membuka cacat
orang lain, sebaliknya tak perlu heran jika Allah pun akan membuka cacat
kita di depan orang lain jika kita membuka ` cacat orang.
6. Hindari, ingatkan, diam atau pergi
Hindarilah
segala sesuatu yang mendekatkan kita pada ghibah. Seperti acara-acara
bernuansa ghibah di televisi dan radio. Juga berita-berita koran dan
majalah yang membicarakan kejelekan orang.
Jika terjebak dalam
situasi ghibah, ingatkanlah mereka akan kesalahannya. Jika tak mampu,
setidaknya anda diam dan tak menanggapi ghibah tersebut. Atau anda
memilih hengkang dan ‘menyelamatkan diri’. (Ida S Widayati, penulis
tetap rubrik “Jendela Keluarga” Majalah Hidayatullah)
Sumber : http://oaseqalbu.net/modules.php?name=News&file=article&sid=292
Tidak ada komentar:
Posting Komentar