Oleh: Mochamad Bugi
dakwatuna.com
– Siapa yang tidak kenal Ikrimah? Putra Abu Jahal ini demikian keras
memusuhi Rasulullah saw. Bahkan, aktif mengangkat senjata bersama
pasukan kaum musyrikin Makkah menyerang kaum Muslimin Madinah. Namun
keadaan berbalik saat Rasulullah saw. bersama pasukan Muslimin
mengepung Makkah. Ikrimah sadar betul, jika Makkah jatuh dalam
penguasaan Rasulullah saw., keselamatannya terancam. Pasti ia akan
dieksekusi atas semua kejahatannya terhadap kaum Muslimin.
Maka,
ketika Rasulullah saw. berhasil menaklukkan kota Makkah, Ikrimah
berkata, “Aku tidak akan tinggal di tempat ini!” Setelah berkata
demikian, dia pun pergi berlayar dan memerintahkan supaya isterinya
membantunya. Akan tetapi isterinya berkata, “Hendak kemana kamu, wahai
pemimpin pemuda Quraisy? Apakah kamu akan pergi ke suatu tempat yang
tidak kamu ketahui?”
Ikrimah pun melangkahkan kakinya tanpa sedikitpun memperhatikan perkataan isterinya.
Ketika
Rasulullah saw. bersama para sahabat lainnya telah berhasil menaklukkan
kota Makkah, maka isteri Ikrimah berkata kepada Rasulullah, “Ya
Rasulullah, sesungguhnya Ikrimah telah melarikan diri ke negeri Yaman
kerana ia takut kalau-kalau kamu akan membunuhnya. Aku memohon kepadamu
supaya engkau berkenan menjamin keselamatannya.”
Rasulullah saw.
menjawab, “Dia akan berada dalam keadaan aman!” Mendengar jawaban itu,
isteri Ikrimah memohon diri dan pergi untuk mencari suaminya. Akhirnya
dia berhasil menemukannya di tepi pantai yang berada di Tihamah. Ketika
Ikrimah menaiki kapal, orang yang mengemudikan kapal tersebut berkata
kepadanya, “Wahai Ikrimah, ikhlaskanlah saja!”
Ikrimah bertanya, “Apakah yang harus aku ikhlaskan?”
“Ikhlaskanlah bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah dan akuilah bahwa Muhammad adalah utusan Allah!” kata pengemudi kapal itu.
Ikrimah menjawab, “Tidak, justru aku melarikan diri adalah karena ucapan itu.”
Selepas
itu datanglah isterinya. “Wahai Ikrimah, putera bapak saudaraku, aku
datang menemuimu membawa pesan dari orang yang paling utama, dari
manusia yang paling mulia dan manusia yang paling baik. Aku memohon
supaya engkau jangan menghancurkan dirimu sendiri. Aku telah memohonkan
jaminan keselamatan untukmu kepada Rasulullah saw.”
Ikrimah bertanya kepada isterinya, “Benarkah apa yang telah engkau lakukan itu?”
Isterinya menjawab, “Benar, aku telah berbicara dengan beliau dan beliau pun akan memberikan jaminan keselamatan atas dirimu.”
Begitu
mendengar berita itu, di malam harinya Ikrimah bermaksud untuk
melakukan hubungan suami-isteri dengan isterinya. Tetapi isterinya
menolak. Istrinya berkatam “Engkau orang kafir, sedangkan aku orang
Muslim.”
Ikrimah berkata, “Penolakan kamu itu adalah masalah besar bagi diriku.”
Tak
lama kemudian mereka tiba di Makkah. Mendengar berita bahwa Ikrimah
sudah pulang, Rasulullah saw. menemuinya. Saking gembiranya Rasulullah
saw. sampai lupa memakai serbannya.
Setelah bertemu dengan
Ikrimah, Rasulullah saw. duduk. Ketika itu Ikrimah ditemani isterinya.
Ikrimah berikrar, “Sesungguhnya aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan
melainkan Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.”
Mendengar
ikrar Ikrimah itu, Rasulullah saw. sangat gembira. “Wahai Rasulullah,
ajarkanlah sesuatu yang baik yang harus aku ucapkan,” kata Ikrimah lagi.
Rasulullah
saw. menjawab, “Ucapkanlah bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan melainkan
Allah dan Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya.” Ikrimah kembali
bertanya, “Selepas itu apa lagi?” Rasulullah menjawab, “Ucapkanlah
sekali lagi, aku bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan melainkan
Allah dan aku bersaksi bahwa sesungguhnya Muhammad adalah hamba-Nya dan
Rasul-Nya.” Ikrimah pun mengucapkan apa yang dianjurkan oleh Rasulullah
saw. Kemudian Rasulullah bersabda, “Jika sekiranya pada hari ini kamu
meminta kepadaku sesuatu sebagaimana yang telah aku berikan kepada orang
lain, niscaya aku akan mengabulkannya.”
Ikrimah berkata, “Aku
memohon kepadamu, ya Rasulullah, supaya engkau berkenan memohonkan
ampunan untukku kepada Allah atas setiap permusuhan yang pernah aku
lakukan terhadap dirimu, setiap perjalanan yang aku lalui untuk
menyerangmu, setiap yang aku gunakan untuk melawanmu, dan setiap
perkataan kotor yang aku katakan di hadapan atau di belakangmu.”
Maka
Rasulullah saw. pun berdoa, “Ya Allah, ampunilah dosanya atas setiap
permusuhan yang pernah dilakukannya untuk bermusuh denganku, setiap
langkah perjalanan yang dilaluinya untuk menyerangku yang tujuannya
untuk memadamkan cahaya-Mu, dan ampunilah dosanya atas segala sesuatu
yang pernah dilakukannya baik secara langsung berhadapan denganku maupun
tidak.”
Mendengar doa Rasulullah saw. itu, alangkah senangnya
hati Ikrimah. Ketika itu juga ia berkata, “Ya Rasulullah, aku bersumpah,
demi Allah, aku tidak akan membiarkan satu dinar pun biaya yang pernah
aku gunakan untuk melawan agama Allah, melainkan akan aku ganti berlipat
ganda demi membela agama-Nya. Begitu juga setiap perjuangan yang dahulu
aku lakukan untuk melawan agama Allah, akan aku ganti dengan perjuangan
yang berlipat ganda demi membela agama-Nya. Aku akan ikut berperang dan
berjuang sampai ke titisan darah yang terakhir.”
Begitulah tekad
Ikrimah setelah memeluk Islam. Dan itu ia buktikan dengan selalu ikut
dalam setiap peperangan. Salah satunya Perang Yarmuk. Di perang ini
Ikrimah ikut sebagai pasukan perang yang berjalan kaki. Khalid bin Walid
berkata, “Jangan kamu lakukan hal itu. Karena bahaya yang akan
menimpamu adalah lebih besar!”
Ikrimah menjawab, “Wahai Khalid,
engkau telah terlebih dahulu ikut berperang bersama Rasalullah saw.,
maka biarlah hal ini aku lakukan!”
Ikrimah tetap pada
pendiriannya. Ia bertempur dengan gigih hingga akhirnya gugur sebagai
syahid. Di tubuhnya terdapat sekitar tujuh puluh luka bekas tikaman
pedang, tombak, dan anak panah.
Abdullah bin Mas’ud berkata, “Di
antara orang-orang yang termasuk dalam barisan Perang Yarmuk adalah
Haris bin Hisyam, Ikrimah bin Abu Jahal, dan Suhail bin Amar. Di
saat-saat kematian mereka, ada seorang sahabat yang memberinya air
minum, akan tetapi mereka menolaknya. Setiap kali air itu akan diberikan
kepada salah seorang dari mereka yang bertiga orang itu, masing-masing
mereka berkata, ‘Berikan air itu kepada sahabat di sebelahku.’
Demikianlah keadaan mereka seterusnya, sehingga akhirnya mereka bertiga
menghembuskan nafas yang terakhir dalam keadaan belum sempat meminum air
itu.”
Dalam riwayat lain ditambahkan, sebenarnya Ikrimah
bermaksud untuk meminum air tersebut. Akan tetapi pada waktu ia akan
meminumnya, ia melihat ke arah Suhail dan Suhail pun melihat ke arahnya
pula. Ikrimah berkata, “Berikanlah saja air minum ini kepadanya,
barangkali ia lebih memerlukannya daripadaku.” Suhail pula melihat
kepada Haris, begitu juga Haris melihat kepadanya. Akhirnya Suhail
berkata, “Berikanlah air minum ini kepada siapa saja. Barangkali
sahabat-sahabatku itu lebih memerlukannya daripadaku.” Begitulah keadaan
mereka. Sehingga tidak seorangpun di antara mereka yang meminum air
tersebut. Ketiganya mati syahid.
Begitulah Ikramah mendapatkan kesyahidannya. Sungguh berbeda sekali dengan ayahnya, Abu Jahal, yang mati dalam kekafiran.
Sumber : http://www.dakwatuna.com/2008/masuk-islamnya-ikrimah-putra-abu-jahal/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar