by @setiya_jogja
(afwan share dikit, saya tulis sambil perjalanan di atas bus ziarah ke armina... smg manfaat)
"Malaikat" Berkulit Hitam
Shalat malam di Masjidil Haram dini hari tadi terasa istimewa, saya serasa ditemukan dengan "malaikat".
Biasanya, bertemu dengan orang hitam secara umum membuat saya dan teman-teman merasa kurang nyaman. Meski secara normatif kita tahu bahwa warna kulit tidak menjadi ukuran kebaikan di sisi Allah, tapi tetap saja merasa ada "sesuatu" bila kita ketemu atau berdekatan dengan orang hitam. Di samping warna kulitnya yang berkonotasi kurang menarik juga "sikap-sikap" mereka yg cenderung terasa "keras".
Demikian juga dengan yang saya rasakan jam 03 pagi tadi. Mencari-cari area kosong di tengah ribuan jamaah, saya temukan tempat kosong di samping orang hitam. Saya tepuk pundaknya dan sembari beri tanda untuk beringsut memberi ruang saya untuk shalat.
Setelah shalat iftitah, saya lanjut shalat tahajud dengan suara lirih keluar dari mulut membaca surat-surat "terpanjang" yang saya hafal....
Dan orang hitam itupun berdiri melanjutkan shalat malamnya yang sempat disela istirahat sambil dzikir. Saya telah merampungkan hampir 8 rakaat, tapi lelaki hitam itu belum juga ruku'....
Setelah witir, saya pun memanfaatkan waktu dengan tilawah. Melanjutkan surat Al A'raf bacaan sebelumnya. Sampai ketika saya berhenti sesaat dan menengok ke kanan, lelaki itu kemudian menunjuk pojok bawah mushaf yang saya pegang sambil memberi isyarat untuk mengulang membaca. Dan saya baca dengan seksama dan dia kemudian katakan "right". Saya teringat tadi pas membaca ayat itu ada bacaan yang salah membaca (tidak dibaca panjang).
Subhanallah, lelaki hitam ini pasti hafidz, batin saya merasa bersalah... belum lagi sempat bertanya, adzan subuh berkumandang. Dan kita segera tunaikan sunat fajar. Saya tidak sabar ingin segera menyapa lelaki itu. Waktu yang pendek sebelum iqomah saya manfaatkan untuk banyak bertanya. Saya pun segera mengajak bersalaman dan mengucapkan salam...
Dengan bahasa "salah paham" (meski salah, tapi paham) saya dapatkan beberapa informasi...
Benar, dia hafidz. Berasal dari Nigeria dengan nama Basyir bin Abu Bakar. Dia hafidz sejak usia enam tahun. Usia sekarang 27. Tiap hari menghafal dan mengulang hafalan 3 kali; pagi petang dan malam. Tidak ada waktu untuk bermain, no time to facebook, no handphone.
Dan kata kunci yang juga saya dapatkan ketika bertanya kepada seorang hafidz di Madinah. Guru yang mengajari dia adalah ayah dan kakaknya. Semuanya hafidz...
Sungguh seperti ditampar hati ini, betapa saya selalu menginginkan anak-anak menjadi hafidz/ah, tapi usaha saya sendiri untuk menghafalnya teramat minim (untuk tidak mengatakan tidak sama sekali). Yaa Rabb, nastaghfiruka...
Iqomah pun berkumandang... dan kami berdiri terpisah, karena banyak ruang kosong yang harus kami isi di depan kami...
Terima kasih Basyir Abu Bakar, meski gelap warna kulitmu, pagi ini kau bagai malaikat yang menegurku....
Yaa Rabb, mudahkan kami dan anak-anak keturunan kami untuk menghafal Al Qur'an dan berpegang teguh dengannya...
Makkah, 3 Oktober 2013
@setiya_jogja on twitter
*http://www.pkspiyungan.org/2013/10/malaikat-berkulit-hitam-di-baitullah.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar