Setiap pagi membuang sampah ditempat pembuangan yang disediakan pemerintah selalu membuat bersyukur, selalu hati ini merasa kasihan melihat, selalu merasa manusia sangat beruntung, selalu merasa betapa hidup jangan selalu melihat ke atas, sekali-kali lihatlah lingkungan di sekitar kehidupan kita masih membutuhkan uluran tangan, masih membutuhkan pencerahan jiwa, masih butuh motivasi dan selalu bertemu dengan ibu yang pekerja sebagai pemulung.
Yakin Allah punya rencana indah kenapa setiap pagi, hampir selalu ketemu ibu tersebut, bayangkan ibu tersebut tak pernah merasa terganggu, tak pernah merasa gengsi, tak pernah merasa lelah, tak pernah memilih pekerjaan, tak pernah kenal istirahat dan selalu ada di tengah sampah tersebut untuk mencari barang-barang bekas yang tercampuri berbagai aroma tak sedap, dan tercampuri kuman sangat berbahaya bagi kesehatan.
Harus ditiru bagaimana keistiqamahan, bagaimana selalu semangat, bagaimana begitu tekun atau rajin memilah sampah, dan bagaimana ketetapan waktu digunakan. Apa yang dilakukan ibu tersebut pasti demi sesuap nasi, demi anak, demi keluarga dan demi keberlangsungan hidup di tengah kota berasas kompetitif.
Mungkin itu saja yang bisa dikerjakan ibu tersebut, mungkin ingin melamar pekerjaan tak memiliki keahlian, mungkin keikhlasan menjalani tersebut karena sebagai single fighter, mungkin demi membantu suami mencari nafkah, dan mungkin tidak ada skill yang dimiliki. Maka penting bagi kita sebagai tulang rusuk memiliki ilmu apapun, memiliki skill apapun dan terus upgrade keilmuan. Jika suatu saat terpaksa jadi tulang punggung tentu tulang punggung bergengsi dan memiliki nilai tawar atau bargaining posisition bukan seperti ibu pemulung itu.
Padahal tulang rusuk bukan sebagai penopang utama untuk mencari rezki, karena tulang rusuk tugas utama adalah sebagai ibu rumah tangga mempersiapkan segala hal berurusan dengan kerumahan bukan di luar berhadapan dengan panas dan debu. Di mana hati nurani seorang suami ketika melihat tulang rusuk sebagai tulang punggung!!
Apakah para suami tak pernah kasihan melihat istri banting tulang sendiri bahkan berhadapan dengan hal yang membahayakan keselamatan dan kesehatan. Entahlah apa terpikir para suami melihat istri seperti itu!!!
Alhamdulillah masih bisa pekerja menggunakan pakaian indah, masih menggunakan high heel, masih bisa menggunakan parfum saat bekerja, masih bisa merasakan sejuk AC, masih bisa duduk dengan indah, masih bisa pekerja dengan santai dengan hasil memuaskan dan masih sebagai tulang rusuk bukan sebagai tulang punggung. Pada akhirnya harus bersyukur, berterimakasih pada-Nya dan memperbaharui keimanan di hadapan-Nya. “Nikmat Tuhan Mana Engkau Dustai”.
Terkadang masih juga tidak mensyukuri, masih juga mengeluh, masih juga mengatakan Allah tidak adil, masih juga melalaikan Allah, dan masih tidak mau menyisihkan sedikit rezki untuk orang membutuhkan. Bukankah itu semua atas izin Allah, bukan itu semua kehendak Allah, bukan itu semua kekuasaan, bukan itu semua keridhaan Allah. Jika bukan atas kasih sayang dan belai kasih Allah mungkin akan mengalami hal seperti itu sering ditemui saat buat sampah.
Sejuta hikmah bisa
diaplikasi dan menjadi renungan tak didapati di lokasi lain. Sering
bertemu manusia dengan hidup kekurangan tapi tidak terlihat mereka
kesulitan, sering pula bertemu dengan manusia kebutuhan khusus selalu
optimis dengan menjalani hidup, sering pula bertemu manusia lanjut usia
begitu rajin menuntut ilmu sehingga mengalah anak muda yang menyiakan
waktu tak bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar