Oleh Rosita Budi Suryaningsih
REPUBLIKA.CO.ID, Meski dimarahi sang ayah, Indriana Purnamawati tetap pada keyakinan barunya sebagai Muslimah. Nina, sapaan akrabnya pun mencari pembelaan kepada kakaknya yang telah menjadi mualaf juga karena menikah dengan orang Islam.
Hanya, dia berbeda dengan sang kakak yang sama sekali tidak tahu tentang esensi Islam dan tak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ia ajukan. Kakaknya ini hanya ikut-ikutan shalat seperti pasangannya, namun tidak mengetahui ilmu-ilmu agama Islam. “Berbeda dengan saya. Kalau saya mempelajari dulu, tahu ilmunya, baru belajar shalat dan memutuskan masuk Islam,” ujar Nina.
Nina merasa jalan Islam yang ia pilih ini sudah sangat tepat dan ia mantap karena ini muncul dari keinginan sendiri. Sebelumnya, ia telah banyak mendulang informasi dan ilmu dari buku-buku dan bertanya kepada orang-orang yang bisa memberikan jawaban memuaskan untuknya. Jadi, ia masuk Islam benar-benar karena kemauan sendiri, tanpa paksaan dari pihak manapun dan bukan sekadar ikut-ikutan.
Setelah masuk Islam, ia merasa banyak perubahan besar yang terjadi terhadapnya. Jika mau melakukan sesuatu, ia akan banyak berpikir terlebih dahulu, akibatnya apa nanti dan dihubungkan dulu dengan hukum Islam. Selain itu, ia selalu mengambil hikmah dalam setiap apa yang telah dilakukannya. “Saya selalu merasa disayang Allah,” kata Nina.
Meski mendapatkan kecaman dan dihadapkan pada amarah bapaknya karena pindah agama, Nina tetap mantap memilih Islam. Ketika ia dimarahi, ia selalu diam, tak membantah ataupun balas membentak orang tuanya. Perilakunya pun tidak berubah, ia tetaplah menjadi Nina yang baik hati, cerdas, dan manis. Bahkan, semakin hari akhlaknya kian bagus. Inilah yang membuat keluarganya yang lain tertarik juga pada Islam.
“Alhamdulillah, akhirnya semua keluarga saya jadi Islam. Bahkan, ibu saya memutuskan menjadi mualaf dan langsung ngebut belajar shalat dan agama di sisa usianya. Ia meninggal saat sedang ingin shalat, sudah mengenakan mukena, namun tiba-tiba ambruk dan meregang nyawa,” kata Nina.
Nina merasa menjadi orang baru dengan pandangan hidup baru yang lebih nyaman baginya. Meski begitu, ia tetap menghormati orang-orang di sekelilingnya yang mempunyai pandangan sendiri-sendiri.
Ketika lama tak bertemu kawan lama, banyak yang kaget melihat penampilannya sekarang apalagi sekarang ia mengenakan jilbab. “Tapi, alhamdulillah hubungan kami tetap baik, hubungan sosial tetap terjaga, apa pun kepercayaan yang kamu anut,” ujarnya.
REPUBLIKA.CO.ID, Meski dimarahi sang ayah, Indriana Purnamawati tetap pada keyakinan barunya sebagai Muslimah. Nina, sapaan akrabnya pun mencari pembelaan kepada kakaknya yang telah menjadi mualaf juga karena menikah dengan orang Islam.
Hanya, dia berbeda dengan sang kakak yang sama sekali tidak tahu tentang esensi Islam dan tak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ia ajukan. Kakaknya ini hanya ikut-ikutan shalat seperti pasangannya, namun tidak mengetahui ilmu-ilmu agama Islam. “Berbeda dengan saya. Kalau saya mempelajari dulu, tahu ilmunya, baru belajar shalat dan memutuskan masuk Islam,” ujar Nina.
Nina merasa jalan Islam yang ia pilih ini sudah sangat tepat dan ia mantap karena ini muncul dari keinginan sendiri. Sebelumnya, ia telah banyak mendulang informasi dan ilmu dari buku-buku dan bertanya kepada orang-orang yang bisa memberikan jawaban memuaskan untuknya. Jadi, ia masuk Islam benar-benar karena kemauan sendiri, tanpa paksaan dari pihak manapun dan bukan sekadar ikut-ikutan.
Setelah masuk Islam, ia merasa banyak perubahan besar yang terjadi terhadapnya. Jika mau melakukan sesuatu, ia akan banyak berpikir terlebih dahulu, akibatnya apa nanti dan dihubungkan dulu dengan hukum Islam. Selain itu, ia selalu mengambil hikmah dalam setiap apa yang telah dilakukannya. “Saya selalu merasa disayang Allah,” kata Nina.
Meski mendapatkan kecaman dan dihadapkan pada amarah bapaknya karena pindah agama, Nina tetap mantap memilih Islam. Ketika ia dimarahi, ia selalu diam, tak membantah ataupun balas membentak orang tuanya. Perilakunya pun tidak berubah, ia tetaplah menjadi Nina yang baik hati, cerdas, dan manis. Bahkan, semakin hari akhlaknya kian bagus. Inilah yang membuat keluarganya yang lain tertarik juga pada Islam.
“Alhamdulillah, akhirnya semua keluarga saya jadi Islam. Bahkan, ibu saya memutuskan menjadi mualaf dan langsung ngebut belajar shalat dan agama di sisa usianya. Ia meninggal saat sedang ingin shalat, sudah mengenakan mukena, namun tiba-tiba ambruk dan meregang nyawa,” kata Nina.
Nina merasa menjadi orang baru dengan pandangan hidup baru yang lebih nyaman baginya. Meski begitu, ia tetap menghormati orang-orang di sekelilingnya yang mempunyai pandangan sendiri-sendiri.
Ketika lama tak bertemu kawan lama, banyak yang kaget melihat penampilannya sekarang apalagi sekarang ia mengenakan jilbab. “Tapi, alhamdulillah hubungan kami tetap baik, hubungan sosial tetap terjaga, apa pun kepercayaan yang kamu anut,” ujarnya.
Sumber : http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/mualaf/14/01/10/mz5p58-ikut-jadi-mualaf-ibu-nina-meninggal-saat-belajar-shalat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar