Menyikapi boradcast yang beredar menyusul meletusnya Gunung
Kelud, Anggota Komisi Pengkajian dan Penelitian Majelis Ulama Indonesia
(MUI) Fahmi Salim mengingatkan bahwa tanggal dan waktu terjadinya
bencana tidak berhubungan dengan surat dan ayat Al Qur’an. Ia juga
memperingatkan ancaman keras Rasulullah terhadap orang-orang yang
menafsirkan Al Qur’an tanpa dasar.
“Nomor ayat atau nomor surat dalam Al Qur’an tidak berhubungan sama sekali dengan waktu atau tempat suatu bencana,” kata Fahmi Salim, Sabtu (15/2), seperti dikutip Islampos.
Fahmi kemudian mengutip dua hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi.
“Dan barangsiapa mengatakan tentang Al Qur’an dengan pendapatnya, maka bersiap-siaplah menempati tempatnya di neraka,” (HR. Turmudzi dari Ibnu Abbas).
“Barangsiapa mengatakan tentang Al Qur’an dengan pendapatnya, maka ia tetap salah walaupun pendapatnya benar,” (HR. Turmudzi dari Jundub bin Abdillah)
Lebih lanjut Fahmi Salim menjelaskan bahwa tugas seorang Muslim dalam menyikapi bencana ada tiga.
“Tugas dan kewajiban kita saat terjadi musibah adalah istirja’, istighfar dan muhasabah, dosa apa yang sekiranya pernah kita buat. Wallahu a’lam,” pungkasnya.
Sebelumnya, beredar pesan berantai di WhatsApp dan BBM menyusul meletusnya Gunung Kelud, seperti di bawah ini :
Meletusnya G. Kelud tertulis jelas di Al Qur’an.
-Tanggal 13 Bulan 2 (Surat 13 ayat 2):
"Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (Makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (Kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu."
-Meletus Jam 22:49, 22:50 (Surat 22:49-50)
Katakanlah: "Hai manusia, sesungguhnya Aku adalah seorang pemberi peringatan yang nyata kepadamu. Maka orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia,"
-Tahun 2014 (Surat 20:14)
"Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan Dirikanlah shalat untuk mengingat Aku."
---- SUBHANALLAH ----
Inilah peringatan yang NYATA dari ALLAH SWT
“Nomor ayat atau nomor surat dalam Al Qur’an tidak berhubungan sama sekali dengan waktu atau tempat suatu bencana,” kata Fahmi Salim, Sabtu (15/2), seperti dikutip Islampos.
Fahmi kemudian mengutip dua hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi.
“Dan barangsiapa mengatakan tentang Al Qur’an dengan pendapatnya, maka bersiap-siaplah menempati tempatnya di neraka,” (HR. Turmudzi dari Ibnu Abbas).
“Barangsiapa mengatakan tentang Al Qur’an dengan pendapatnya, maka ia tetap salah walaupun pendapatnya benar,” (HR. Turmudzi dari Jundub bin Abdillah)
Lebih lanjut Fahmi Salim menjelaskan bahwa tugas seorang Muslim dalam menyikapi bencana ada tiga.
“Tugas dan kewajiban kita saat terjadi musibah adalah istirja’, istighfar dan muhasabah, dosa apa yang sekiranya pernah kita buat. Wallahu a’lam,” pungkasnya.
Sebelumnya, beredar pesan berantai di WhatsApp dan BBM menyusul meletusnya Gunung Kelud, seperti di bawah ini :
Meletusnya G. Kelud tertulis jelas di Al Qur’an.
-Tanggal 13 Bulan 2 (Surat 13 ayat 2):
"Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (Makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (Kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu."
-Meletus Jam 22:49, 22:50 (Surat 22:49-50)
Katakanlah: "Hai manusia, sesungguhnya Aku adalah seorang pemberi peringatan yang nyata kepadamu. Maka orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia,"
-Tahun 2014 (Surat 20:14)
"Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan Dirikanlah shalat untuk mengingat Aku."
---- SUBHANALLAH ----
Inilah peringatan yang NYATA dari ALLAH SWT
Sumber : http://www.bersamadakwah.com/2014/02/mui-peringatkan-orang-yang-tafsirkan.html?m=1
Setahu saya (al-fakir), bilangan bulan yang digunakan dalam islam adalah menurut peredaran bulan dan bukannya menurut peredaran matahari. Sedangkan pada penafsiran itu tentang tanggal, bulan, tahun merupakan tanggal, bulan, dan tahun syamsiyah.. jelas sudah menyimpang dari ajaran Islam. Belum lagi tafsir surah dan ayat yang sembarangan... Semoga kita tidak ikut tersesat dalam penafsiran-penafsiran yang dapat menjerumuskan kita ke dalam hal yang dimurkai Alloh Ta'ala, aaamiiin
BalasHapusSetuju
BalasHapuslah terus pendapatnya siapa?
BalasHapusMenurut saya itu bkn tafsir.tp sbgai pncerahan saja yg kaitkan dgn waktu dan letak surah itu aj.kcuali dia mnjlskan ayat prayat yg ditafsirkan menurut dia.kyny g da tuh dia cm menulis arti dr ayat itu aj. Ustadz felix jg menulis yg sm tuh.dstatusnya
BalasHapus