Oleh : Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Fathi as Sayyid Nada
Kedua orang tua adalah manusia yang paling berjasa dan utama bagi diri
seseorang. Allah ta’ala telah memerintahkan dalam berbagai tempat di
dalam al Qur’an agar berbakti kepada kedua orang tua. Allah menyebutkan
berbarengan dengan pentauhidan-Nya dan memerintahkan para hamba-Nya
untuk melaksanakan sebagaimana akan disebutkan sebagai berikut. Hak
kedua orang tua merupakan hak terbesar yang harus dilaksanakan oleh
setiap Muslim. Disini akan dicantumkan beberapa adab yang berkaitan
dengan masalah ini. Antara lain hak yang wajib dilakukan semasa kedua
orang tua hidup dan setelah meninggal. Dengan pertolongan Allah saya
sebutkan beberapa adab tersebut antara lain :
Bagian I
Hak-Hak Yang Wajib Dilaksanakan Semasa Orang Tua Masih Hidup
Diantara hak orang tua ketika masih hidup adalah:
1. Mentaati Mereka Selama Tidak Mendurhakai Allah
Mentaati kedua orang tua hukumnya wajib atas setiap Muslim. Haram
hukumnya mendurhakai keduanya. Tidak diperbolehkan sedikit pun
mendurhakai mereka berdua kecuali apabila mereka menyuruh untuk
menyekutukan Allah atau mendurhakai-Nya.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman (yang artinya):
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu
yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti
keduanya…” [QS.Lukman: 15]
Tidak boleh mentaati makhluk untuk mendurhakai Allah, Penciptanya, sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam:
“Tidak ada ketaatan untuk mendurhakai Allah. Sesungguhnya ketaatan itu hanya dalam melakukan kebaikan.” [1]
Adapun jika bukan dalam perkara yang mendurhakai Allah, wajib mentaati
kedua orang tua selamanya dan ini termasuk perkara yang paling
diwajibkan. Oleh karena itu, seorang Muslim tidak boleh mendurhakai apa
saja yang diperintahkan oleh kedua orang tua.
2. Berbakti dan Merendahkan Diri Dihadapan Kedua Orang Tua
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman (yang artinya):
“Kami perintahkan kepada manusia suapaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya..” [QS.Al Ahqaf: 15]
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu
pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak..” [QS.An Nisaa’:36]
Perintah berbuat baik ini lebih ditegaskan jika usia kedua orang tua
semakin tua dan lanjut hingga kondisi mereka melemah dan sangat
membutuhkan bantuan dan perhatian dari anaknya.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman (yang artinya):
“Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia
dan hendaklah kamu berbuat bik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.
Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur
lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah
kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap
mereka berdua dengan penuh kasih saying dan ucapkanlah: “Wahai, Rabbku,
kasihilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu
kecil.” [QS.Al Israa’: 23-24]
Di dalam sebuah hadits, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sungguh merugi, sungguh merugi, dan sungguh merugi orang yang
mendapatkan kedua orang tuanya yang sudah renta atau salah seorang dari
mereka kemudian hal itu tidak dapat memasukkannya ke dalam Surga.” [2]
Di antara bakti terhadap kedua orang tua adalah menjauhkan ucapan dan
perbuatan yang dapat menyakiti kedua orang tua, walaupun dengan isyarat
atau dengan ucapan ‘ah’. Termasuk berbakti kepada keduanya ialah
senantiasa membuat mereka ridha dengan melakukan apa yang mereka
inginkan, selama hal itu tidak mendurhakai Allah ta’ala, sebagaimana
yang telah disebutkan.
3. Merendahkan Diri Dihadapan Mereka
Tidak boleh mengeraskan suara melebihi suara kedua orang tua atau di
hadapan mereka berdua. Tidak boleh juga berjalan di depan mereka, masuk
dan keluar mendahului mereka, atau mendahului urusan mereka berdua.
Rendahkanlah diri di hadapan mereka berdua dengan cara mendahulukan
segala urusan mereka, membentangkan dipan untuk mereka, mempersilahkan
mereka duduk ditempat yang empuk, menyodorkan bantal, jangan mendahului
makan dan minum, dan lain sebagainya.
4. Berbicara Dengan Lembut Dihadapan Mereka
Berbicara dengan lembut merupakan kesempurnaan bakti kepada kedua orang
tua dan merendahkan diri di hadapan mereka, sebagaimana firman Allah
subhanahu wa ta’ala (yang artinya):
“…Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan
‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia.” [QS.Al Israa’: 23]
Oleh karena itu, berbicaralah kepada mereka berdua dengan ucapan yang lemah lembut dan baik serta dengan lafazh yang bagus.
5. Menyediakan Makanan Untuk Mereka
Menyediakan makanan juga termasuk bakti kepada kedua orang tua, terutama
jika ia memberi mereka makan dari hasil jerih payah sendiri. Jadi,
sepantasnya disediakan untuk mereka makanan dan minuman terbaik dan
lebih mendahulukan mereka berdua daripada dirinya, anaknya, dan
istrinya.
6. Meminta Izin Kepada Mereka Sebelum Berjihad dan Pergi Untuk Urusan Lainnya
Izin kepada orang tua diperlukan untuk jihad yang belum ditentukan.
Seorang laki-laki datang menghadap Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wasallam dan bertanya: “Ya Rasulullah, apakah aku boleh ikut berjihad?”
Beliau balik bertanya: “Apakah kamu masih mempunyai kedua orang tua?”
Laki-laki itu menjawab: “Masih.” Beliau bersabda: “Berjihadlah (dengan
cara berbakti) kepada keduanya.” [3]
Seorang laki-laki mendatangi Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan
berkata: “Aku datang membai’atmu untuk hijrah dan aku tinggalkan kedua
orang tuaku menangisi (kepergianku).”
Maka Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Pulanglah dan buatlah mereka tertawa sebagaimana kamu telah membuat mereka menangis.” [4]
Seorang laki-laki hijrah dari negeri Yaman lalu Nabi shalallahu ‘alaihi
wasallam bertanya kepadanya: “Apakah kamu masih mempunyai kerabat di
Yaman?” Laki-laki itu menjawab: “Masih, yaitu kedua orang tuaku.” Beliau
kembali bertanya: “Apakah mereka berdua mengizinkanmu?” laki-laki itu
menjawab: “Tidak.” Lantas Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Kembalilah kamu kepada mereka dan mintalah izin dari mereka. Jika
mereka mengizinkan, maka kamu boleh ikut berjihad, namun jika tidak,
maka berbaktilah kepada keduanya.” [5]
Seorang laki-laki berkata kepada beliau: “Aku membai’at Anda untuk
berhijrah dan berjihad semata-mata hanya mengharapkan pahala dari Allah
ta’ala. Beliau bersabda kepada laki-laki tersebut: “Apakah salah satu
kedua orangtuamu masih hidup?” laki-laki itu menjawab: “Masih, bahkan
keduanya masih hidup.” Beliau kembali bersabda: “Apakah kamu ingin
mendapatkan pahala dari Allah subhanahu wa ta’ala?” Lelaki itu menjawab:
“Ya”. Kemudian Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Kembalilah
kamu kepada kedua orang tuamu dan berbaktilah kepada keduanya.” [6]
7. Memberikan Harta Kepada Orang Tua Menurut Jumlah yang Mereka Inginkan
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda kepada seorang
laki-laki ketik ia berkata: “Ayahku ingin mengambil hartaku.”
Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Kamu dan hartamu milik ayahmu.” [7]
Oleh sebab itu, hendaknya seseorang jangan bersikap bakhil (kikir)
terhadap orang yang menyebabkan keberadaan dirinya, memeliharanya ketika
kecil dan lemah, serta telah berbuat baik kepadanya.
8. Membuat Keduanya Ridha Dengan Berbuat Baik Kepada Orang-orang yang Dicintai Mereka
Hendaknya seseorang membuat kedua orang tua ridha dengan berbuat baik
kepada para saudara, karib sahabat, teman-teman, dan selain mereka.
Yakni, dengan memuliakan mereka, menyambung tali silaturrahim dengan
mereka, menunaikan janji-janji (orang tua) kepada mereka. Akan
disebutkan nanti beberapa hadits yang berkaitan dengan masalah ini.
9. Memenuhi Sumpah Kedua Orang Tua
Apabila kedua orang tua bersumpah kepada anaknya untuk suatu perkara
tertentu yang didalamnya tidak terdapat perbuatan maksiat, maka wajib
bagi seorang anak untuk memenuhi sumpah keduanya karena itu termasuk hak
mereka.
10. Tidak Mencela Orang Tua Atau Tidak Menyebabkan Mereka Dicela Orang Lain
Mencela orang tua dan menyebabkan mereka dicela orang lain termasuk salah satu dosa besar.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Termasuk dosa besar adalah seseorang mencela orang tuanya.” Para
Sahabat bertanya: “Ya Rasulullah, apa ada orang yang mencela orang
tuanya?” Beliau menjawab: “Ada. Ia mencela ayah orang lain kemudian
orang itu membalas mencela orang tuanya. Ia mencela ibu orang lain lalu
orang itu membalas mencela ibunya.” [8]
Perbuatan ini merupakan perbuatan dosa yang paling buruk.
Orang-orang sering bergurau dan bercanda dengan melakukan yang sangat
tercela ini. Biasanya perbuatan ini muncul dari orang-orang rendahan dan
hina. Perbuatan seperti ini termasuk dosa besar sebagaimana yang telah
disebutkan.
11. Mendahulukan Berbakti Kepada Ibu Daripada Ayah
Seorang laki-laki pernah bertanya kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wasallam: “Siapa yang paling berhak mendapatkan perlakuan baik dariku?”
Beliau menjawab: “Ibumu.” Laki-laki itu bertanya lagi: “Kemudian siapa
lagi?” Beliau kembali menjawab: “Ibumu.” Laki-laki itu kembali bertanya:
“Kemudian siapa lagi? Beliau menjawab: “Ibumu.” “Lalu siapa lagi?”
tanyanya. “Ayahmu.” Jawab beliau. [9]
Hadits diatas tidak bermaksud lebih mentaati ibu daripada ayah. Sebab,
mentaati ayah lebih di dahulukan jika keduanya menyuruh pada waktu yang
sama dan dibolehkan dalam syariat. Alasannya, ibu sendiri diwajibkan
untuk taat kepada suaminya, yaitu ayah anaknya. Hanya saja, jika salah
seorang mereka menyuruh berbuat taat dan yang lain menyuruh berbuat
maksiat, maka wajib untuk mentaati yang pertama.
Maksud lebih mendahulukan berbuat baik kepada ibu yaitu lebih bersikap
lemah lembut, lebih berprilaku baik dan memberikan sikap yang lebih
halus daripada ayah. Hal ini apabila keduanya berada di atas kebenaran.
Sebagian Salaf berkata: “Hak ayah lebih besar dan hak ibu patut untuk dipenuhi.”
Demikianlah penjelasan umum hak-hak orang tua semasa mereka masih hidup.
Bagian II
Hak-Hak Orang Tua Setelah Mereka Meninggal Dunia
Diantara hak orang tua setelah mereka meninggal adalah:
1. Menshalati Keduanya
Maksud menshalati disini adalah mendoakan keduanya. Yakni, setelah
mereka meninggal dunia, karena ini termasuk bakti kepada mereka. Oleh
karena itu, seorang anak hendaknya lebih sering mendoakan kedua orang
tuanya setelah mereka meninggal daripada ketika masih hidup. Apabila
anak itu mendoakan keduanya, niscaya mereka berdua akan semakin
bertambah, berdasarkan sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam:
“Apabila manusia sudah meninggal, maka terputuslah amalannya kecuali
tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang
mendoakan dirinya.” [10]
2. Beristighfar Untuk Mereka Berdua
Orang tua adalah yang paling utama bagi seorang Muslim untuk didoakan
agar Allah mengampuni mereka karena kebaikan mereka yang besar.
Allah subhanahu wa ta’ala menceritakan kisah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam
dalam al Qur’an (yang artinya): “Ya Rabb kami, beri ampunlah aku dan
kedua ibu bapakku…” [QS.Ibrahim: 41]
3. Menunaikan Janji Kedua Orang Tua
Hendaknya seseorang menunaikan wasiat orang tua dan melanjutkan secara
berkesinambungan amalan-amalan kebaikan yang dahulu pernah dilakukan
keduanya. Sebab, pahala akan terus mengalir kepada mereka berdua apabila
amalan kebaikan yang dulu pernah dilakukan dilanjutkan oleh anak
mereka.
4. Memuliakan Teman Kedua Orang Tua
Memuliakan teman kedua orang tua juga termasuk berbuat baik kepada orang
tua, sebagaimana yang telah disebutkan. Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhu
pernah berpapasan dengan seorang Arab badui di jalan menuju Mekkah.
Kemudian Ibnu ‘Umar mengucapkan salam kepadanya dan mempersilahkan naik
ke atas keledai yang ia tunggangi. Selanjutnya, ia juga memberikan
sorbannya yang ia pakai. Ibnu Dinar berkata: “Semoga Allah memuliakanmu.
Mereka itu orang Arab badui dan mereka sudah terbiasa berjalan.” Ibnu
‘Umar berkata: “Sungguh, dulu ayahnya teman ‘Umar bin al Khaththab dan
aku pernah mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya bakti anak yang terbaik adalah seorang anak yang
menyambung tali persahabatan dengan keluarga teman ayahnya setelah
ayahnya tersebut meninggal.” [11]
5. Menyambung Tali Silaturrahim Dengan Kerabat Ibu dan Ayah
Hendaknya seseorang menyambung tali silaturrahim dengan semua kerabat
yang silsilah keturunannya bersambung dengan ayah dan ibu, seperti paman
dari pihak ayah dan ibu, bibi dari pihak ayah dan ibu, kakek, nenek,
dan anak mereka semua. Bagi yang melakukannya, berarti ia telah
menyambung tali silturrahim kedua orang tuanya dan telah berbakti kepada
mereka. Hal ini berdasarkan hadits yang telah disebutkan dan sabda
beliau shalallahu ‘alaihi wasallam: “Barangsiapa ingin menyambung tali
silaturrahim ayahnya yang ada dikuburannya, maka sambunglah tali
silaturrahim dengan saudara-saudara ayahnya setelah ia meninggal.” [12]
Demikianlah akhir dari adab berbakti kepada orang tua yang telah
dimudahkan Allah kepadaku untuk menuliskannya, yang seluruhnya berjumlah
enam belas adab. Walhamdulillahi Rabbil ‘aalamiin [13]
Note :
[1] HR.Bukhari (4340, 7145, 7257) dan Muslim (1840) dari ‘Ali radhiyallahu ‘anhu
[2] HR.Muslim (2551) dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu
[3] HR.Al Bukhari (3004,5972) dan Muslim (2549) dari Ibnu ‘Amr radhiyallahu ‘anhu
[4] HR.Abu Dawud (2528), an Nasa’I (VII/1430, Ibnu Majah (2782), dari Ibnu ‘Amr. Lihat kitab Shahiih Abi Dawud (2205)
[5] HR.Ahmad (III/76), Abu Dawud (2530), al Hakim (II/103, 103) dan ia
menshahihkannya serta disetujui oleh adz Dzahabi dari Abu Sa’id
radhiyallahu ‘anhu. Lihat kitab Shahiih Abi Dawud (2207).
[6] HR.Muslim (2549) dari Ibnu ‘Amr radhiyallahu ‘anhu
[7] HR.Ahmad (II/204), Abu Dawud (3530), dan Ibnu Majah (2292) dari Ibnu
‘Amr radhiyallahu ‘anhu. Hadits ini tertera dalam kitab Shahiihul
Jaami’ (1486)
[8] HR.Al Bukhari (5973) dan Muslim (90) dari Ibnu ‘Amr radhiyallahu ‘anhu.
[9] HR.Al Bukhari (5971) dan Muslim (2548) dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu
[10] HR. Muslim (1631) dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu
[11] HR. Muslim (2552) dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu
[12] HR.Ibnu Hibban (433) dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhu. Hadits ini tertera dalam kitab Shahiihul Jaami’ (5990)
[13] Referensi tambahan : Shahiih Muslim (IV/1974) dan halaman
setelahnya, Fa-thul Baari (X/414) dan halaman setelahnya. Al Ihsaan bi
Tartiibi Ibni Hibban (I/315) dan halaman setelahnya, al Aadaab karya al
Baihaqi (hal.5) dan halaman setelahnya, al Aadaab asy Syar’iyyah karya
Ibnu Muflih (I/433) dan halaman setelahnya, Ihya ‘Uluumuddin karya al
Ghazali (II/216) dan halaman setelahnya, Birrul Waalidain karya ath
Thurthusi, dan lain-lain.
Sumber:
Diketik ulang dari buku “Ensiklopedi Adab Islam Menurut al Qur’an dan as
Sunnah – Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Fathi as Sayyid Nada”, Pustaka Imam
asy Syafi’I Hal.171-179.
Dipublikasikan kembali oleh : http://alqiyamah.wordpress.com/2009/10/25/adab-birrul-waalidain-berbakti-kepada-kedua-orang-tua/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar