Katakanlah : Dialah Allah, Yang Maha Esa. (1)
Allah adalah Tuhan yang bergantung kepadaNya segala sesuatu. (2)
Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, (3)
dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia (4).
KEUTAMAAN SURAT AL IKHLASH SECARA UMUM
1. Hadits A’isyah Radhiyallahu ‘anha, beliau berkata:
“Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengutus seseorang kepada sekelompok pasukan, dan ketika orang itu
mengimami yang lainnya di dalam shalatnya, ia membaca, dan mengakhiri
(bacaannya) dengan قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ, maka tatkala mereka
kembali pulang, mereka menceritakan hal itu kepada Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau pun bersabda:
“Tanyalah ia, mengapa ia berbuat demikian?” Lalu mereka bertanya
kepadanya. Ia pun menjawab: “Karena surat ini (mengandung) sifat ar
Rahman, dan aku mencintai untuk membaca surat ini,” lalu Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Beritahu dia, sesungguhnya Allah pun mencintainya”.[1]
2. Hadits Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata :
“Seseorang (sahabat) dari al Anshar mengimami (shalat) mereka (para
shahabat lainnya) di Masjid Quba. Setiap ia membuka bacaan (di dalam
shalatnya), ia membaca sebuah surat dari surat-surat (lainnya) yang ia
(selalu) membacanya. Ia membuka bacaan surat di dalam shalatnya
dengan قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ, sampai ia selesai membacanya, kemudian
ia lanjutkan dengan membaca surat lainnya bersamanya. Ia pun
melakukan hal demikan itu di setiap raka’at (shalat)nya. (Akhirnya)
para sahabat lainnya berbicara kepadanya, mereka berkata:
“Sesungguhnya engkau membuka bacaanmu dengan surat ini, kemudian
engkau tidak menganggap hal itu telah cukup bagimu sampai (engkau
pun) membaca surat lainnya.
Maka, (jika engkau ingin membacanya) bacalah surat itu (saja), atau
engkau tidak membacanya dan engkau (hanya boleh) membaca surat
lainnya”. Ia berkata: “Aku tidak akan meninggalkannya. Jika kalian
suka untuk aku imami kalian dengannya, maka aku lakukan. Namun, jika
kalian tidak suka, aku tinggalkan kalian,” dan mereka telah
menganggapnya orang yang paling utama di antara mereka, sehingga
mereka pun tidak suka jika yang mengimami (shalat) mereka adalah
orang selainnya. Sehingga tatkala Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
mendatangi mereka, maka mereka pun menceritakan kabar (tentang itu),
lalu ia (Nabi) bersabda: “Wahai fulan, apa yang menghalangimu untuk
melakukan sesuatu yang telah diperintahkan para sahabatmu? Dan apa
pula yang membuatmu selalu membaca surat ini di setiap raka’at
(shalat)?” Dia menjawab,”Sesungguhnya aku mencintai surat ini,” lalu
Rasulullah n bersabda: “Cintamu kepadanya memasukkanmu ke dalam
surga”.[2]
HADITS YANG MENJELASKAN SURAT AL IKHLASH SEBANDING DENGAN SEPERTIGA AL QUR`AN
1. Hadits Abu Sa’id al Khudri Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
“Sesungguhnya seseorang mendengar orang lain membaca قُلْ هُوَ اللهُ
أَحَدٌ dengan mengulang-ulangnya, maka tatkala pagi harinya, ia
mendatangi Rasulullah n dan menceritakan hal itu kepadanya, dan
seolah-olah orang itu menganggap remeh surat itu, maka bersabdalah
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
“Demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, sesungguhnya surat itu sebanding dengan sepertiga al Qur`an”.[3]
2. Hadits Abu Sa’id al Khudri Radhiyallahu ‘anhu pula, ia berkata:
“Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada para sahabatnya:
“Apakah seseorang dari kalian tidak mampu membaca sepertiga al Qur`an
dalam satu malam (saja)?” Hal itu membuat mereka keberatan,
(sehingga) mereka pun berkata: “Siapa di antara kami yang mampu
melalukan hal itu, wahai Rasulullah?” Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
“Allahul Wahidush Shamad (surat al Ikhlash, Red), (adalah) sepertiga al Qur`an”.[4]
3. Hadits Abu ad Darda` Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
“Dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia bersabda:
“Apakah seseorang dari kalian tidak mampu membaca
dalam satu malam (saja) sepertiga al Qur`an?” Mereka pun berkata: “Dan
siapa (di antara kami) yang mampu membaca sepertiga al Qur`an (dalam
satu malam, Red)?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ sebanding dengan sepertiga al
Qur`an.”[5]
4. Hadits Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Berkumpullah kalian, karena sesungguhnya aku akan
membacakan kepada kalian sepertiga al Qur`an,” maka berkumpullah orang
yang berkumpul, kemudian Nabiyullah Shallallahu ‘alaihi wa asllam
keluar dan membaca قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ (surat al Ikhlash, Red),
kemudian beliau masuk (kembali). Maka sebagian dari kami berkata
kepada sebagian yang lain: “Sesungguhnya aku menganggap hal ini kabar
(yang datang) dari langit, maka itulah pula yang membuat beliau
masuk (kembali),” lalu Nabiyullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
keluar dan bersabda: “Sesungguhnya aku telah berkata kepada kalian
akan membacakan sepertiga al Qur`an. Ketahuilah, sesungguhnya surat
itu sebanding dengan sepertiga al Qur`an”.[6]
Dan
masih banyak lagi hadits-hadits lainnya yang semakna dengan
hadits-hadits yang telah disebutkan di atas, seperti hadits Abu Ayyub
al Anshari Radhiyallahu ‘anhu[7], Abu Mas’ud al Anshari Radhiyallahu
‘anhu [8], dan lain-lain.[9]
MEMBACA SURAT AL IKHLASH DAPAT MENJADI PENYEBAB MASUK SURGA
1. Hadits Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
“Aku datang bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau mendengar seseorang membaca:
Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Telah wajib,” aku bertanya: “Apa yang wajib?” Beliau bersabda, “(Telah wajib baginya) surga.”[10]
SURAT AL IKHLASH -DENGAN IZIN ALLAH MELINDUNGI ORANG YANG MEMBACANYA, JIKA DIBACA BERSAMA SURAT AL FALAQ DAN AN NAAS
1. Hadits Uqbah bin ‘Amir al Juhani Radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata:
“Tatkala aku menuntun kendaraan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam dalam sebuah peperangan, tiba-tiba beliau berkata: “Wahai
Uqbah, katakana,” aku pun mendengarkan, kemudian beliau berkata
(lagi): “Wahai Uqbah, katakana,” aku pun mendengarkan. Dan beliau
mengatakannya sampai tiga kali, lalu aku bertanya: “Apa yang aku
katakan?” Beliau pun bersabda:
“Katakan قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ”, lalu beliau
membacanya sampai selesai. Kemudian beliau membaca قُلْ أَعُوْذُ
بِرَبِّالفَلَقِ, aku pun membacanya bersamanya hingga selesai.
Kemudian beliau membaca قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِ, aku pun
membacanya bersamanya hingga selesai. Kemudian beliau bersabda:
“Tidak ada seorang pun yang berlindung (dari segala keburukan)
seperti orang orang yang berlindung dengannya (tiga surat) tersebut”.[11]
KEUTAMAAN SURAT AL IKHLASH, JIKA DIBACA BERSAMA SURAT AL FALAQ DAN AN NAAS KETIKA SESEORANG HENDAK TIDUR
1. Hadits A’isyah Radhiyallahu ‘anha, beliau berkata:
Sesungguhnya apabila Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ingin
merebahkan tubuhnya (tidur) di tempat tidurnya setiap malam, beliau
mengumpulkan ke dua telapak tangannya, kemudian beliau sedikit meludah
padanya sambil membaca surat “Qul Huwallahu Ahad” dan “Qul A’udzu bi
Rabbin Naas” dan “Qul A’udzu bi Rabbil Falaq,” kemudian (setelah
itu) beliau mengusapkan ke dua telapak tangannya ke seluruh tubuhnya
yang dapat beliau jangkau. Beliau memulainya dari kepalanya,
wajahnya, dan bagian depan tubuhnya. Beliau melakukannya sebanyak
tiga kali.[12]
ORANG YANG BERDOA DENGAN MAKNA SURAT AL IKHLASH INI, IA AKAN DIAMPUNI DOSA-DOSANYA DENGAN IZIN ALLAH
1. Hadits Mihjan bin al Adru’ Radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata:
Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk ke dalam
masjid, tiba-tiba (ada) seseorang yang telah selesai dari shalatnya,
dan ia sedang bertasyahhud, lalu ia berkata: “Ya Allah, sesungguhnya
aku meminta (kepadaMu) bahwa sesungguhnya Engkau (adalah) Yang Maha
Esa, Yang bergantung (kepadaMu) segala sesuatu, Yang tidak beranak dan
tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara
denganNya, ampunilah dosa-dosaku, (karena) sesungguhnya Engkau Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang,” kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
“Sungguh ia telah diampuni (dosa-dosanya),” beliau mengatakannya sebanyak tiga kali. [13]
2. Hadits Buraidah bin al Hushaib al Aslami Radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata:
“Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendengar
seseorang berkata: “Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepadaMu, bahwa
diriku bersaksi sesungguhnya Engkau (adalah) Allah yang tidak ada
ilah yang haq disembah kecuali Engkau Yang Maha Esa, Yang bergantung
(kepadaMu) segala sesuatu, Yang tidak beranak dan tidak pula
diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara denganNya,”
kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sungguh dirimu telah meminta kepada Allah dengan
namaNya, yang jika Ia dimintai dengannya (pasti akan) memberi, dan
jika Ia diseru dengannya, (pasti akan) mengabulkannya”. [14]
Demikian sebagian hadits-hadits shahih yang menerangkan
keutamaan-keutamaan surat al Ikhlash yang mulia ini. Dan masih banyak
hadits-hadits lainnya yang menerangkan keutamaan-keutamaan surat ini,
namun kebanyakan dha’if (lemah), atau bahkan maudhu’ (palsu).
Sehingga, cukuplah bagi kita hadits-hadits yang shahih saja tanpa
hadits-hadits yang dha’if, terlebih lagi yang maudhu’.
Billahit taufiq...
Sumber : http://pejuangsyariahdankhilafah.wordpress.com/2010/12/11/keutamaan-surah-al-ikhlas/
Tafsir Surat Al-Ikhlash
Oleh
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
Bismillahirrahmaanirrahiim
Allah berfirman. Artinya :
“Katakanlah : “Dialah Allah, Yang Maha Esa” [Al-Ikhlash : 1]
“Allah adalah Ilah yang bergantung kepadaNya segala urusan” [Al-Ikhlash : 2]
“Dia tidak beranak dan tiada pula diperanakkan” [Al-Ikhlash : 3]
“Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia” [Al-Ikhlash : 4]
Mengenai “basmalah” telah berlalu penjelasannya.
Sebab turunnya surat ini adalah, ketika orang musyrik atau orang Yahudi
berkata kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam : “Beritakan
kepada kami sifat Rabb-mu!” Kemudian Allah Ta’ala menurunkan surat ini
[1]
Qul = “Katakanlah”. Pernyataan ini ditujukan kepada Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan umatnya. “Huwa Allahu ahad” = “Dialah
Allah Yang Maha Esa”. Menurut ahli I’rab, huwa adalah dhamir sya’n,
dan lafdzul jalalah Allah khabar mubtada dan “Ahadun” khabar kedua.
‘Allahu Ash-Shomad’ kalimat tersendiri. “Allahu Ahadun” Yakni, Dia
adalah Allah yang selalu kamu bicarakan dan yang selalu kamu memohon
kepada-Nya. “Ahadun”. Yakni, Yang Maha Esa dalam kemuliaan dan
keagungan-Nya, yang tiada bandingan-Nya, tiada sekutu bagi-Nya. Bahkan
Dia Maha Esa dalam kemuliaan dan keagungan. “Allahu Ash-Shomad”
adalah kalimat tersendiri Allah Ta’ala menjelaskan bahwa dia
Ash-Shomad. Makna yang paling mencakup iallah Dia mempunyai sifat yang
sempurna yang berbeda dengan semua mahkhluk-Nya.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Ash-Shomad ialah yang sempurna
Keilmuan-Nya, Yang sempurna Kesantunan-Nya, Yang sempurna
Keagungan-Nya, Yang sempurna Kekuasaan-Nya. Sampai akhir perkatan-Nya
[2]. Ini artinya bahwa Allah Ta’ala tidak membutuhkan makhluk karena
Dia Maha Sempurna. Dan juga tertera dalam tafsir bahwasanya As-Shamad
ialah yang menangani semua urusan makhlukNy-Nya. Artinya, Bahwa
seluruh makhluk sangat bergantung kepada Allah Ta’ala. Jadi, arti yang
paling lengkap ialah : Dia Maha Sempurna dalam sifat-sifat-Nya dan
seluruh makhluk sangat bergantung kepada-Nya.
“Lam yaalid”. Bahwa Allah Azza wa Jalla tidak mempunyai anak karena Dia
adalah Dzat Yang Maha Muali dan Maha Agung, tidak ada yang serupa
dengan-Nya. Seorang anak adalah sempalan dan bagian dari orang tuanya.
Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Fathimah
Radhiyallahu ‘anha. Artinya :
"Ia adalah bahagian dari diriku." [3]
Allah Azza wa Jalla tidak ada yang serupa dengan-Nya. Anak merupakan
salah satu kebutuhan manusia, baik untuk memenuhi kebutuhan dunia
maupun untuk menjaga kesinambungan keturunan. Allah Azzan wa Jalla
tidak memerlukan itu semua. Dia juga tidak dilahirkan karena tidak ada
yang serupa dengan-Nya dan Allah Azza wa Jalla tidak memerlukan
seorang dari makhluk-Nya. Allah telah mengisyaratkan bahwa mustahil
bagi-Nya mempunyai anak, seperti dalam firman-Nya. Artinya :
"Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak
mempunyai isteri ? Dia menciptakan segala sesuatu ‘ dan Dia mengetahui
segala sesuatu” [Al-An’am : 101]
Seorang anak membutuhkan orang yang melahirkannya.
Demikianlah, Allah adalah Dzat Yang Menciptakan segala sesuatu. Jika
Allah menciptakan segala sesuatu berarti Dia terpisah dari makhluk-Nya.
Dalam firman-Nya : Lam yaalid” = “tidak beranak” merupakan bantahan
terhadap tiga kelompok anak Adam yang menyimpang. Mereka adalah orang
Musyrik, orang Yahudi dan orang Nasrani. Orang musyrik meyakini bahwa
malaikat yang mereka itu ‘Ibadur Rahman’ berjenis perempuan. Mereka
mengatakan bahwa malaikat tersebut adalah anak perempuan Allah. Orang
Yahudi mengatkan ‘Uzair adalah anak Allah, dan orang Nasrani mengatakan
Al-masih adalah anak Allah. Kemudian Allah mengingkari mereka semua
dengan firman-Nya “Lam yaalid wa lam yuu lad” = “Dia tiada beranak dan
tiada pula diperanakan”, karena Allah Azza wa Jalla adalah Dzat Yang
Pertama, tidak ada sesuatu yang mendahului-Nya, bagaimana mungkin
dikatakan bahwa Dia dilahirkan.
Firman Allah, Artinya :
"Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia." [Al-Ikhlash : 4]
Yaitu tidak ada sesuatu pun yang menyamai seluruh sifat-sifat-Nya. Dan
Allah Subhanahu wa Ta’ala menafikan Dirinya mempunyai ayah atau Dia
dilahirkan atau ada yang semisal dengan-Nya.
Sureat ini mempunyai keistimewaan yang sangat agung. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
Artinya :
"Bahwa ia (surat Al-Ikhlash) menyamai sepertiga Al-Qur’an." [4]
Surat ini menyamai sepertiga Al-Qur’an tetapi tidak dapat menggantikan
sepertiga Al-Qur’an tersebut. Dalilnya, kalau seorang membaca surat
ini sebanyak tiga kali di dalam shalat, masih belum mencukupi sebelum
ia membaca surat Al-Fatihah. Padahal jika ia membacanya tiga kali,
seolah-olah ia membaca semua Al-Qur’an, tetapi tidak dapat
mencukupinya. Jadi, kamu jangan heran ada sesuatu yang sebanding
tetapi tidak mencukupi. Misalnya sabda Rasullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam : Barangsiapa membaca, Artinya :
"Tiada ilah yang berhak disembah kecuali hanya Allah
yang tiada sekutu bagi-Nya, kepunyaan-Nyalah segala kekuasaan dan
pujian, dan Dia Maha Berkuasa atas segala sesuatu."
Seakan-akan ia telah membebaskan empat orang budak dari keuturunan Isma’il atau dari anak Ismail” [5]
Padahal jika ia berkewajiban untuk membebaskan empat orang hamba,
dengan mengatakan dzikir ini saja tidak cukup untuk membebaskan
dirinya dari kewajiban membebaskan hamba tersebut. Oleh karena itu,
sam bandingnya sesuatu belum tentu dapat menggantikan posisi yang
dibandingkan.
Surat ini dibaca Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada raka’at
kedua shalat sunnah Fajr, shalat sunnah Maghrib dan shalat sunnah
Thawaf [6]. Begitu juga beliau membacanya dalam shalat witir [7],
karena surat ini merupakan landasan keikhlasan yang sempurna kepada
Allah, inilah sebabnya dinamai dengan surat Al-Ikhlash.
Sumber : http://www.almanhaj.or.id/content/1665/slash/0
Wallahu a’lam bish-shawabi... (hanya
Allah
yang Mahatahu
Kebenarannya)
Catatan ini kami tujukan untuk kami pada khususnya
dan untuk semua pembaca pada umumnya...
Jika
terjadi
kesalahan dan
kekurangan
disana-sini
dalam
catatan
ini...
Itu
hanyalah dari
kami...
dan
kepada Allah
SWT.,
kami mohon
ampunan...
Semoga
Allah
SWT.
memberi
kekuatan
untuk kita
amalkan... Amin
Wassalam...
Semoga
Bermanfaat...
Silahkan
COPY atau
SHARE ke
rekan anda
jika
menurut Anda note ini bermanfaat...
Lampirkan sumbernya ya... Syukron