Cinta antara kaum Adam dan Hawa ini begitu menakjubkan. Kita semua pasti pernah atau mungkin ada yang sedang mengalaminya saat ini. Perasaan cinta pada seseorang yang dikagumi dan ingin dimiliki. Cinta seperti ini bisa membuat seseorang mabuk kepayang. Makan tak enak, tidurpun tak nyenyak. Selalu si dia yang terbayang di mata. Hal seperti ini yang dialami oleh Evi Tamala saat dia merasakan kerinduan pada sang pujaan jiwa,
Di manapun ada bayanganmu
Ke manapun ada bayanganmu
Di setiap waktuku ada bayangmu kekasihku….
Begitu juga khayalan Nurhana saat dia sedang kasmaran kepati–pati pada seorang pria,
Nadyan mung ngimpi ora popo
Yen ati iki biso dadi lego
Deweke teko lan kondho yen tresno
Ning ati aku pasrah lan lilo….
Lalu, ada juga cinta yang membuat seseorang menjadi begitu riang meskipun cinta yang dijalani cenderung berorientasi untuk have fun. Yang penting dijalani, seru, happy, tapi entah bagaimana nanti. Cinta seperti ini yang kebanyakan dialami oleh remaja–remaja usia sekolah. Cinta bagi mereka adalah semata. Terkadang malah hanya untuk menjaga gengsi karena tidak ingin disebut jomblowan jomblowati. Cinta mereka seringkali berakhir begitu saja ketika tuntutan untuk merengkuh masa depan yang masih panjang menjadi hal utama yang harus diprioritaskan. Obi Mesakh pernah mengalami cinta seperti ini saat dia masih SMA. Suatu kali, dia membolos sekolah dan menunggu sang kekasih di kebun belakang sekolah sendirian hingga semut–semut kecil yang berbaris di dinding bertanya sedang apa dia di sana.
Sayang, cinta tak selamanya indah dan berbunga. Seringkali cinta menimbulkan malapetaka. Cinta seperti ini adalah cinta yang desire oriented (baca: nafsu. Memang tidak dapat dipungkiri, bukan cinta jika tanpa nafsu. Namun ketika nafsu sudah menjadi benalu di tubuh cinta, menyerap sari–sari cinta hingga cinta pun sirna, maka yang tertinggal adalah nafsu buta yang membuat pelakunya kehilangan arah.
Peluk aku
Cium aku
Bawa aku ke duniamu ….
Dan rayuan pun berkumandang memenuhi genderang telinga, merasuk dalam jiwa hingga pelakunya pun terlena. Hal–hal yang belum boleh dilakukan pun menjadi halal atas nama cinta. Berikutnya yang terjadi adalah apa yang dialami oleh Melinda,
Aku hamil duluan
Sudah tiga bulan
Gara–gara pacaran gelap–gelapan ….
Jika sudah demikian, penyesalan yang tersisa. Cinta yang semula dipuja–puja akhirnya berbuah noda hitam yang tak kan mungkin terhapuskan. Iga Mawarni ingin kembali ke rahim ibu dan tak pernah terlahir lagi karena peristiwa seperti itu. Begitu juga dengan Ayu Ting–Ting yang hanya bisa tersedu–sedu karena hanya mendapati alamat palsu. Sementara si Abang Toyib melenggang lari dari tanggung jawab dan tidak berani pulang.
Mengenaskan bukan? Kebahagiaan yang didamba tapi derita yang dirasa. Tapi apa lacur, nasi sudah menjadi bubur. Tak aja jalan lain yang bisa dilakukan selain memberi kuah yang gurih pada bubur itu, ditambah sedikit semur ayam bumbu kecap dan kerupuk udang hingga bubur yang tak sengaja dimasak itu tetap lezat untuk disantap.
Cinta bisa juga menjadi begitu memilukan. Membuat tetes–tetes air mata berderai karena kepedihan. Cinta seperti ini terjadi karena benih cinta tumbuh di ladang yang salah. Orang yang dicintai semestinya tidak berhak lagi untuk dicintai. Keluhan Broery Marantika begitu menyayat kalbu ketika dia mencintai Dewi Yull di saat keduanya telah sama–sama bersama orang lain.
Kupuisikan rindu di hatiku
Kuharap tiada seorangpun tahu
Biar kupendam saja
Biar kusimpan saja
Terlarang sudah rinduku padamu ….
Jika saja pelaku dari cinta seperti ini tidak dapat menahan diri, yang terjadi kemudian adalah menyakiti pasangan masing–masing dengan perselingkuhan. Akibat lebih jauhnya, tentu saja keluarga akan berantakan, hancur karena pengkhianatan. Tapi beruntung, Broery dan Dewi memberi kita contoh untuk melepaskan cinta seperti itu. Melihat realita yang ada bahwa cinta hanya bisa sebatas dirasa, namun tak mungkin menjadi nyata. Dengan derai air mata, Broery pun pamit pada Dewi,
Selamat tinggal
Kudoakan kau selalu bahagia
Hanya pesanku
Jangan lupa kirimkan kabarmu ….
Dengan air mata pula Dewi menjawab, “Jujur saja … aku masih merindukanmu ….”
Begitu berwarnanya cinta dengan suka duka yang mengirinya. Lalu seperti apa cinta benar–benar membuat bahagia???
Menurut Anis Matta, tidak ada cinta jiwa tanpa sentuhan fisik. Semua cinta yang tak berakhir dengan penyatuan fisik hanya akan menimbulkan penderitaan. Namun dengan satu catatan TEBAL, sentuhan fisik yang HALAL.
Ada sebuah cerita di zaman Khalifah Umar bin Khattab. Tersebutlah seorang pemuda bernama Nasr bin Hajjaj. Dia pemuda yang sangat tampan. Gadis–gadis Madinah secara diam–diam menyukainya.
Suatu saat, Khalifah Umar mendengar seorang gadis menyebut nama Nasr bin Hajjaj dalam bait–bait syairnya. Umar pun mencari Nasr karena penasaran dengan pemuda itu. Beliau terpana ketika bertemu dan melihat sendiri Nasr yang rupawan. Umar berkata pada Nasr bahwa ketampanannya telah menjadi fitnah para gadis. Akhirnya, Umar mengirim Nasr ke Basra.
Di Basra, Nasr bermukim pada sebuah keluarga kaya dengan nyonya rumah yang begitu mempesona. Sedangkan sang tuan rumah adalah seorang laki–laki yang matanya buta. Seiring waktu berjalan, benih cinta tumbuh antara Nasr dan istri tuannya. Perasaan itu tidak dapat mereka bendung. Hingga akhirnya tuan rumah mengetahui hal tersebut dari sahabatnya.
Nasr merasa malu dan meninggalkan keluarga itu. Namun cintanya pada sang nyonya tidak hilang. Dia kemudian sakit dalam perantauannya karena membawa beban batin derita cinta. Suatu saat sang nyonya mendengar hal itu dan memerintahkan dokter istana untuk mengobati Nasr. Betapa gembiranya Nasr ketika perempuan itu datang. Namun tetap saja cinta mereka tidak bisa sampai di pelaminan. Nasr semakin kurus kering dan meninggal setelah itu. Memang mereka tidak melakukan dosa. Namun cinta mereka membuahkan derita yang ditanggung hingga akhir hayat.
Benar apa yang dikatakan oleh Ust. Anis Matta, ”Cinta akan menemukan kekuatannya ketika terjadi sentuhan fisik.”
Semakin intens sentuhan fisik terjadi, cinta akan semakin kuat. Ketika sentuhan fisik itu mustahil, cinta yang ada adalah cinta yang menyakitkan. Maka jauhilah dan lupakanlah cinta yang tidak memungkinkan untuk dibawa pada penyatuan fisik. Tinggalkanlah segala cinta yang tidak terbuka jalan baginya menuju mahligai pernikahan. Mahligai yang menjembatani adanya cinta yang halal, cinta sebenarnya yang membahagiakan yang pada Sang Khaliq kita berdoa seperti ucapan Marc Anthony kepada Tina Arena “I want to spend my lifetime loving you…”. So sweet love. Insya Allah.
inspiratif artikel nya.
BalasHapus