Oleh: Abu Ahmad
Bahagia saat bersilaturahim pasca bulan Ramadhan
Kebersihan
jiwa yang tercipta oleh ibadah puasa selama sebulan penuh akan lebih
sempurna jika diiringi dengan pembersihan diri dari hak-hak orang lain.
Dosa kepada Allah telah ditebus dengan ibadah dan tobat selama sebulan
penuh, kini saatnya meleburkan dosa-dosa yang mungkin pernah melekat di
tubuh teman dan saudara, dan hal tersebut tidak ada cara untuk
menghapusnya kecuai dengan saling meminta maaf dan saling mendoakan.
Dalam sebuah hadits riwayat Salman al-Farisi Rasulullah saw bersabda:
إِنَّ
الْمُسْلِمَ إِذَا لَقِيَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ فَأَخَذَ بِيَدِهِ
تَحَاتَّتْ عَنْهُمَا ذُنُوبُهُمَا، كَمَا تَتَحَاتُ الْوَرَقُ مِنَ
الشَّجَرَةِ الْيَابِسَةِ فِي يَوْمِ رِيحٍ عَاصِفٍ، وَإِلا غُفِرَ
لَهُمَا، وَلَوْ كَانَتْ ذُنُوبُهُمَا مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ
“Seorang
muslim ketika bertemu dengan saudaranya seiman, lalu diambilnya tangan
saudara bersalaman, maka dosa-dosa keduanya berjatuhan laksana jatuhnya
daun-daun dari pepohonan kering di saat angin berhembus, dosa-dosa
keduanya diampuni meskipun sebanyak buih lautan” (Thabrani).
Banyak
cara untuk meminta maaf kepada siapa saja yang dikenal, dan pada
beberapa hari menjelang dan pasca Idul Fitri banyak orang disibukkan
oleh kegiatan mengirim kartu lebaran, membalas sms yang berisi ucapan
selamat idul fitri; dari saudara, teman, sahabat, mitra bisnis, bawahan
atau bahkan atasan.
Bisa jadi sampai
beratus dan bahkan ribuan sms masuk ke hand phone, tergantung pada
keluasan jaringan silaturahim yang telah dibangun oleh masing-masing
orang. Memang capek, letih kadang sampai bosan membaca dan menjawab
ucapan selamat itu, namun semua itu menggambarkan betapa pentingnya
kegiatan itu dan bahagianya dapat menjalin silaturahim yang dilakukan
oleh saudara, kenalan, teman yang pada hari idul fitri tidak
berkesempatan bertemu muka.
Namun sekalipun demikian, jalinan
silaturahim melalui saling kunjung berkunjung terhenti atau sudah merasa
cukup dengan saling berbalas sms. Namun hendaknya berkunjung dan
silaturahim harus tetap dilaksanakan, sesuai dengan karena hal tersebut
merupakan bagian yang sangat dianjurkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
Ada
juga sebagian anggota masyarakat yang melakukan acara kumpul bareng di
salah tempat; Masjid, mushalla, hall dan yang lain-lain yang mana acara
ini lebih dikenal dengan halal bi halal, boleh jadi maksud ini adalah
satu sama lainnya saling menghalalkan (memaafkan) segala kesalahan,
sehingga diantara mereka tidak ada lagi dosa.
Dalam hadits disebutkan, nabi saw bersabda:
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ أَوْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
“Barangsiapa yang bahagia dan senang, dimurahkan rezkinya dan dipanjangkan usianya, maka hendaklah menjalin silaturahim”.
Dalam
hadits lainnya juga disebutkan, Nabi bersabda: “Tidak sempurna iman
seseorang sehingga ia bersedia mencintai saudaranya sebagaimana ia
mencintai dirinya sendiri”. (Bukhari)
Begitupun dalam hadits disebutkan:
ارْحَمُوا أَهْلَ الْأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ
“cintailah mereka yang di bumi, maka engkau akan dicintai oleh Zat yang di langit”.
Dua
hadits diatas adalah di antara sekian banyak hadits-hadits lainnya yang
menganjurkan dan bahkan mendorong umat manusia untuk menjalin
silaturahim ini. Hubungan antara sesama muslim dan mukmin dalam Islam
digambarkan sebagaimana satu tubuh, maka jika bagian satu sakit maka
yang lain akan merasakannya, begitu pula sebaliknya.
Dan yang
lebih penting lagi untuk dipahami adalah bahwa Idul Fitri akan
memberikan makna besar manakala dalam bersilaturahim; berkunjung ke
saudara, famili, kolega atau kenalan. Bahkan juga tatkala mudik ke
kampung halaman lalu melakukan silaturahim; mampu melahirkan kesadaran
berta’aruf (saling berkenalan), lalu berlanjut pada tafahum (saling
memahami), tadhammun (saling memberikan jaminan untuk membantu),
tarohhum (saling mengasihi), takaful (saling bergotong-royong) dan
berujung pada ta’awun (saling tolong menolong) di antara kelompok sosial
yang berbeda itu; yang berada membantu yang kebetulan belum beruntung
dari sisi ekonominya, yang berada dalam kelapangan memberikan solusi
kepada saudaranya yang sedang diliputi kesusahan dan kesulitan, yang
mengalami kegembiraan karena mendapat bonus atau lain sebagainya maka
dapat memberikannya kepada orang yang sedang mengalami kesedihan dan
lain-lainnya.
Setidak-tidak setelah idul fitri menyerukan
berbagai gerakan untuk mengatasinya, maka itulah sesungguhnya yang
dituntut oleh ajaran Islam, agar dijalankan oleh kita semua sebagai
orang yang telah mendapatkan gelar mulia, yaitu taqwa. Silaturahim baru
bermakna sosial jika, setidak-tidaknya hati kita menjadi merasa
tersentuh tatkala menyaksikan sesama saudara kita sebangsa ini, sebatas
memenuhi kebutuhan berteduh, berpakaian pantas dan makan bergizi saja
setelah merdeka tidak kurang dari 60 tahun, belum terlaksana. Inilah
sesungguhnya esensi ajaran kemanusiaan yang seharusnya kita dapatkan
melalui ibadah puasa di bulan Ramadhan. Implementasi nilai-nilai sosial
dalam Islam seperti itu, bukan berlebihan. Sebab, dalam suatu riwayat
kita tatkala memasak yang dimungkinkan aromanya tercium ke rumah
tetangga, maka dianjurkan untuk memperbanyak kuahnya, agar bisa
dibagikan ke tetangga yang mencium aroma masakan itu.
Sumber : http://www.al-ikhwan.net/bahagia-bersama-ramadhan-19-bahagia-saat-bersilaturahim-pasca-bulan-ramadhan-4016/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar