Oleh: Aba AbduLLAAH
Rasulullah
SAW adalah orang yang paling tinggi derajatnya disisi Allah, tapi ia
juga orang yang paling banyak dan paling berat cobaannya. Para nabi as
yang lain juga adalah manusia-manusia paling mulia dan paling dikasihi
Allah SWT tapi mereka juga adalah yang paling banyak dan berat dicoba
oleh Allah SWT.Kafilah ini lalu diikuti dengan kafilah para ulama salaf
yang shalih, mereka adalah yang paling banyak dan berat pula cobaannya
jika dibanding manusia lainnya. Imam Syafi’i mengalami pengusiran dari
Kufah ke Mesir, Imam Ahmad dipenjara dan disiksa bertahun-tahun, dan
Imam Malik disiksa sampai mematahkan kedua tulang bahunya.
Maka
ujian bagi seorang mu’min akan selalu meningkatkan ketinggian dan
kemuliaannya disisi Allah, dan menguji kebenaran keimanannya (QS 9/1-2).
Hikmah yang lain dari cobaan adalah bahwa dengannya seorang mu’min
menjadi semakin matang dan kuat, serta bertawakkal dan semakin berserah
diri kepada Allah SWT (QS 33/10-13, 22). Dan tidaklah cobaan yang datang
kepada seorang mu’min, kecuali hal itu baik baginya sepanjang ia
bersabar dan bersyukur, sebagaimana sabda Nabi SAW:
“Menakjubkan urusan seorang mu’min, jika ia mendapatkan ni’mat maka ia
bersyukur dan syukur itu sangat baik baginya. Dan jika ia ditimpa
musibah maka ia bersabar dan sabar itu sangat baik baginya.” (HR Muslim
& Tirmidzi)
Lihatlah istri Rasulullah SAW, Aisyah ra yang
mendapatkan ujian yang sangat berat dalam sejarah Islam dengan fitnah
yang keji, tetapi Allah SWT menyatakan bahwa hal tersebut sangat baik
baginya (QS 24/11). Imam Ghazali dalam Ihya-nya menceritakan tentang
kisah dirinya sendiri, sangkaannya bahwa ia sudah mencapai kesempurnaan
dalam bersabar, maka ia berdoa pada Allah untuk diberikan ujian
sekehendak-Nya, maka Allah-pun mengujinya dengan ujian yang remeh, yaitu
tidak dapat buang air kecil, maka iapun tidak mampu menanggung ujian
tersebut, maka iapun bertaubat dan Allah SWT menyembuhkannya, maka iapun
keluar ke jalan-jalan sambil berkata pada setiap anak kecil yang
dijumpainya: “Pukullah pamanmu yang bodoh ini nak!”
Ujian
adalah sebuah kemestian dalam kehidupan, jangankan sebagai seorang
mu’min, orang kafirpun mendapatkan musibah dan kesulitan juga (QS 90/4),
tetapi hendaklah kita tidak meminta untuk diberi ujian oleh Allah SWT,
karena kalau DIA menguji kita, maka ujian tersebut pasti sesuai dengan
kemampuan kita, karena DIA Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, tetapi
kalau kita yg meminta untuk diuji, maka ujian yang datang boleh jadi
diluar kemampuan kita, karena DIA Maha Kuasa lagi Maha Perkasa.
MAKNA UJIAN
a.
Ujian (fitnah) berasal dari kata bahasa Arab fa-ta-na yang berarti
imtihaan, ikhtiyaar, ibtilaa’, yang artinya ujian. Kalimat fatanu
adz-dzahaab berarti membakar emas untuk memurnikannya, artinya emas
perlu dibakar (diuji) dulu sampai ketahuan kualitasnya. Demikian juga
pembakaran batu bata dan pencucian pakaian dilakukan untuk menguatkannya
dan membersihkannya. Demikian pula ujian bagi manusia diberikan untuk
menguatkan jiwanya dan membersihkan dosanya.
b. Ali ra berkata:
Iman itu bukanlah cita-cita dan bukan pula khayalan manusia, melainkan
ia adalah sesuatu yang menghunjam dalam hati dan dibenarkan oleh amal
perbuatannya.
JENIS-JENIS UJIAN :
1. UJIAN KELUARGA DAN ANAK (QS 64/14-15)
·
Contoh terbaik untuk hal ini adalah Nabi Ibrahim dan keluarganya, sudah
lama tidak punya anak (QS 15/54), saat usia tua diberi anak
diperintahkan oleh Allah SWT untuk ditinggalkan di padang pasir tandus
(QS 14/37), saat sudah remaja setelah sekian lama tak bertemu
diperintahkan untuk menyembelihnya (QS 37/102). Tetapi semua itu tidak
sedikitpun menggetarkan cintanya kepada Penciptanya.
· Contoh
lainnya adalah Nabi Muhammad SAW, yang disebutkan dalam al-hadits
berkali-kali ditinggal mati oleh keluarganya (dari sejak kecil sudah
tidak punya ayah, lalu ditinggal mati ibunya, kakeknya, pamannya,
istrinya, anak-anaknya) tetapi beliau SAW tetap bersabar.
· Para
tabi’in seperti Farukh yang meninggalkan istrinya dalam keadaan hamil
untuk mempertahankan Islam, maka anaknya kemudian menjadi tokoh tabi’in
di Madinah yaitu Rabi’ah ar-Ra’yu. Ulama salaf lainnya seperti Imam
Syafi’i ditinggal oleh ayahnya berjihad, tetapi ibunya tetap bersabar
dan berikhtiar sehingga anaknya menjadi ulama nomor satu pada zamannya.
·
Contoh untuk cobaan yang keburukan keluarga adalah yang dialami oleh
Nabi Luth dan Nabi Nuh as. Seorang hamba yang beriman, tetapi istri
mereka malah paling memusuhi dakwahnya sehingga istri mereka berdua
diabadikan oleh Allah SWT dalam al-Qur’an sebagai tokoh-tokoh ahli
neraka (QS 66/10). Pada kondisi cobaan dari suami yang jahat adalah
seperti yg dialami oleh Asiyyah binti Muzahim, istri Fir’aun, yang
bersabar atas siksaan suaminya sehingga menjadi salah seorang diantara
wanita paling terkemuka di syurga (QS 66/11)
2. UJIAN HARTA (QS 57/20)
·
Nabi Sulaiman as. Dibukakan berlimpahnya harta sebagai raja yang paling
berkuasa, diberikan kemampuan menundukkan binatang-binatang, bahkan
Jin, Syaithan, angin sebagai kendaraannya, mampu mengerti bahasa-bahasa
binatang, tetapi ia malah berdo’a: Wahai Rabb-ku, tunjukkanlah padaku
bagaimana caranya aku mensyukuri ni’mat-Mu, dan bagaimana caranya aku
beribadah yang paling Engkau ridhai. (QS 27/19).
· Nabi Muhammad
SAW: Mendapat 1/5 harta ghanimah, pernah mendapat bagian ghanimah
kambing sebanyak dua bukit, tapi saat wafat? Hanya memiliki kuda, pedang
dan baju besi yang tergadai pada seorang Yahudi. Selesai shalat
buru-buru kekamarnya karena ingat pada sekeping emas yang belum
dishadaqahkan; Pada wanita yang memberikan kue saat ia memegang
perhiasan Bahrain, langsung diberi semua perhiasan yang dipegangnya;
Domba 2 bukit setelah perang Hunain yang diminta oleh seorang Badui
diberikan seluruhnya; Tidak pernah bilang “Tidak” pada orang yang
meminta (HR Muttafaq ‘alaih dari Jabir ra).
· Beliau SAW pernah menyatakan:
“Demi Allah, bukanlah kefakiran yang aku takutkan atas kalian,
tetapi aku takut jika Allah nanti membukakan pintu dunia sebagaimana
telah dibuka-Nya untuk ummat sebelum kalian, lalu kalian berlomba-lomba
menikmatinya, sebagaimana ummat sebelum kalian juga telah berlomba
menikmatinya, lalu dunia itu membinasakan kalian, sebagaimana telah
membinasakan mereka.”
Hadits ini dialami oleh sahabat ra (saat
penaklukan Persia), yaitu berlimpahnya ghanimah kaum muslimin, sampai
ada seorang prajurit bawahan yang membawa sebuah mahkota Raja Kisra
Persia dan memberikannya pada komandannya sehingga membuat kagum sang
komandan pada kejujurannya.
· Hikmah ditenggelamkannya Qarun dizaman Musa as (QS 28/76), karena gagal diuji dengan hartanya.
3. UJIAN ILMU (QS 2/44; 7/175-176)
·
Hikmah dari Bal’am bin Mulkan (QS 7/175-176), seorang ulama Bani Israil
yang sangat alim (pandai) dan ahli ibadah, tetapi kemudian tergoda oleh
syahwat (wanita) dan dunia (harta) sehingga termasuk ke dalam orang
yang celaka di dunia dan di akhirat.
· Hikmah dari Samiri (QS
20/95-96 ), seorang ulama Bani Israil yang sangat pandai, tetapi
kepandaiannya kemudian disalahgunakan sepeninggal sang pemimpin untuk
membuat sapi betina yang menyesatkan kaumnya.
4. UJIAN DALAM PENYAKIT
·
Hikmah Nabi Ayyub as (QS 21/83), diberi ujian penyakit yang sangat
berat tetapi tetap dalam keimanannya sehingga Allah SWT mengangkat
derajatnya di dunia dan di akhirat.
5. UJIAN SIKSAAN DARI ORANG KAFIR
·
Hikmah Ashaabul Ukhdud (QS 85/4-8), seorang pemuda beriman yang
diberikan berbagai cobaan berat namun diselamatkan Allah SWT, sehingga
kematiannya oleh raja disaksikan oleh seluruh penduduk di kota tersebut
dan menyebabkan masuk Islamnya seluruh kota, sehingga raja membuat parit
mengelilingi kota dan menyalakan api serta menyuruh seluruh penduduk
yang tidak mau kafir untuk mencebur ke dalam parit tersebut, sehingga
ribuan orang mati syahid (hadits selengkapnya di Kitab Riyadhus Shalihin
jilid-II, oleh Imam Nawawi)
6. UJIAN DALAM BERAGAMA (QS 5/77)
· Menjadi berlebih-lebihan dan ekstrim (ifraath) atau sebaliknya menjadi berkurang-kurangan (tafriith) dalam menjalankan agama.
·
Sabda Nabi SAW: “Agama Islam ini akan dipikul dalam setiap generasi
oleh orang-orang yang adil; yang senantiasa berusaha membersihkan agama
ini dari penyimpangan orang-orang yang berlebihan, manipulasi
orang-orang yang sesat, dan penafsiran orang-orang yang bodoh.” (HR
Ahmad)
· Orang yang berlebihan/ekstrim senantiasa berusaha
menambah-nambahi dan memperberat agama yang sudah sempurna ini dengan
berbagai penafsiran yang membuat agama ini kehilangan kelembutan dan
rahmahnya sehingga menjadi agama yg keras, garang dan tanpa kompromi.
Sementara orang-orang yang sesat selalu berusaha menafsirkan ayat
ataupun hadits sesuai keinginan dan hawa nafsunya dengan tujuan jahat
dan merusak Islam dari dalam. Dan orang-orang yang bodoh berusaha
melaksanakan ibadah tanpa ilmu dan tanpa disertai dalil-dalil yang kuat
sehingga agama ini menjadi penuh dg bid’ah.
· Bahwa syarat
diterimanya ibadah mahdhah adalah bahwa ia harus ikhlas (QS 98/5) dan
harus ittiba’ / ada contohnya dari Nabi SAW berdasarkan dalil yang
shahih (QS 3/31). Sedangkan syarat diterimanya ibadah ghairu mahdhah
(mu’amalah) adalah harus ikhlas dan tidak bertentangan dengan dalil yang
shahih.
MARAJI’ :
1. Al-Qur’an al-Karim, Tafsir wal Bayan Wa Asbaab an Nuzuul. DR. Muhammad Hasan al-Mahdhiy.
2. Riyadhus Shalihin. Imam Yahya bin Syaraf an-Nawawi.
3. Hikmatul Ibtilaa’. Asy Syahid Sayyid Quthb.
4. Suar min Hayati at-Tabi’in. DR Khalid Muhammad Khalid
5. Lain-lain.
dari : http://www.al-ikhwan.net/hikmah-dari-sebuah-cobaan-47/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar