Dalam hidup sering kita mendapatkan berbagai pendapat yang kadang membuat bingung mana yang harus dituruti untuk membuat kita yakin akan pendapat kita mari kita ikuti salah satu kisah yang menarik ini …
Di suatu padang pasir yang panas terik, bermulalah perjalanan musafir seorang ayah dan anak lelakinya dengan seekor unta sebagai kendaraan mereka. Dengan hanya ada seekor unta, maka mereka terpaksa mengendarainya secara bergilir…
Anak yang soleh itu pun mempersilahkan ayahnya untuk naik ke atas unta mereka. “Wahai ayahku, naiklah dan biarkan aku yang berjalan karna aku lebih muda dan bertenaga dibanding ayah.” Maka sang ayah pun naik dengan perasaan bangga terhadap kebaikan anaknya.
Perjalanan mereka diteruskan sehingga melalui sebuah perkampungan. Orang-orang di situ memandang mereka berdua dengan pandangan yang sangat heran.
“Ya syeikh, apa ini?! Kamu membiarkan anakmu yang berjalan sedangkan kamu enak-enak saja di atas unta itu,” kedengaran suara seseorang yang begitu heran melihat situasi itu.
Si ayah merasa malu. Dengan perasaan serba salah, maka dia pun turun dari unta itu.
“Wahai anakku, sudah kau dengar bukan? Sekarang, naiklah dan biarkan aku yang berjalan karna aku ini ayahmu yang seharusnya melindungimu. Naiklah.” Kata si ayah bernada lembut.
Maka sang anak pun naik dengan perasaan yang terharu atas keinginan si ayah. Perjalanan mereka pun diteruskan sehinggalah mereka melalui sebuah lagi kampung yang lain. Ternyata, di kampung itu juga, mereka dipandang sinis dan heran.
“Hai anak muda! Sungguh, perbuatanmu sangat-sangat tidak berbudi dan dzalim. Apakah kau tidak kasihan akan ayahmu yang sudah tua itu, berjalan kaki sedangkan tubuhmu yang muda dan segar itu menunggang unta ini?”
Si anak jadi sedih mendengar hardikan itu lalu ia pun turun dengan penuh rasa malu. Nah, jadi…yang mana yang benar? Mana yang seharusnya dituruti? Waduh, bikin pusing saja! Akhirnya, sang ayah dan anak pun sama-sama berjalan kaki karna tidak tahu yang mana yang harus mereka ikuti.
Perjalanan pun diteruskan sehingga mereka melalui satu lagi kampung yang lain. Nah lagi-lagi, orang-orang di situ tersenyum-senyum sinis dengan lirikan mata yang mengejek.
“Wahai si tua dan anak muda, apakah kamu berdua ini tidak punya otak? Atau kamu berdua ini sakit? Kamu kan punya unta sebagai kendaraan. Mengapa tidak dinaiki?”
Sang ayah dan si anak lalu berpandangan mereka jadi bingung.
Anak-anakku, Kita tidak akan dapat memuaskan hati setiap orang. Dalam mencari yang mana lebih bijak itu sulit sekali. Begitu juga dengan amal. Untuk melakukan kebaikan itu pasti akan ada orang yang tidak senang dengan kita. Namun ingatlah, jika kau melakukan sesuatu karna selain Allah, itu syirik. Dan jika kau meninggalkan sesuatu kebaikan karna manusia, itulah riya kepada Allah. Maka, lakukanlah segala sesuatu itu hanya karna Allah. Lakukanlah hanya karna mengharapkan ridho Allah dan untuk mendapatkan pahala dari Allah. Dan itulah keikhlasan sebenarnya.
Bila ada orang mengejekmu, maka tersenyumlah dan ceria selalu. Karna apa? Karna kita sedang mendapat pelajaran(ujian) dari orang tersebut. Jadi, kenapa harus sedih? Betul?
Berprilakulah sesuai fitrah dan akidah jadi janganlah berprilaku hanya karena manfaat dan maslahat. Semoga setiap amal kita didasari rasa ikhlas karena Allah.
Wallahu’alam...
Sumber : Kata2 Hikmah
Sumber : http://informasismpn9cimahi.wordpress.com/2010/03/06/bijaksana-terhadap-pendapat-orang-lain/
Wallahu a’lam bish-shawabi... (hanya Allah yang Mahatahu Kebenarannya)
Catatan ini kami tujukan untuk kami pada khususnya
dan untuk semua pembaca pada umumnya...
Jika terjadi kesalahan dan kekurangan disana-sini dalam catatan ini...
Itu hanyalah dari kami...
dan kepada Allah SWT., kami mohon ampunan...
Semoga Allah SWT. memberi kekuatan untuk kita amalkan... Amin
Wassalam...
Semoga Bermanfaat dan bisa kita ambil hikmahnya... Amin
Silahkan COPY atau SHARE ke rekan anda jika menurut anda notes ini bermanfaat...
Catatan :
Lampirkan sumbernya ya... Syukron
0 komentar:
Posting Komentar