Abdullah bin Mubarok adalah tabi'in yang lahir di tahun 118 Hijriyah.
Seorang yang 'alim, waro', zuhud, ahli ibadah dan; kaya raya. Beliau
juga masuk dalam kategori tabi’in yang; gila baca, terdepan dalam shaf
jihad, dan aneka keutamaan lainnya.
Dikisahkan, beliau mempunyai pelayan langganan di penginapan tempat beliau bersinggah dalam travelling ibadah yang beliau lakukan. Saking akrabnya, tiap kali Abdullah bin Mubarok singgah, pastilah dilayani oleh pemuda ini.
Suatu ketika, sang pelayan tak terlihat batang hidungnya. Abdullah pun bertanya kepada pelayan penggantinya. Didapatilah jawaban, "Dia sedang dipenjara karena hutangnya." Abdullah kaget. Tapi, tak berhenti di sini. Dia langsung menyelidiki.
Selepas berlalu beberapa waktu, didapatilah info bahwa pelayan langganannya tersebut ditahan oleh si Fulan, di sebuah tempat, karena hutangnya. Tak tanggung-tanggung, lantaran keadaan ekonomi yang memang buruk, pelayan itu menanggung hutang sebanyak 1000 dirham.
Lantas, dipanggilah si penahan ini oleh Abdullah, "Ini ada 1000 dirham. Untuk menebus pemuda itu. Tolong, jangan sampaikan kepada siapapun tentang aku, kecuali setelah aku meninggal. Bebaskan pemuda itu pagi ini, sebelum matahari terbit."
Pagi menjelang, Abdullah sudah melanjutkan perjalanan dakwahnya tepat setelah melaksanakan shalat subuh. Sang pemuda kaget, dan dia tidak pernah mengetahui siapa penebusnya itu hingga kemudian Abdullah bin Mubarok wafat dan diceritakanlah hal ini oleh si penahannya.
Kisah ini bukan dongeng, tapi nyata. Sebagaimana sabda nabi, bahwa zaman nabi, sahabat, tabi’in dan tabit tabi’in, adalah zaman terbaik dengan kualitas manusia terbaik yang tidak ada tandingan setelahnya. Sehingga, sebagai kaum muslimin, jika menghendaki kebaikan tak bertepi, maka diri harus selalu rajin membaca ulang sejarah kehidupan mereka agar diri termotivasi untuk selalu mnjadi yang terdepan dalam kebaikan.
Dalam kisah ini, kita menemukan banyak hikmah. Diantaranya, lantaran merasa bersahabat, Abdullah bin Mubarok dengan mudahnya mengeluarkan 1000 dirham untuk menebus hutang sang pelayan. Tanpa meminta imbalan, bahkan identitasnya tidak mau diketahui. Padahal, hubungan keduanya hanya sebatas tamu dan pelayan dari sebuah penginapan. Hal inilah yang menjadi tafsir, bahwa mukmin adalah bersaudara. Jika satu tubuh sakit, maka bagian lainnya akan merasakan hal yang serupa.
Jika kemudian kita menghitung lebih kanjut, dengan menggunakan kurs 1 dirham = 40.000 rupiah (kurs saat ini, sekitar Rp 42.000, disesuaikan dengan jenis dirhamnya). Maka jumlah uang tebusan itu sekitar Rp 40.000.000. Ya, memberi 40 juta secara cuma-suma. Maaf, 'hanya' untuk membayar hutang seorang pelayan yang hanya ditemui di setiap kali dia singgah.
Beginilah. Jika Islam sudah melebur dalam tingkah laku pemeluknya, maka kita hanya bisa dibuat berdecak kagum karena pesonanya. Semoga, kisah-kisah seperti ini, tak hanya menjadi konsumsi. Tapi dengan sekuat tenaga kita tiru dalam kehidupan sehari-hari, dimulai dari perbuatan yang terkecil.
Subhanallahi walhamdulillahi wa laa ilaha illallahu wallahu akbar. []
Penulis : Pirman
Redaksi Bersamadakwah.com
*http://www.bersamadakwah.com/2014/03/sedekah-40-juta-untuk-seorang-pelayan.html
Dikisahkan, beliau mempunyai pelayan langganan di penginapan tempat beliau bersinggah dalam travelling ibadah yang beliau lakukan. Saking akrabnya, tiap kali Abdullah bin Mubarok singgah, pastilah dilayani oleh pemuda ini.
Suatu ketika, sang pelayan tak terlihat batang hidungnya. Abdullah pun bertanya kepada pelayan penggantinya. Didapatilah jawaban, "Dia sedang dipenjara karena hutangnya." Abdullah kaget. Tapi, tak berhenti di sini. Dia langsung menyelidiki.
Selepas berlalu beberapa waktu, didapatilah info bahwa pelayan langganannya tersebut ditahan oleh si Fulan, di sebuah tempat, karena hutangnya. Tak tanggung-tanggung, lantaran keadaan ekonomi yang memang buruk, pelayan itu menanggung hutang sebanyak 1000 dirham.
Lantas, dipanggilah si penahan ini oleh Abdullah, "Ini ada 1000 dirham. Untuk menebus pemuda itu. Tolong, jangan sampaikan kepada siapapun tentang aku, kecuali setelah aku meninggal. Bebaskan pemuda itu pagi ini, sebelum matahari terbit."
Pagi menjelang, Abdullah sudah melanjutkan perjalanan dakwahnya tepat setelah melaksanakan shalat subuh. Sang pemuda kaget, dan dia tidak pernah mengetahui siapa penebusnya itu hingga kemudian Abdullah bin Mubarok wafat dan diceritakanlah hal ini oleh si penahannya.
Kisah ini bukan dongeng, tapi nyata. Sebagaimana sabda nabi, bahwa zaman nabi, sahabat, tabi’in dan tabit tabi’in, adalah zaman terbaik dengan kualitas manusia terbaik yang tidak ada tandingan setelahnya. Sehingga, sebagai kaum muslimin, jika menghendaki kebaikan tak bertepi, maka diri harus selalu rajin membaca ulang sejarah kehidupan mereka agar diri termotivasi untuk selalu mnjadi yang terdepan dalam kebaikan.
Dalam kisah ini, kita menemukan banyak hikmah. Diantaranya, lantaran merasa bersahabat, Abdullah bin Mubarok dengan mudahnya mengeluarkan 1000 dirham untuk menebus hutang sang pelayan. Tanpa meminta imbalan, bahkan identitasnya tidak mau diketahui. Padahal, hubungan keduanya hanya sebatas tamu dan pelayan dari sebuah penginapan. Hal inilah yang menjadi tafsir, bahwa mukmin adalah bersaudara. Jika satu tubuh sakit, maka bagian lainnya akan merasakan hal yang serupa.
Jika kemudian kita menghitung lebih kanjut, dengan menggunakan kurs 1 dirham = 40.000 rupiah (kurs saat ini, sekitar Rp 42.000, disesuaikan dengan jenis dirhamnya). Maka jumlah uang tebusan itu sekitar Rp 40.000.000. Ya, memberi 40 juta secara cuma-suma. Maaf, 'hanya' untuk membayar hutang seorang pelayan yang hanya ditemui di setiap kali dia singgah.
Beginilah. Jika Islam sudah melebur dalam tingkah laku pemeluknya, maka kita hanya bisa dibuat berdecak kagum karena pesonanya. Semoga, kisah-kisah seperti ini, tak hanya menjadi konsumsi. Tapi dengan sekuat tenaga kita tiru dalam kehidupan sehari-hari, dimulai dari perbuatan yang terkecil.
Subhanallahi walhamdulillahi wa laa ilaha illallahu wallahu akbar. []
Penulis : Pirman
Redaksi Bersamadakwah.com
*http://www.bersamadakwah.com/2014/03/sedekah-40-juta-untuk-seorang-pelayan.html
0 komentar:
Posting Komentar