Oleh : Muhammad bin Umar bin Salim Bazmul
Mengenai keutamaan shalat Dhuha, telah diriwayatkan beberapa hadits yang diantaranya dapat saya sebutkan sebagai berikut
Dari Abu Dzar Radhiyallahu 'anhu, dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda
"Bagi
masing-masing ruas[1] dari anggota tubuh salah seorang di antara
kalian harus dikeluarkan sedekah. Setiap tasbih (Subhanallah) adalah
sedekah, setiap tahmid (Alhamdulillah) adalah sedekah, setiap tahtil
(Laa Ilaaha Illallaah) adalah sedekah, menyuruh untuk berbuat baik pun
juga sedekah, dan mencegah kemunkaran juga sedekah. Dan semua itu bisa
disetarakan ganjarannya dengan dua rakaat shalat Dhuha". Diriwayatkan
oleh Muslim[2]
Hadits Abud Darda dan Abu Dzar Radhiyallahu
'anhuma, dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, dari Allah Yang
Mahaperkasa lagi Mahamulia, dimana Dia berfirman.
"Wahai anak Adam,
ruku'lah untuk-Ku empat rakaat di awal siang, niscaya Aku mencukupimu
di akhir siang" Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi[3]
Dari Abu
Hurairah Radhiyallahu 'anhu, dia bercerita, dia berkata :"Tidak ada
yang memelihara shalat Dhuha kecuali orang-orang yang kembali kepada
Allah (Awwaab)". Dan dia mengatakan, "Dan ia merupakan shalatnya
orang-orang yang kembali kepada Allah (Awwaabin)". Diriwayatkan oleh
Ibnu Khuzaimah dan Al-Hakim. [4]
Hukum Shalat Dhuha
Hadits-hadits
terdahulu dan juga yang semisalnya menjelaskan bahwa shalat Dhuha pada
waktu Dhuha (pagi hari) merupakan suatu hal yang baik lagi disukai.
[5]
Selain itu, di dalam hadits-hadits tersebut juga terkandung
dalil yang menunjukkan disyariatkannya kaum muslimin untuk senantiasa
mengerjakannya. [6]
Dan tidak ada riwayat yang menujukkan diwajibkannya shalat Dhuha
Waktu Shalat Dhuha
Waktu
shalat Dhuha dimulai sejak terbit matahari sampai zawal (condong). Dan
waktu terbaik untuk mengerjakan shalat Dhuha adalah pada saat matahari
terik.
Dalil yang menunjukkan hal tersebut adalah sebagai berikut.
Adapun
permulaan waktunya, telah ditunjukkan oleh hadits Abud Darda dan Abu
Dzar Radhiyallahu 'anhuma terdahulu. Letak syahidnya di dalam hadits
tersebut adalah ; "Ruku-lah untuk-Ku dari awal siang sebanyak empat
rakaat".
Demikian juga riwayat yang datang dari Anas Radhiyallahu
'anhu, dia bercerita, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah
bersabda.
"Barangsiapa mengerjakan shalat shubuh dengan berjama'ah
lalu duduk berdzikir kepada Allah sampai matahari terbit dan kemudian
mengerjakan shalat dua raka'at [7], maka pahala shalat itu baginya
seperti pahala haji dan umrah, sepenuhnya, sepenuhnya, sepenuhnya" [8]
Dari Abu Umamah, dia bercerita, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Barangsiapa
mengerjakan shalat Shubuh berjama'ah di masjid, lalu dia tetap berada
di dalamnya sehingga dia mengerjakan shalat Dhuha, maka pahalanya
seperti orang yang menunaikan ibadah haji atau orang yang mengerjakan
umrah, sama persis (sempurna) seperti ibadah haji dan umrahnya".
Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani.
Dan dalam sebuah riwayat disebutkan.
"Barangsiapa
mengerjakan shalat shubuh dengan berjama'ah, kemudian dia duduk
berdzikir kepada Allah sampai matahari terbit…" Diriwayatkan oleh
Ath-Thabrani.[9]
Adapun keluarnya waktu shalat Dhuha pada waktu zawal, karena ia merupakan shalat Dhuha (pagi).
Sedangkan
waktu utamanya telah ditunjukkan oleh apa yang diriwayatkan dari Zaid
bin Arqam, bahwasanya dia pernah melihat suatu kaum yang mengerjakan
shalat Dhuha. Lalu dia berkata "Tidaklah mereka mengetahui bahwa shalat
selain pada saat ini adalah lebih baik, karena sesungguhnya Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda. "Shalat awaabiin
(orang-orang yang kembali kepada Allah) adalah ketika anak-anak unta
sudah merasa kepanasan"[10]. Diriwayatkan oleh Muslim [11]
Jumlah Rakaat Shalat Dhuha Dan Sifatnya
Disyariatkan kepada orang muslim untuk mengerjakan shalat Dhuha dengan dua, empat, enam, delapan atau dua belas rakaat.
Jika mau, dia boleh mengerjakannya dua rakaat dua rakaat.
Adapun
shalat Dhuha yang dikerjakan dua rakaat telah ditunjukkan oleh hadits
Abu Dzar Radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda.
"Bagi masing-masing ruas dari anggota tubuh salah seorang
di antara kalian harus dikeluarkan sedekah …Dan semua itu setara dengan
ganjaran dua rakaat shalat Dhuha" Diriwayatkan oleh Muslim.[12]
Sedangkan
shalat Dhuha yang dikerjakan empat rakaat, telah ditunjukkan oleh Abu
Darda dan Abu Dzar Radhiyallahu 'anhuma, dari Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam, dari Allah yang Mahaperkasa lagi Mahamulia, dimana
Dia berfirman :"Wahai anak Adam, ruku'lah untuk-Ku empat rakaat di awal
siang, niscaya Aku akan mencukupimu di akhir siang" Diriwayatkan oleh
At-Tirmidzi. [13]
Sedangkan shalat Dhuha yang dikerjakan enam
rakaat, ditunjukkan oleh hadits Anas bin Malik Radhiyallahu 'anhu :
"Bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mengerjakan shalat
Dhuha enam rakaat" Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi di dalam kitab
Asy-Syamaa-il. [14]
Dan shalat Dhuha yang dikerjakan delapan
rakaat ditunjukkan oleh hadits Ummu Hani, di mana dia bercerita :"Pada
masa pembebasan kota Makkah, dia mendatangi Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam ketika beliau berada di atas tempat tinggi di Makkah.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam beranjak menuju tempat
mandinya, lalu Fathimah memasang tabir untuk beliau. Selanjutnya,
Fatimah mengambilkan kain beliau dan menyelimutkannya kepada beliau.
Setelah itu, beliau mengerjakan shalat Dhuha delapan rekaat" [15]
Diriwayatkan Asy-Syaikhani. [16]
Sedangkan shalat Dhuha yang
dikerjakan dua belas rakaat ditunjukkan oleh hadits Abud Darda
Radhiyallahu 'anhu, di mana dia bercerita, Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda.
"Barangsiapa mengerjakan shalat Dhuha dua
rakaat, maka dia tidak ditetapkan termasuk orang-orang yang lengah.
Barangsiapa shalat empat rakaat, maka dia tetapkan termasuk orang-orang
yang ahli ibadah. Barangsiapa mengerjakan enam rakaat maka akan
diberikan kecukupan pada hari itu. Barangsiapa mengerjakan delapan
rakaat, maka Allah menetapkannya termasuk orang-orang yang tunduk dan
patuh. Dan barangsiapa mengerjakan shalat dua belas rakaat, maka Allah
akan membangunkan baginya sebuah rumah di Surga. Dan tidaklah satu hari
dan tidak juga satu malam, melainkan Allah memiliki karunia yang
danugerahkan kepada hamba-hamba-Nya sebagai sedekah. Dan tidaklah Allah
memberikan karunia kepada seseorang yang lebih baik daripada
mengilhaminya untuk selalu ingat kepada-Nya" Diriwayatkan oleh
Ath-Thabrani.[17]
Dapat saya katakan bahwa berdasarkan
hadits-hadits ini, diarahkan kemutlakan yang diberikan Sayyidah Aisyah
Radhiyallahu 'anha saat ditanya oleh Mu'adzah :"Berapa rakaat Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam mengerjakan shalat Dhua?" Dia menjawab :
"Empat rakaat dan bisa juga lebih, sesuai kehendak Allah" [18]
Dan
shalat Dhuha yang dikerjakan dua rakaat dua rakaat, telah ditunjukkan
oleh keumuman sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam :"Shalat
malam dan siang itu dua rakaat dua rakaat" [19]
Dan seorang muslim
boleh mengerjakan shalat Dhuha empat rakaat secara bersambungan,
sebagaimana layaknya shalat wajib empat rakaat. Hal itu ditunjukkan oleh
kemutlakan lafazh hadits-hadits mengenai hal tersebut yang telah
disampaikan sebelumnya, seperti sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam :"Ruku'lah untuk-Ku dari permulaan siang empat rakaat". Dan juga
seperti sabda beliau :"Barangsiapa mengerjakan shalat (Dhuha) empat
rakaat maka dia ditetapkan termasuk golongan ahli ibadah" Wallahu a'lam
[Disalin
dari kitab Bughyatul Mutathawwi Fii Shalaatit Tathawwu, Edisi
Indonesia Meneladani Shalat-Shalat Sunnah Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam, Penulis Muhammad bin Umar bin Salim Bazmul, Penerbit
Pustaka Imam Asy-Syafi'i]
___________
Foote Note
[1].
Kata sulaamaa adalah bentuk mufrad (tunggal) dan jamaknya adalah
as-sulaamiyaatu yang berarti ruas jari-jemari. Kemudian kata itu
dipergunakan untuk seluruh tulang dan ruas badan. Lihat kitab, Syarh
Muslim, An-Nawawi V/233
[2]. Hadits shahih. Diriwayatkan oleh
Muslim, di dalam kitab Shalaatut Musaafirin wa Qashruha, bab Istihbaabu
Shalaatidh Dhuha wa Anna Aqallaha Rak'aatani wa Akmalaha Tsamaanu
Raka'aatin wa Ausathuha Arba'u Raka'aatin au Sittin wal Hatstsu 'alal
Muhaafazhati 'alaiha, (hadits no. 720). Lihat juga kitab, Jami'ul
Ushuul (IX/436)
[3]. Hadits hasan. Diriwayatkan oleh Ahmad di
dalam kitab, Al-Musnad (VI/440 dan 451). Dan juga diriwayatkan oleh
At-Tirmidzi di dalam Kitaabush Shalaah, bab Maa Jaa-a fii Shalaatidh
Dhuha, (hadits no. 475)
Mengenai hadits ini, At-Tirmidzi mengatakan :
'Hasan gharib" Dan dinilai shahih oleh Syaikh Ahmad Syakir di dalam
tahqiqnya pada At-Tirmidzi. Juga dinilai shahih oleh Al-Albani di dalam
kitab, Shahih Sunan At-Tirmidzi, (I/147). Serta dinilai hasan oleh
muhaqqiq kitab, Jaami'ul Ushuul (IX/4370.
[4]. Hadits hasan.
Diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah (II/228), Al-Hakim di dalam kitab
Al-Mustadrak (I/314), dan lafazh di atas milik keduanya. Diriwayatkan
juga oleh Ath-Thabrani di dalam kitab Al-Ausath (II/279-Majma'ul
Bahrain) tanpa ucapan :"Dan ia adalah shalatnya orang-orang yang
kembali kepada Allah (Awwaabiin)".
Dan hadits di atas dinilai shahih
oleh Al-Hakim dengan syarat Muslim. Dan dinilai hasan oleh Al-Albani
di dalam kitab, Silsilah Al-Ahaadiits Ash-Shahiihah (hadits no. 1994).
[5]. Majmuu'al Al-Fataawaa (XXII/284)
[6]. Dan inilah yang tampak, yang ditunjukkan oleh hadits-hadits terdahulu. (Nailul Authaar III/77).
Sedangkan
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah setelah menetapkan
kesepakatan para ulama tas sunnahnya bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam tidak mengerjakan shalat Dhuha secara terus menerus, kemudian
menetapkan hukum sunnatnya, dimana dia mengatakan : "Muncul pertanyaan :
'Apakah yang lebih baik, mengerjakan secara terus menerus ataukah
tidak secara terus menerus seperti yang dilakukan Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam? Inilah di antara yang mereka pedebatkan". Dan yang
lebih tepat adalah dengan mengatakan ;"Barangsiapa mengerjakan qiyaamul
lail secara terus menerus, maka tidak perlu lagi baginya untuk
mengerjakan shalat Dhuha secara terus menerus. Sebagaimana yang
dilakukan oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan barangsiapa yang
tertidur sehingga tidak melakukan qiyamul lail, maka shalat Dhuha bisa
menjadi pengganti bagi qiyamul lail" Majmu Al-Fataawaa (XXII/284).
Dapat
saya katakan, (tetapi) lahiriyah nash menunjukkan disunnatkannya
secara mutlak untuk mengerjakan shalat Dhuha secara terus menerus. Dan
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah meninggalkan suatu
amalan padahal beliau sangat suka untuk mengerjakannya karena beliau
takut hal tersebut akan dikerjakan secara terus menerus oleh umat
manusia sehingga akan diwajibkan kepada mereka. Dan inilah illat
(alasan) tidak dikerjakannya shalat Dhuha secara terus menerus oleh
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dengan demikian, nash-nash
itu secara mutlak seperti apa adanya. Hal yang serupa seperti itu telah
diisyaratkan oleh Sayyidah Aisyah Radhiyallahu 'anha, lihat kitab
Jaami'ul Ushuul (VI/108-109).
[7]. Ath-Thibi mengatakan :
"Shalat ini disebut shalat Isyraq, yaitu permulaan shalat Dhuha. Dia
nukil di dalam kitab Tuhfatul Ahwadzi (I/405)
Dapat saya katakan,
telah saya sampaikan kepada anda mengenai hal itu yang lebih luas dari
sekedar isyarat ini. Lihat pembahasan tentang shalat Isyraq sebelumnya.
[8]
Hadits hasan lighairihi. Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi di dalam
Kitaabush Shalah, bab Dzikru Maa Yustahabbu minal Julus fil Masjid Ba'da
Shalaatish Shubhi Hatta Taathlu'a Asy-Syams
Mengenai hadits ini,
At-Tirmidzi mengatakan :"Hasan gharib". Dengan beberapa syahidnya,
hadits ini dinilai hasan oleh Al-Mubarakfuri di dalam kitab Tuhfatul
Ahwadzi (I/406). Dan disepakati oleh Syaikh Akhmad Syakir di dalam
tahqiqnya pada At-Tirmidzi (II/481). Juga dinilai hasan oleh Al-Albani
di dalam kitab Shahih Sunan At-Tirmidzi (I/182). Dan dengan beberapa
syahidnya, dinilai hasan oleh muhaqqiq kitab Jaami'ul Ushuul (IX/401).
Dapat saya katakan, di antara syahidnya adalah hadist berikutnya.
[9]. Hadits hasan. Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani di dalam kitab Al-Mu'jamul Kabiir (VIII/174), 181 dan 209)
Sanad
hadits di atas dinilai jayyid oleh Al-Mundziri dan Al-Haitsami. Dan
dinilai hasa oleh Al-Albani di dalam kitab Shahih At-Targhiib wa
Tarhiib (I/189). Dan lihat juga kitab, Majmu'uz Zawaa'id (X/104)
[10].
Di dalam kitab, Syarh An-Nawawi (VI/30). Imam Nawawi mengatakan :
Ar-Ramdhaa' berarti kerikil yang menjadi panas oleh sinar matahari.
Yaitu, ketika anak-anak unta sudah merasa panas. Al-Fushail berarti
anak unta yang masih kecil". Lihat juga, Nailul Authaar (II/81)
[11].
Hadits shahih. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab Shalaatul
Musaafirin wa Qasruha, bab Shalatut Awaabiin Hiina Tarmudhil Fihsaal,
hadits no. 748.
[12]. Takhrijnya telah diberikan sebelumnya
[13]. Takhrijnya telah diberikan sebelumnya
[14].
Hadits shahih lighairihi. Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi di dalam kitab
Asy-Syamaa'il, bab Shalatudh Dhuha, (hadits no. 273) hadits ini
dinilai shahih lighairihi di dalam kitab, Mukhtashar Asy-Syamaailil
Muhammadiyyah, (hal. 156). Beberapa sahid dan jalannya telah disebutkan
di dalam kitab Irwaaul Ghaliil (II/216).
[15]. Di dalam hadits tersebut terdapat bantahan bagi orang yang mengaku bahwa
shalat
ini adalah shalat al-fath (pembebasan), bukan shalat Dhuha. Lihat
kitab, Zaadul Ma'ad (III/4100 dan juga Aunul Ma'buud (I/497)
[16].
Hadits shahih. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari di dalam beberapa tempat
di antaranya : Kitaabut Tahajjud, bab Shalaatudh Dhuhaa fis Safar
(hadits no. 1176). Dan juga Muslim di dalam Kitaabul Haidh, bab
Tasturuk Mughtasil bi Tsaubin au Nahwahu (hadits no. 336). Dan lafazh
di atas adalah miliknya. Dan lihat juga kitab Jaami'ul Ushuul (VI/110).
[17].
Hadits ini disebutkan oleh Al-Haitsami di dalam kitab Majma'uz
Zawaa'id (II/237) dan dia mengatakan : Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani
di dalam kitab Al-Kabiir. Di dalamnya terdapat Musa bin Ya'qub
Az-Zam'i. Dinilai tsiqah oleh Ibnu Mu'in dan Ibnu Hibban serta dinilai
dha'if oleh Ibnul Madini dan lain-lainnya. Dan sisa rijalnya adalah
tsiqah.
Dapat saya katakan, Musa bin Ya'qub seorang yang shaduq,
yang mempunyai hafalan buruk, sebagaimana yang disebutkan di dalam
kitab, At-Taqriib (hal. 554). Dan diriwayatkan oleh Al-Bazzar di dalam
kitab Kasyful Astaar (II/334), yang diperkuat oleh syahid dari Abu
Dzar. Dan disebutkan oleh Al-Mundziri di dalam kitab At-Targhiib.
Hadits Abud Darda dan Abu Dzar Radhiyalahu 'anhuma dinilai hasan oleh
Al-Albani di dalam kitab Shahih At-Targhiib wat Tarhiib (I/279).
[18].
Hadits hasan. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab Shalatul
Musafirin wa Qasruha, bab Istihbaabu Shaalatid Dhuha wa Anna Aqallaha
Rak'ataani wa Akmalaha Tsamaanu Rak'atin wa Ausathuha Arba'u Rak'atin au
Sittin wa Hatstsu 'alal Muhaafazhati Alaiha, (hadits no. 719).
[19]. Hadits shahih. Takhrijnya sudah diberikan sebelumnya
Peringatan.
Ada
sebuah riwayat untuk hadits Ummu Hani terdahulu dengan lafazh :
"Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam pernah mengerjakan
shalat Dhuha delapan rakaat. Beliau mengucapkan salam setiap dua
rakaat'. Dan hadits Ummu Hani asalnya terdapat di dalam kitab
Ash-Shahihain, tetapi tidak dengan lafazh ini.
Dan diriwayatkan oleh Abud Dawud di dalam Kitaabush Shalaah, bab Shalatudh Dhuha (hadits no. 1234, II/234).
Dan
dalam sanad yang ada pada keduanya terdapat Iyadh bin Abdillah. Yang
meriwayatkan darinya adalah Abdullah bin Wahb. Mengenai pribadi Iyadh
ini. Abu Hatim mengatakan :"Dia bukan seorang yang kuat". Dan Ibnu
Hibban menyebutnya di dalam deretan tsiqat. As-Saaji mengatakan :
"Darinya, Wahb bin Abdillah meriwayatkan beberapa hadits yang di
dalamnya masih mengandung pertimbangan". Yahya bin Ma'in mengatakan
:"Dia seorang yang haditsnya dha'if". Abu Shalih mengatakan
;"Ditegaskan, dia memiliki kesibukan yang luar biasa di Madinah, di
dalam haditsnya terdapat sesuatu" Al-Bukhari mengatakan : "Haditsnya
munkar" Tahdziibut Tahdziib (VIII/201).
Dapat saya katakan, haditsnya
di sini diriwayatkan oleh Ibnu Wahb, darinya. Yang tampak secara
lahiriyah dari keadaan orang ini, bahwa dia tidak dimungkinkan untuk
meriwayatkan seorang diri, sedangkan lafazh ini dia riwayatkan sendiri.
Wallahu a'lam
Dengan lafazh ini, hadits ini dinilai dha'if (lemah)
oleh Al-Albani di dalam komentarnya terhadap kitab Shahih Ibni Khuzaimah
(II/234). Dalam penjelasannya, dia menguraikan secara rinci illatnya
di dalam kitab. Tamamul Minnah (hal. 258-259)
sumber : http://www.almanhaj.or.id/content/2357/slash/0
Home »
Shalat Dhuha
» Keutamaan Shalat Dhuha
Keutamaan Shalat Dhuha
Posted by Unknown
Posted on 17.41
with No comments
Daftar Postingan Terbaru
Agenda Harian
Semoga kita senantiasa terpacu untuk mengukir prestasi amal yang akan memperberat timbangan kebaikan di yaumil akhir, berikut rangkaian yang bisa dilakukan
1. Agenda pada sepertiga malam akhir
a. Menunaikan shalat tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya,
b. Menunaikan shalat witir
c. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga azan subuh
Rasulullah saw bersabda:
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ
“Sesungguhnya Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam terakhir, dan Dia berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni”. (HR. Bukhari Muslim)
2. Agenda Setelah Terbit Fajar
a. Menjawab seruan azan untuk shalat subuh
” الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ “
“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)
b. Menunaikan shalat sunnah fajar di rumah dua rakaat
Rasulullah saw bersabda:
رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا
“Dua rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (Muslim)
وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ
“Nabi saw pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul huwallahu ahad”.
c. Menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid –khususnya- bagi laki-laki.
Rasulullah saw bersabda:
وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا
“Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)
بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”. (Tirmidzi dan ibnu Majah)
d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat
Rasulullah saw bersabda:
الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ
“Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)
e. Duduk di masjid bagi laki-laki /mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi
Dalam hadits nabi disebutkan:
كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ
” Nabi saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke kuning-kuningan”. (Muslim)
Agenda prioritas
Membaca Al-Quran.
Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78) Dan memiliki komitmen sesuai kemampuannya untuk selalu:
- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali
- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali
- Bagi yang mampu menambah lebih banyak dari itu semua, maka akan menuai kebaikan berlimpah insya Allah.
3. Menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat
Rasulullah saw bersabda:
يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى
“Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah”. (Bukhari dan Muslim)
4. Berangkat kerja atau belajar dengan berharap karena Allah
Rasulullah saw bersabda:
مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ، وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ
“Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri, dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri”. (Bukhari)
Dalam hadits lainnya nabi juga bersabda:
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (Muslim)
d. Menyibukkan diri dengan dzikir sepanjang hari
Allah berfirman :
أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang” (Ra’ad : 28)
Rasulullah saw bersabda:
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ الله
“Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari berdzikir kepada Allah” (Thabrani dan Ibnu Hibban) .
5. Agenda saat shalat Zhuhur
a. Menjawab azan untuk shalat Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi laki-laki
b. Menunaikan sunnah rawatib sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur
Rasulullah saw bersabda:
مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ
“Barangsiapa yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan baginya dengannya rumah di surga”. (Muslim).
6. Agenda saat dan setelah shalat Ashar
a. Menjawab azan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di masjid
b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada)
Rasulullah saw bersabda:
مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ
“Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna”. (Thabrani – hasan shahih)
c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah
Rasulullah saw bersabda:
وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ
“Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya”.
Agenda prioritas:
Membaca Al-Quran dan berkomitmen semampunya untuk:
- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali
- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali
- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan, maka akan menuai kebaikan yang berlimpah insya Allah.
7. Agenda sebelum Maghrib
a. Memperhatikan urusan rumah tangga – melakukan mudzakarah – Menghafal Al-Quran
b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media
c. Menyibukkan diri dengan doa
Rasulullah saw bersabda:
الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ
“Doa adalah ibadah”
8. Agenda setelah terbenam matahari
a. Menjawab azan untuk shalat Maghrib
b. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)
c. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat
d. Membaca dzikir sore
e. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid
Rasulullah saw bersabda:
مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً
“Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya”. (Muslim)
9. Agenda pada waktu shalat Isya
a. Menjawab azan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid
b. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Isya – 2 rakaat
c. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturahim
d. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid
e. Dakwah melalui media atau lainnya
f. Melakukan mudzakarah
g. Menghafal Al-Quran
Agenda prioritas
Membaca Al-Quran dengan berkomitmen sesuai dengan kemampuannya untuk:
- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali
- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali
- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan bacaan maka telah menuai kebaikan berlimpah insya Allah.
Apa yang kita jelaskan di sini merupakan contoh, sehingga tidak harus sama persis dengan yang kami sampaikan, kondisional tergantung masing-masing individu. Semoga ikhtiar ini bisa memandu kita untuk optimalisasi ibadah insya Allah. Allahu a’lam
Jazaakillah
Sedikit revisi dari : http://www.al-ikhwan.net/agenda-harian-ramadhan-menuju-bahagia-di-bulan-ramadhan-2989/
1. Agenda pada sepertiga malam akhir
a. Menunaikan shalat tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya,
b. Menunaikan shalat witir
c. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga azan subuh
Rasulullah saw bersabda:
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ
“Sesungguhnya Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam terakhir, dan Dia berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni”. (HR. Bukhari Muslim)
2. Agenda Setelah Terbit Fajar
a. Menjawab seruan azan untuk shalat subuh
” الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ “
“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)
b. Menunaikan shalat sunnah fajar di rumah dua rakaat
Rasulullah saw bersabda:
رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا
“Dua rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (Muslim)
وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ
“Nabi saw pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul huwallahu ahad”.
c. Menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid –khususnya- bagi laki-laki.
Rasulullah saw bersabda:
وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا
“Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)
بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”. (Tirmidzi dan ibnu Majah)
d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat
Rasulullah saw bersabda:
الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ
“Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)
e. Duduk di masjid bagi laki-laki /mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi
Dalam hadits nabi disebutkan:
كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ
” Nabi saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke kuning-kuningan”. (Muslim)
Agenda prioritas
Membaca Al-Quran.
Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78) Dan memiliki komitmen sesuai kemampuannya untuk selalu:
- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali
- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali
- Bagi yang mampu menambah lebih banyak dari itu semua, maka akan menuai kebaikan berlimpah insya Allah.
3. Menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat
Rasulullah saw bersabda:
يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى
“Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah”. (Bukhari dan Muslim)
4. Berangkat kerja atau belajar dengan berharap karena Allah
Rasulullah saw bersabda:
مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ، وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ
“Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri, dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri”. (Bukhari)
Dalam hadits lainnya nabi juga bersabda:
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (Muslim)
d. Menyibukkan diri dengan dzikir sepanjang hari
Allah berfirman :
أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang” (Ra’ad : 28)
Rasulullah saw bersabda:
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ الله
“Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari berdzikir kepada Allah” (Thabrani dan Ibnu Hibban) .
5. Agenda saat shalat Zhuhur
a. Menjawab azan untuk shalat Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi laki-laki
b. Menunaikan sunnah rawatib sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur
Rasulullah saw bersabda:
مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ
“Barangsiapa yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan baginya dengannya rumah di surga”. (Muslim).
6. Agenda saat dan setelah shalat Ashar
a. Menjawab azan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di masjid
b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada)
Rasulullah saw bersabda:
مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ
“Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna”. (Thabrani – hasan shahih)
c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah
Rasulullah saw bersabda:
وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ
“Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya”.
Agenda prioritas:
Membaca Al-Quran dan berkomitmen semampunya untuk:
- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali
- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali
- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan, maka akan menuai kebaikan yang berlimpah insya Allah.
7. Agenda sebelum Maghrib
a. Memperhatikan urusan rumah tangga – melakukan mudzakarah – Menghafal Al-Quran
b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media
c. Menyibukkan diri dengan doa
Rasulullah saw bersabda:
الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ
“Doa adalah ibadah”
8. Agenda setelah terbenam matahari
a. Menjawab azan untuk shalat Maghrib
b. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)
c. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat
d. Membaca dzikir sore
e. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid
Rasulullah saw bersabda:
مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً
“Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya”. (Muslim)
9. Agenda pada waktu shalat Isya
a. Menjawab azan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid
b. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Isya – 2 rakaat
c. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturahim
d. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid
e. Dakwah melalui media atau lainnya
f. Melakukan mudzakarah
g. Menghafal Al-Quran
Agenda prioritas
Membaca Al-Quran dengan berkomitmen sesuai dengan kemampuannya untuk:
- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali
- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali
- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan bacaan maka telah menuai kebaikan berlimpah insya Allah.
Apa yang kita jelaskan di sini merupakan contoh, sehingga tidak harus sama persis dengan yang kami sampaikan, kondisional tergantung masing-masing individu. Semoga ikhtiar ini bisa memandu kita untuk optimalisasi ibadah insya Allah. Allahu a’lam
Jazaakillah
Sedikit revisi dari : http://www.al-ikhwan.net/agenda-harian-ramadhan-menuju-bahagia-di-bulan-ramadhan-2989/
0 komentar:
Posting Komentar