kapanlagi
“Sama seperti kerikil kecil di hadapan kita. Seringkali kerikil kecil itulah yang bisa membuat kita terjungkal,”ucap Meyda secara filosofis saat peluncuran buku Pejuang Subuh, 2 Februari 2014, Masjid Baitul ‘Ilmi, Diknas, Jakarta.
Ia merasa jika shalat Subuhnya telat, maka jadwal selanjutnya bisa dipastikan akan berantakan.
“Efeknya sampai pada adegan yang harus saya perankan. Rasanya flat. Tapi kalau Subuhnya on time, hati saya mudah tersentuh dan lebih mudah memerankan adegan menangis,”tuturnya di depan ratusan anggota @PejuangSubuh.
Wanita yang pernah membintangi film “Ketika Cinta Bertasbih” ini mengaku pernah beberapa kali menjalani shalat Subuh ketika matahari sudah terang bersinar.
Keletihan pasca syuting membuatnya melewati waktu Subuh.
“Saya baru tidur jam 3 pagi setelah seharian syuting. Biasanya saya pesan minta dibangunkan Mama. Saya minta ditelpon terus menerus sampai bangun. Tapi waktu itu, saya lupa SMS Mama,”ucapnya. Ibunda Meyda menetap di Bandung.
Kejadian itu membuatnya menyesal. Pasalnya, jika shalat Subuhnya tidak tepat waktu, Meyda merasa tidak semangat menghadapi hari itu. Menurut perempuan yang mengaku tak lama lagi akan menikah itu, keterjagaannya dari pengaruh buruk di dunia hiburan tidak lepas dari shalat lima waktu.
Di tengah syuting, Ia izin untuk wudhu dan shalat.
“Kalau adzan, kita bisa izin break syuting. Orang non muslim malah senang kok kalau kita menjalankan ibadah kita,”tuturnya ketika ditanya oleh moderator mengenai kiat istiqomah menjalankan shalat lima waktu di lokasi syuting.
Konsistensi shalat yang disaksikan para Malaikat ini memerlukan perjuangan yang patut dihargai.
“Saya nggak pernah menyepelekan orang-orang yang belum shalat, karena saya-pun pernah begitu. Yang penting bagaimana perjuangan dia untuk menjalaninya,”ulasnya.*
Sumber : http://www.hidayatullah.com/read/2014/02/04/15981/meyda-sefira-shalat-subuh-melembutkan-hati.html
0 komentar:
Posting Komentar