Oleh: Tim Kajian Manhaj Tarbiyah
Memilih Tetangga Sebelum Memilih Rumah (جارقبل دار)
dakwatuna.com -
Tetangga pada zaman kita sekarang ini, memiliki pengaruh yang tidak
kecil terhadap tetangga di sebelahnya. Karena saling berdekatannya
rumah-rumah dan berkumpulnya mereka dalam flat-flat, kondominium atau
apartemen.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan,
empat hal termasuk kebahagiaan, di antaranya tetangga yang baik. Beliau
juga menyebutkan empat hal termasuk kesengsaraan, di antaranya
tetangga yang jahat. Karena bahayanya tetangga yang jahat ini,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berlindung kepada Allah
daripadanya dengan berdoa:
“Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari tetangga yang jahat di rumah tempat tinggal, karena tetangga nomaden akan pindah”.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan umat Islam untuk berlindung pula daripadanya dengan mengatakan:
“Berlindunglah
kalian kepada Allah dari tetangga yang jahat di rumah tempat tinggal,
karena tetangga yang nomaden akan berpindah daripadamu”.
Dalam
buku kecil ini, tentu tak memadai untuk menjelaskan secara rinci tentang
pengaruh tetangga jahat terhadap suami istri dan anak-anak, berbagai
gangguan menyakitkan daripadanya, serta kesusahan hidup bersebelahan
dengannya. Akan tetapi dengan mempraktekkan hadits-hadits yang telah
lalu (dalam masalah bertetangga) sudah cukup bagi orang yang mau
mengambil pelajaran.
Mungkin di antara
jalan pemecahannya yang kongkret, yaitu seperti yang dipraktekkan oleh
sebagian orang dengan menyewakan rumah yang bersebelahan dengan tetangga
jahat tersebut kepada orang-orang yang sekeluarga dengan mereka, meski
untuk itu harus merugi dari sisi materi, karena sesungguhnya tetangga
yang baik tak bisa dihargai dengan materi, berapa pun besarnya.
Memuliakan Tetangga
Berbuat baik kepada tetangga juga menjadi perhatian serius dalam ajaran Islam. Perhatikan firman Allah Taala:
وَبِالْوَالِدَيْنِ
إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ
ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ
السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ
“…Dan berbuat baiklah
kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu
sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang sombong dan membangga-banggakan diri,.” (An-Nisa:36)
Nabi SAW dalam beberapa hadits mengingatkan kita agar selalu berbuat baik kepada tetangga, di antaranya adalah:
Ibnu
Umar dan Aisyah ra berkata keduanya, “Jibril selalu menasihatiku untuk
berlaku dermawan terhadap para tetangga, hingga rasanya aku ingin
memasukkan tetangga-tetangga tersebut ke dalam kelompok ahli waris
seorang muslim”. (H.R. Bukhari-Muslim)
Abu Dzarr ra berkata bahwa
Rasulullah SAW bersabda, “Hai Abu Dzarr jika engkau memasak sayur, maka
perbanyaklah kuahnya, dan perhatikan (bagilah) tetanggamu (H.R. Muslim)
Abu
Hurairah berkata bahwa Nabi SAW bersabda, “Demi Allah tidak beriman,
demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman. Ditanya: Siapa ya
Rasulullah? Jawab Nabi, “Ialah orang yang tidak aman tetangganya dari
gangguannya” (H.R. Bukhari-Muslim)
Abu Hurairah berkata bahwa
Nabi SAW bersabda, “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir
hendaklah memuliakan tetangganya. (H.R. Bukhari-Muslim)
Hak-hak
ketetanggaan tidak ditujukan bagi tetangga kalangan muslim saja. Tentu
saja tetangga yang muslim mempunyai hak tambahan lain lagi yaitu juga
sebagai saudara (ukhuwah Islamiyah). Tetapi dalam hubungan dengan
hak-hak ketetanggaan semuanya sejajar:
Berbuat baik dan
memuliakan tetangga adalah pilar terciptanya kehidupan sosial yang
harmonis. Apabila seluruh kaum muslimin menerapkan perintah Allah Taala
dan Nabi SAW ini, sudah barang tentu tidak akan pernah terjadi
kerusuhan, tawuran ataupun konflik di kampung-kampung dan di desa-desa.
Beberapa kiat praktis memuliakan tetangga adalah:
1. Sering bertegur sapa, tanyailah keadaan kesehatan mereka.
2. Berikanlah kepada mereka sebagian makanan
3. Berikan oleh-oleh buat mereka, apabila kita bepergian jauh.
4. Bantulah mereka apabila sedang mengalami musibah ataupun menyelenggarakan hajatan.
5. Berikanlah anak-anak mereka sesuatu yang menyenangkan, berupa makanan ataupun mainan.
6. Sesekali undanglah mereka makan bersama di rumah.
7. Berikanlah hadiah kaset, buku bacaan yang mendorong mereka untuk lebih memahami Islam.
8.
Ajaklah mereka sesekali ke dalam suatu acara pengajian atau majelis
ta’lim, atau pergilah bersama memenuhi suatu undangan walimah (apabila
mereka juga diundang)
Memuliakan Teman
Memuliakan teman
berarti menjaga dan menunaikan hak-hak mereka. Abdullah Nasih ‘Ulwan
dalam Tarbiyatul ‘aulad fil Islam menyebutkan bahwa hak-hak tersebut
adalah:
1. Mengucapkan salam ketika bertemu.
Rasulullah
saw. yaitu, “Kalian tidak akan masuk surga sebelum kalian beriman, dan
kalian tidak akan beriman sebelum kalian saling mencintai. Maukah kalian
aku tunjukkan kepada sesuatu yang apabila kalian kerjakan, niscaya
kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian”. (H.R.
Bukhari-Muslim)
2. Menjenguk Teman Ketika Sakit
Bukhari
meriwayatkan dari Abu Musa Al-Asy’ari bahwa Rasulullah saw bersabda,
“Jenguklah orang yang sakit; beri makanlah orang yang lapar dan
lepaskanlah orang yang dipenjara”.
Imam Bukhari dan Imam Muslim
meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., bahwa Rasulullah saw. bersabda,
“Hak seseorang Muslim terhadap Muslim lainnya ada lima; Menjawab salam,
menjenguk orang sakit, mengiringi jenazah, memenuhi undangan dan
mendoakan orang yang bersin”.
3. Mendoakan Ketika Bersin
Imam
Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw.
bersabda, “Apabila salah seorang di antara kamu bersin, hendaklah ia
mengucapkan, Alhamdulillah (segala puji bagi Allah), dan saudaranya atau
temannya hendaknya mengucapkan untuknya, Yarhamukallah (semoga Allah
mengasihimu)’ Apabila teman atau saudaranya tersebut mengatakan,
Yarhamukallah (semoga Allah mengasihimu), kepadanya, maka hendaklah ia
mengucapkan, Yahdikumullah wa yushlihu balakum.
4. Menziarahi karena Allah
Ibnu
Majah dan At-Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., bahwa
Rasulullah saw. bersabda, “Barang siapa menjenguk orang sakit atau
berziarah kepada seorang saudara di jalan Allah, maka ia akan diseru
oleh seorang penyeru “Hendaklah engkau berbuat baik, dan baiklah
perjalananmu, (karenanya) engkau akan menempati suatu tempat di surga”.
5. Menolong ketika kesempitan
Imam
Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Ibnu Umar ra, bahwa
Rasulullah saw. bersabda, “Seorang muslim itu adalah saudara bagi muslim
lainnya, ia tidak boleh berbuat zhalim kepadanya dan tidak boleh
menyia-nyiakannya (membiarkan, tidak menolongnya). Barang siapa menolong
kebutuhan saudaranya maka Allah akan menolong kebutuhannya, barang
siapa menyingkirkan suatu kesusahan dari seorang muslim, niscaya Allah
akan menyingkirkan darinya suatu kesusahan di antara kesusahan-kesusahan
hari kiamat. Dan barang siapa menutupi (aib) seorang muslim, niscaya
Allah akan menutupi (aib)nya pada hari kiamat”
6. Memenuhi undangannya apabila ia mengundang
Imam
Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra , bahwa
Rasulullah saw. bersabda; Hak seseorang Muslim terhadap Muslim lainnya
ada lima; Menjawab salam, menjenguk orang sakit, mengiringi jenazah,
memenuhi undangan dan mendoakan orang yang bersin”
7. Memberikan ucapan selamat
Ad-Dailami
meriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, “Barang siapa bertemu saudaranya
ketika bubar dari shalat Jum’at, maka hendaklah ia mengucapkan “Semoga
(Allah) menerima (amal dan doa) kami dan kamu.
8. Saling memberi hadiah
At-Thabrani
meriwayatkan dalam Al-Ausath dari Nabi saw, bahwa beliau bersabda,
“Saling memberi hadiahlah kalian, niscaya kalian akan saling mencintai”
Ad-Dailami
meriwayatkan dari Anas secara marfu’, “Hendaklah kalian saling memberi
hadiah karena hal itu dapat mewariskan kecintaan dan menghilangkan
kedengkian-kedengkian”
Imam Malik di dalam Al-Muwaththa’
meriwayatkan, “Saling bermaaf-maafkanlah, niscaya kedengkian akan
hilang. Dan saling memberi hadiahlah kalian niscaya kalian akan saling
mencintai dan hilanglah permusuhan.”
Wasiat Tentang Tetangga
عن
عائشة رضي الله عنها عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: ما زال جبريل
يوصيني بالجار حتى ظننت أنه سيورثه. رواه البخاري ومسلم وأبو داود وابن
ماجه الترمذي
Dari Aisyah ra, dari Nabi Muhammad saw bersabda,
“Tidak henti-hentinya Jibril memberikan wasiat kepadaku tentang tetangga
sehingga aku menduga bahwa ia akan memberikan warisan kepadanya.” (H.R.
Bukhari, Muslim, Abu Daud, Ibnu Majah dan At-Tirmidzi)
Penjelasan:
الوصاءة
Wawu dibaca fathah, bersama dengan shad tanpa titik dan dibaca panjang,
lalu hamzah sesudahnya, adalah bentuk kata lain dari الوصية wasiat,
demikian juga dengan الوصاية mengganti ya’ pada posisi hamzah
يوصيني
بالجار Berwasiat kepadaku tentang tetangga, tanpa dibedakan kafir atau
muslim, ahli ibadah atau ahli maksiat, setia atau memusuhi, kenal baik
atau masing asing, menguntungkan atau merugikan, keluarga dekat atau
orang lain, dekat rumah atau jauh.
حتى ظننت أنه سيورثه Sehingga
aku menyangka bahwa ia akan mewarisi, ia menyuruhku -berdasarkan
perintah Allah-, bahwa tetangga itu mewarisi tetangga lainnya, dengan
menjadikannya bersama-sama dalam harta, sesuai dengan bagian yang
ditentukan dalam pembagian waris.
Imam Bukhari meriwayatkan juga hadits ini dari Jabir ra, dari Rasulullah saw dengan kalimat:
ما زال جبريل يوصيني بالجار حتى ظننت أنه يجعل له ميراثاً
Tidak
henti-hentinya Jibril memberikan wasiat kepadaku tentang tetangga
sehingga aku menyangka ia menjadikan warisan harta tertentu baginya.
At-Thabrani meriwayatkan dari Jabir ra dari Nabi Muhammad saw bersabda:
الجيران
ثلاثة: جار له حق وهو المشرك: له حق الجوار، وجار له حقان وهو المسلم: له
حق الجوار وحق الإسلام، وجار له ثلاثة حقوق: جار مسلم له رحم له حق الجوار
والإسلام والرحم
Tetangga itu ada tiga macam: Tetangga yang hanya
memiliki satu hak, yaitu orang musyrik, ia hanya memiliki hak tetangga.
Tetangga yang memiliki dua hak, yaitu seorang muslim: ia memiliki hak
tetangga dan hak Islam. Dan tetangga yang memiliki tiga hak, yaitu
tetangga, muslim memiliki hubungan kerabat; ia memiliki hak tetangga,
hak Islam dan hak silaturahim.
Aisyah ra, meriwayatkan tentang batasan tetangga, yaitu empat puluh rumah dari semua arah.
At-Thabrani meriwayatkan dengan sanad dhaif/lemah dari Ka’ab bin Malik ra, dari Nabi Muhammad saw:
ألا إن أَربَعينَ دَار جار
“Ingatlah bahwa empat puluh rumah itu adalah tetangga”
Pelaksanaan
wasiat kepada tetangga ini adalah dengan berbuat baik semaksimal
mungkin, sesuai kemampuan, seperti memberikan hadiah, memberi salam,
berwajah lepas/cerah ketika berjumpa, mencari tahu jika tidak kelihatan,
membantunya ketika memerlukan bantuan, mencegah berbagai macam
gangguan, material maupun inmaterial, menghendaki kebaikannya,
memberikan nasihat terbaik, mendoakannya semoga mendapatkan hidayah
Allah, bermuamalah dengan santun, menutupi kekurangan dan kesalahannya
dari orang lain, mencegahnya berbuat salah dengan santun –jika masih
memungkinkan- jika tidak maka dengan cara menjauhinya dengan tujuan
mendidik, disertai dengan mengkomunikasikan hal ini agar tidak melakukan
kesalahan.
Hadits ini dengan tegas menunjukkan tentang besarnya hak tetangga. Dan bahwa mengganggu tetangga termasuk di antara dosa besar.
Dosa Orang Yang Tetangganya Tidak Aman Dari Gangguannya
عَنْ
أبي شُرَيْحٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم
قالَ: وَاللهِ لا يُؤْمِنُ وَاللهِ لا يُؤْمِنُ وَاللهِ لا يُؤْمِنُ.
قِيْلَ: مَنْ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قالَ: الَّذِي لا يَأمَنُ جَارُهُ
بَوَائِقُهُ. رواه البخاري
Dari Abu Syuraih ra, bahwa Nabi
Muhammad saw bersabda, “Demi Allah seseorang tidak beriman, Demi Allah
seseorang tidak beriman, Demi Allah seseorang tidak beriman.” Ada yang
bertanya, “Siapa itu Ya Rasulullah?” Jawab Nabi, “Yaitu orang yang
tetangganya tidak aman dari gangguannya.” (H.R. Bukhari)
Penjelasan:
بوائقه
Bentuk jama’ dari kata بائقة –ba’ dan qaf- berarti: bencana, pencurian,
kejahatan, hal-hal yang membahayakan, hal-hal yang menjadi pelampiasan
kebenciannya.
عن أبي شريح Syin dibaca dhammah, ra’ dibaca fathah, diakhiri dengan ha’ tanpa titik. Khuwailid Al-Khuza’iy as-Shahabiy.
والله
لا يؤمن Diulang tiga kali, artinya tidak sempurna imannya, atau hilang
iman sama sekali bagi yang menganggapnya halal, atau ia tidak
mendapatkan balasan seorang mukmin sehingga dapat masuk surga sejak
awal, atau pengulangan ini untuk menegaskan dan memberatkan larangan.
قِيْلَ:
مَنْ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ Dalam Fathul Bari, Ahmad meriwayatkan dari
Ibnu Mas’ud, bahwa dialah yang bertanya. Rasulullah saw menjawab:
الَّذِي لا يَأمَن جَارُهُ بَوَائِقُهُ
Dari
hadits di atas dapat diambil pelajaran tentang pentingnya hak tetangga.
Sehingga Rasulullah saw harus bersumpah tiga kali, menafikan iman orang
yang mengganggu tetangganya, baik dengan ucapan maupun perbuatan.
Larangan Meremehkan Hadiah Dari Tetangga
عن أبي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قالَ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ:
يَا نِسَاءَ المُسْلِمَاتِ لا تَحْقِرَنَّ جَارَةٌ لِجَارَتِهَا وَلَوْ فِرْسَنَ شَاةٍ. رواه البخاري ومسلم
Dari
Abu Haurairah ra berkata: Nabi Muhammad saw pernah bersabda: Wahai para
wanita muslimah, janganlah ada seorang tetangga yag meremehkan hadiah
tetangganya meskipun kikil (kaki) kambing. (H.R. Bukhari-Muslim)
Penjelasan:
حقر أي استصغار Meremehkan, seperti kata: احتقار والاستحقار
يا
نساء المسلمات Wahai wanita-wanita muslimah, bentuk إضافة الموصوف إلى
صفته /idhafah (penyandaran) maushuf (yang diterangkan) kepada sifat.
Atau
bermakna lain: يا فاضلات المسلمات Wahai para pemuka muslimah, seperti
ungkapan Arab يا رجال القوم: أي يا أفضلهم wahai para pemimpin kaum,
artinya para pemuka mereka.
لا تحقرن Qaf dibaca kasrah, artinya jangan meremehkan, menganggap kecil.
”
جارة ” هديةً ” لجارتها ” tetangga memberikan hadiah pada tetangga
lainnya. Atau meremehkan hadiah dari tetangganya –Lam- bermakna –min-
sehingga kemungkinan makna larangan itu pada pemberi atau penerima,
”
ولو ” كانت الهدية meskipun hadiah itu berupa kaki kambing ” فرسن شاة ”
fa’ dibaca kasrah, ra’ dibaca sukun/mati, adalah bagian kaki di atas
telapak/tumit. Larangan bagi tetangga meremehkan hadiah tetangganya,
meskipun hadiah itu pada umumnya kurang berguna, atau tidak berkenan dan
tidak bernilai di hati. Dari itulah tetangga dapat memberikan dan
menerima hadiah yang ada meskipun kecil nilainya. Hal ini lebih baik
daripada tidak ada sama sekali. Dengan ini pula kebiasaan memberikan
hadiah dapat terus berlangsung antara tetangga, karena dengan sesuatu
yang murah dan mudah, dapat dilakukan dalam keadaan miskin maupun kaya,
dapat membuahkan rasa cinta dan kasih sayang. Dengan ini pula tidak
diperbolehkan bagi laki-laki meremehkan hadiah antara mereka. Penyebutan
larangan secara khusus pada wanita karena merekalah yang lebih cepat
bereaksi dalam cinta dan benci, sehingga mereka lebih berhak mendapatkan
perhatian, agar dapat menghindarkan diri dari larangan itu,
menghilangkan kebenciaan antara mereka dan mempertahankan rasa cinta
antar mereka.
Dari hadits ini dapat diambil pelajaran bahwa tidak
diperbolehkan meremehkan hadiah untuk mempertahankan rasa cinta antara
mereka.
Barang Siapa Beriman Kepada Allah Dan Hari Akhir Maka Jangan Menyakiti Tetangga
عن
أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: من كان
يؤمن بالله واليوم الآخر فلا يؤذ جاره ومن كان يؤمن بالله واليوم الآخر
فليكرم ضيفه ومن كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليقل خيراً أو ليصمت. رواه
البخاري ومسلم وابن ماجه
Dari Abu Hurairah r.a. ia berkata bahwa
Rasulullah saw bersabda, “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan
hari akhir maka jangan menyakiti tetangganya. Dan barang siapa yang
beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah menghormati tamunya.
Dan barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berkata
baik atau diam.” (H.R. Bukhari, Muslim dan Ibnu Majah)
Penjelasan:
ومن كان يؤمن بالله واليوم الآخر” أي إيمانا كاملاً Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir. Artinya: iman yang sempurna.
Penyebutan
hanya pada iman kepada Allah dan hari akhir, tidak dengan kewajiban
lainnya, karena keduanya merupakan permualaan dan penghabisan.
Maksudnya: Beriman dengan Penciptanya dan hari mendapatkan balasan amal
baik dan buruknya.
فلا يؤذ جاره Maka jangan menyakiti tetangganya.
Tidak menyakiti tetangga itu bisa diaktualkan dengan mengulurkan kebaikan kepadanya, mencegah hal-hal yang membahayakannya.
فليكرم ضيفه Hendaklah memuliakan tamunya, dengan menampakkan rasa senang, menyuguhkan hidangan yang tersedia dan terjangkau.
فليقل
خيراً أو ليصمت Hendaklah berkata baik atau diam dari ucapan buruk.
Sebab perkataan itu hanya dapat digolongkan menjadi dua golongan, baik
atau buruk.
Hadits ini berisi tiga hal penting yang menjadi
kemuliaan akhlak dalam perbuatan atau perkataan. Dua pertama yang
perbuatan itu adalah yang pertama berisi takhalliy (pengosongan diri)
dari sifat tercela, dan yang kedua tahalliy (berhias diri) dengan akhlak
mulia. Sedangkan yang ketiga berisi akhlaq qauliyah (ucapan).
Kesimpulannya
bahwa kesempurnaan iman seseorang diukur dari kebaikannya kepada sesama
makhluk Allah, baik dalam tutur kata kebaikan maupun diam dari kalimat
buruk, dan melakukan apa yang sepatutnya dilakukan dan meninggalkan apa
yang membahayakan; antara lain adalah dengan tidak menyakiti tetangga.
Dari
hadits ini dapat diambil pelajaran bahwa tidak menyakiti tetangga
adalah bukti kesempurnaan iman seseorang kepada Allah dan hari akhir.
Hak Tetangga Yang Lebih Dekat Pintunya
عن عائشة رضي الله عنها قالت: يا رسول الله إن لي جارين فإلى أيهما أُهدي؟ قال: إلى أقربهما منك باباً. رواه البخاري
Dari
Aisyah r.a. ia berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku memiliki
dua tetangga, kepada tetangga yang manakah aku berikan hadiah?” Jawab
Nabi, “Kepada tetangga yang pintu rumahnya lebih dekat denganmu.” (H.R.
Bukhari)
Penjelasan:
باب حق الجوار في قرب الأبواب Bab: hak
tetangga yang lebih dekat pintunya, artinya barangsiapa yang pintunya
lebih dekat maka ia yang lebih berhak. Karena ia yang melihat apa yang
keluar masuk dari rumah tetangganya; berupa hadiah dan lain sebagainya,
sehingga kemungkinan ada harapan dan keinginan, berbeda dengan yang jauh
pintunya.
أهدى Hamzah dibaca dhammah dari kata al-ihda’
Rasulullah
saw menjawab: إلى أقربهما منك باباً Kepada yang lebih dekat pintunya.
Karena ia melihat keadaan tetangga dan keperluannya. Tetangga yang lebih
dekat yang lebih cepat menyahut jika dipanggil, ketika tetangga sebelah
memerlukan, terutama ketika terlena.
Dari hadits ini dapat
diambil pelajaran bahwa hak tetangga mengikuti kedekatan pintunya, yang
lebih dekat pintunya yang lebih diprioritaskan dari sebelahnya, demikian
seterusnya.
Sumber : http://www.dakwatuna.com/2009/adab-terhadap-tetangga/
Home »
» Adab Terhadap Tetangga
Adab Terhadap Tetangga
Posted by Unknown
Posted on 03.21
with No comments
Daftar Postingan Terbaru
Agenda Harian
Semoga kita senantiasa terpacu untuk mengukir prestasi amal yang akan memperberat timbangan kebaikan di yaumil akhir, berikut rangkaian yang bisa dilakukan
1. Agenda pada sepertiga malam akhir
a. Menunaikan shalat tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya,
b. Menunaikan shalat witir
c. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga azan subuh
Rasulullah saw bersabda:
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ
“Sesungguhnya Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam terakhir, dan Dia berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni”. (HR. Bukhari Muslim)
2. Agenda Setelah Terbit Fajar
a. Menjawab seruan azan untuk shalat subuh
” الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ “
“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)
b. Menunaikan shalat sunnah fajar di rumah dua rakaat
Rasulullah saw bersabda:
رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا
“Dua rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (Muslim)
وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ
“Nabi saw pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul huwallahu ahad”.
c. Menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid –khususnya- bagi laki-laki.
Rasulullah saw bersabda:
وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا
“Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)
بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”. (Tirmidzi dan ibnu Majah)
d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat
Rasulullah saw bersabda:
الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ
“Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)
e. Duduk di masjid bagi laki-laki /mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi
Dalam hadits nabi disebutkan:
كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ
” Nabi saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke kuning-kuningan”. (Muslim)
Agenda prioritas
Membaca Al-Quran.
Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78) Dan memiliki komitmen sesuai kemampuannya untuk selalu:
- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali
- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali
- Bagi yang mampu menambah lebih banyak dari itu semua, maka akan menuai kebaikan berlimpah insya Allah.
3. Menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat
Rasulullah saw bersabda:
يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى
“Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah”. (Bukhari dan Muslim)
4. Berangkat kerja atau belajar dengan berharap karena Allah
Rasulullah saw bersabda:
مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ، وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ
“Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri, dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri”. (Bukhari)
Dalam hadits lainnya nabi juga bersabda:
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (Muslim)
d. Menyibukkan diri dengan dzikir sepanjang hari
Allah berfirman :
أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang” (Ra’ad : 28)
Rasulullah saw bersabda:
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ الله
“Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari berdzikir kepada Allah” (Thabrani dan Ibnu Hibban) .
5. Agenda saat shalat Zhuhur
a. Menjawab azan untuk shalat Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi laki-laki
b. Menunaikan sunnah rawatib sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur
Rasulullah saw bersabda:
مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ
“Barangsiapa yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan baginya dengannya rumah di surga”. (Muslim).
6. Agenda saat dan setelah shalat Ashar
a. Menjawab azan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di masjid
b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada)
Rasulullah saw bersabda:
مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ
“Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna”. (Thabrani – hasan shahih)
c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah
Rasulullah saw bersabda:
وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ
“Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya”.
Agenda prioritas:
Membaca Al-Quran dan berkomitmen semampunya untuk:
- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali
- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali
- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan, maka akan menuai kebaikan yang berlimpah insya Allah.
7. Agenda sebelum Maghrib
a. Memperhatikan urusan rumah tangga – melakukan mudzakarah – Menghafal Al-Quran
b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media
c. Menyibukkan diri dengan doa
Rasulullah saw bersabda:
الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ
“Doa adalah ibadah”
8. Agenda setelah terbenam matahari
a. Menjawab azan untuk shalat Maghrib
b. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)
c. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat
d. Membaca dzikir sore
e. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid
Rasulullah saw bersabda:
مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً
“Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya”. (Muslim)
9. Agenda pada waktu shalat Isya
a. Menjawab azan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid
b. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Isya – 2 rakaat
c. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturahim
d. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid
e. Dakwah melalui media atau lainnya
f. Melakukan mudzakarah
g. Menghafal Al-Quran
Agenda prioritas
Membaca Al-Quran dengan berkomitmen sesuai dengan kemampuannya untuk:
- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali
- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali
- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan bacaan maka telah menuai kebaikan berlimpah insya Allah.
Apa yang kita jelaskan di sini merupakan contoh, sehingga tidak harus sama persis dengan yang kami sampaikan, kondisional tergantung masing-masing individu. Semoga ikhtiar ini bisa memandu kita untuk optimalisasi ibadah insya Allah. Allahu a’lam
Jazaakillah
Sedikit revisi dari : http://www.al-ikhwan.net/agenda-harian-ramadhan-menuju-bahagia-di-bulan-ramadhan-2989/
1. Agenda pada sepertiga malam akhir
a. Menunaikan shalat tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya,
b. Menunaikan shalat witir
c. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga azan subuh
Rasulullah saw bersabda:
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ
“Sesungguhnya Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam terakhir, dan Dia berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni”. (HR. Bukhari Muslim)
2. Agenda Setelah Terbit Fajar
a. Menjawab seruan azan untuk shalat subuh
” الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ “
“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)
b. Menunaikan shalat sunnah fajar di rumah dua rakaat
Rasulullah saw bersabda:
رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا
“Dua rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (Muslim)
وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ
“Nabi saw pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul huwallahu ahad”.
c. Menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid –khususnya- bagi laki-laki.
Rasulullah saw bersabda:
وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا
“Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)
بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”. (Tirmidzi dan ibnu Majah)
d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat
Rasulullah saw bersabda:
الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ
“Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)
e. Duduk di masjid bagi laki-laki /mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi
Dalam hadits nabi disebutkan:
كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ
” Nabi saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke kuning-kuningan”. (Muslim)
Agenda prioritas
Membaca Al-Quran.
Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78) Dan memiliki komitmen sesuai kemampuannya untuk selalu:
- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali
- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali
- Bagi yang mampu menambah lebih banyak dari itu semua, maka akan menuai kebaikan berlimpah insya Allah.
3. Menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat
Rasulullah saw bersabda:
يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى
“Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah”. (Bukhari dan Muslim)
4. Berangkat kerja atau belajar dengan berharap karena Allah
Rasulullah saw bersabda:
مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ، وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ
“Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri, dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri”. (Bukhari)
Dalam hadits lainnya nabi juga bersabda:
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (Muslim)
d. Menyibukkan diri dengan dzikir sepanjang hari
Allah berfirman :
أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang” (Ra’ad : 28)
Rasulullah saw bersabda:
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ الله
“Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari berdzikir kepada Allah” (Thabrani dan Ibnu Hibban) .
5. Agenda saat shalat Zhuhur
a. Menjawab azan untuk shalat Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi laki-laki
b. Menunaikan sunnah rawatib sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur
Rasulullah saw bersabda:
مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ
“Barangsiapa yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan baginya dengannya rumah di surga”. (Muslim).
6. Agenda saat dan setelah shalat Ashar
a. Menjawab azan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di masjid
b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada)
Rasulullah saw bersabda:
مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ
“Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna”. (Thabrani – hasan shahih)
c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah
Rasulullah saw bersabda:
وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ
“Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya”.
Agenda prioritas:
Membaca Al-Quran dan berkomitmen semampunya untuk:
- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali
- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali
- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan, maka akan menuai kebaikan yang berlimpah insya Allah.
7. Agenda sebelum Maghrib
a. Memperhatikan urusan rumah tangga – melakukan mudzakarah – Menghafal Al-Quran
b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media
c. Menyibukkan diri dengan doa
Rasulullah saw bersabda:
الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ
“Doa adalah ibadah”
8. Agenda setelah terbenam matahari
a. Menjawab azan untuk shalat Maghrib
b. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)
c. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat
d. Membaca dzikir sore
e. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid
Rasulullah saw bersabda:
مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً
“Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya”. (Muslim)
9. Agenda pada waktu shalat Isya
a. Menjawab azan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid
b. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Isya – 2 rakaat
c. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturahim
d. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid
e. Dakwah melalui media atau lainnya
f. Melakukan mudzakarah
g. Menghafal Al-Quran
Agenda prioritas
Membaca Al-Quran dengan berkomitmen sesuai dengan kemampuannya untuk:
- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali
- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali
- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan bacaan maka telah menuai kebaikan berlimpah insya Allah.
Apa yang kita jelaskan di sini merupakan contoh, sehingga tidak harus sama persis dengan yang kami sampaikan, kondisional tergantung masing-masing individu. Semoga ikhtiar ini bisa memandu kita untuk optimalisasi ibadah insya Allah. Allahu a’lam
Jazaakillah
Sedikit revisi dari : http://www.al-ikhwan.net/agenda-harian-ramadhan-menuju-bahagia-di-bulan-ramadhan-2989/
0 komentar:
Posting Komentar