Banyak kisah yang menceritakan
tentang keajaiban dzikir ataupun amalan yang memang Allah perintahkan.
Jika didaftar, jumlahnya mungkin jutaan hingga tak terhingga. Bahkan,
setiap kita, pasti pernah mengalaminya. Banyak hal yang menjelaskan
tentang hal ini. Tapi yang paling pasti, bahwa keajaiban yang Allah
berikan itu, bermaksud menegaskan satu kaidah, bahwa Allah itu
benar-benar ada. Dan, KuasaNya, tak ada yang menandingi.
Sore itu, seorang istri berkisah
tentang apa yang dialaminya ketika proses persalinan salah seorang
anaknya. Ujiannya teramat rumit. Dan pasti; berat. Dalam kehamilan anak
kesekiannya itu, wanita ini berulangkali mengalami pendarahan. Mungkin
karena banyak aktivitas, atau memang beban hidup yang tak bisa dianggap
ringan.
Untungnya, wanita ini masih
merasa mempunyai Allah. Sehingga, kata menyerah atau putus asa, tak
pernah bersarang di dalam sanubarinya. Dia yakin, bahwa yang menitipkan
anak dalam rahimnya, adalah Allah yang Maha Menciptakan.
Dengan keyakinan itu, dia
berusaha dengan sekuat tenaga agar anaknya ini lahir dengan selamat.
Hingga akhirnya, setelah beberapa kali pendarahan sejak 5 bulan karena
placenta previa, medis memutuskan untuk melakukan operasi cesar ketika
kandungannya berusia 8 bulan.
Dilema tentunya. Bukan hanya
terkait usia kandungan dan kondisi kesehatan sang ibu juga calon bayi,
tapi juga terkait kondisi keuangan yang harus dibayarkan kepada pihak
rumah sakit. Tapi sekali lagi, niat baik selalu menemukan muaranya.
Hingga akhirnya, calon nenek sang bayi menandatangani perjanjian dengan
pihak rumah sakit untuk melakukan operasi.
Atas ijin Allah, operasi
berjalan lancar. Meski, sang bayi harus dirawat intensif di rumah sakit
sampai keadaannya berangsur normal. Keluarga ini pun sibuk mencari dana
untuk pembayaran biaya rumah sakit. Apalagi, sejak prosesi operasi
hingga jabang bayi dirawat intensif itu, sudah memakan waktu selama lima
belasan hari.
Sayangnya, Allah berkehendak
lain. Sejauh kaki melangkah, usaha ibu dan keluarganya itu nihil. Hingga
akhirnya, sang bayi ditahan di rumah sakit; tidak diijinkan pulang
sampai pembayaran lunas. Menarik, ibu ini tak kelihatan menyerah. Dalam
keterdesakan yang akut ini, dia bertutur,
“Sama sekali, saya tidak mempunyai harapan atau sandaran. Semua keluarga sudah dihubungi. Tapi memang, kami sedang dalam kesulitan keuangan. Namun, satu hal yang selalu saya ingat dan yakinkan; saya masih punya Allah.
Entah bagaimana awalnya, saya bertemu dengan seorang yang sama sekali belum pernah saya temui. Dia bertanya perihal apa yang saya alami. Kemudian dia mengatakan, ‘Segera buat rekening, ya? Ini nomor hand phone saya. Jika sudah ada nomor rekening, silahkan smskan ke nomor tersebut.’ Seperti mendapatkan durian runtuh, saya langsung bergegas, mendatangi bank terdekat.
Saya ingat betul. Untuk membuat rekening, kala itu hanya perlu uang sepuluh ribu rupiah. Setelah selesai, saya kirimkan nomor rekeningnya ke nomor hand phone yang tadi diberikan. Tak berselang lama, diterimalah sebuah pesan di hand phone saya, bahwa sudah ditransfer dana sebesar delapan juta rupiah untuk biaya selama di rumah sakit.
Dalam ketidakpercayaan yang bercampur aduk, saya beranjak mengecek kebenaran informasi itu. Benar. Ada uang sejumlah itu. Segeralah saya ambil dan menyerahkannya ke pihak rumah sakit. Akhirnya, kami bisa melenggang keluar rumah sakit.”
Logis?
Sama sekali, tidak! Tapi begitulah; pengalaman membuat pendapat tak
lagi terlalu relevan. Karena fakta, sekecil apapun, selalu lebih kuat
dibanding pendapat sebesar apapun. Apalagi, jika sekedar wacana yang tak
kunjung berbukti.
Lantas, bagaimana kelanjutan cerita ibu itu?
“Dalam keterdesakan itu, saya benar-benar buntu. Tidak tahu harus bagaimana. Untunglah, alam bawah sadar saya selalu berbisik. Bahwa Allah Maha Kuasa untuk melakukan apapun yang Dia kehendaki. Nah, selama masa itu, saya tak berhenti mengulangi kalimat Laa Haula wa Laa Quwwata Illa Billah. Bahwa tak ada daya dan upaya kecuali karena Allah. Dzikir itu, terus saya lantunkan. Selama proses pendarahan, hingga keputusan operasi dan dalam keadaan tak bisa pulang karena ‘ditahan’ oleh pihak rumah sakit.
Termasuk, ketika akhirnya saya bertemu dengan orang baik yang meminta agar saya membuat nomor rekening tabungan. Dan, dengan cuma-cuma dia kirimkan uang sejumlah jutaan rupiah itu. Anehnya, sesaat setelah selesai melaksankan pembayaran rumah sakit, nomor hand phone pria ini tak aktif lagi. Orangnya tak dikenal. Dan, sampai sekarang, kami belum mengetahui dimana rimbanya.
Jika mengingat hal ini, saya hanya bisa menangis. Berterimakasih kepada Allah atas kemahabaikanNya. Meskipun, bakti kami padaNya, ala kadarnya.
Mungkin, anda akan bertanya, ‘Dimana suami saya ketika itu?’ jawabnya, ‘Dia sudah berusaha. Tapi Allah belum memberikan keberhasilan padanya.’”
Memang, dalam banyak masalah,
ada solusi-solusi yang kadangkali, tak ada hubungannya dengan
permasalahan, jika ditilik dari segi logika. Namun Allah, selalu punya
cara untuk membantu siapa yang bersungguh-sungguh dan yakin kepadaNya.
Kisah ini, semakin membuktikan.
Bahwa Allah, benar adanya. Dia akan mendatangi kita, ketika kita
mendatangiNya. Dia Maha Dekat, melebihi dekatnya urat leher kita. Karena
Dialah yang telah menciptakan, merawat dan mendidik kita, maka sangat
mustahil jika dia meningalkan kita. Pertanyaannya, “Seberapa besar
keyakinan kita kepada dzat Yang Maha Besar itu?” []
Penulis : Pirman
Redaktur Bersamadakwah.com
*http://www.bersamadakwah.com/2014/03/keajaiban-dzikir-laa-khaula-wa-laa.html
0 komentar:
Posting Komentar