بسم الله الرحمن الرحيم, الحمد لله رب العالمين وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين, أما بعد:
Tahukah
Anda bahwa tingkatan orang berpuasa yang paling rendah adalah hanya
menahan makan dan minum, tetapi masih melakukan hal-hal yang diharamkan.
عَنْ عَطَاءِ بْنِ السَّائِبِ قَالَ كَانَ أَصْحَابُنَا يَقُولُونَ أَهْوَنُ الصِّيَامِ تَرْكُ الطَّعَامِ وَالشَّرَابِ
Artinya:
“Atha’ bin Saib (w: 136H) berkata: “Kawan-kawan kami (para tabi’ie
muda) mengatakan: “Puasa paling rendah adalah meninggalkan makan dan
minum.” Lihat kitab Al Mathalib Al ‘Aliyah karya Ibnu Hajar, 6/54.
Olehnya, Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu berkata:
قَالَ
جَابِرٌ : إذَا صُمْتَ فَلْيَصُمْ سَمْعُك وَبَصَرُك وَلِسَانُك عَنِ
الْكَذِبِ وَالْمَإِثْمَ ، وَدَعْ أَذَى الْخَادِمِ ، وَلْيَكُنْ عَلَيْك
وَقَارٌ وَسَكِينَةٌ يَوْمَ صِيَامِكَ ، وَلاَ تَجْعَلْ يَوْمَ فِطْرِكَ
وَيَوْمَ صِيَامِكَ سَوَاءً.
Artinya:
“Berkata jabir radhiyallahu ‘anhu berkata: “Jika kamu berpuasa maka
puasakanlah pendengaranmu, penglihatanmu, lisanmu dari dusta dan hal-hal
yang diharamkan, janganlah menyakiti tetangga dan hendaknya kamu
bersikap tenang dan wibawa pada hari puasamu dan jangan jadikan hari
puasamu dan hari berbukamu sama.” Lihat Mushannaf Ibnu Abi Syaibah, 3/3.
Para pembaca budiman…
Di bawah
ini disebutkan hal-hal yang seharusnya seorang yang berpuasa juga harus
menahannya, disamping ia menahan makan dan minumnya serta seluruh yang
membatalkan puasanya, agar puasa lebih bermakna dan berkwalitas serta
berkah:
Dusta, saksi palsu dan yang semisalnya.
عَنْ
أَبِى هُرَيْرَةَ - رضى الله عنه - قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى
الله عليه وسلم - « مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ
فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ » .
Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa
yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatannya, maka Allah
tidak mempunyai sebuah keperluanpun untuk meninggalkan makan dan
minumnya”. HR. Bukhari. Ibnu Hajar rahimahullah berkata: “Maksud dari “قول الزور” (Qaul Az zur): Perkataan dusta. Lihat kitab Fath Al Bari.
Perkatan dan perbuatan sia-sia: Ghibah, mengadu domba dan semisalnya.
Perkataan
dan perbuatan yang menjurus kepada meningkatkan syahwat dan hawa nafsu
seksual; berkata-kata keji, berbuat kotor, melihat wanita/lelaki tidak
menutup aurat yang bukan mahramnya baik berupa media cetak atau
elektronik.
عَنْ
أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- :«
لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الأَكْلِ وَالشَّرْبِ إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ
اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ. فَإِنْ سَابَّكَ أَحَدٌ أَوْ جَهِلَ عَلَيْكَ
فَقَلْ : إِنِّى صَائِمٌ ».
Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Bukanlah
puasa hanya menahan makan dan minum tetapi sesungguhnya puasa juga
menahan dari perbuatan sia-sia dan Ar Rafats, dan jika ada seorang yang
menghinamu atau berbuat bodoh kepadamu, maka katakanlah: “Aku sedang
berpuasa”. HR. Ibnu Khuzaimah dan Al Baihaqi serta dishahihkan di dalam kitab Shahih At Targhib wa At Tarhib.
Maksud
dari: “الرفث” (Ar Rafats): adalah perkataan jorok atau porno dan kadang
disebutkan dengan arti bersetubuh dan segala bentuk mukaddimah, kadang
juga disebutkan dengan arti seorang wanita dan segala yang berkaitan
dengannya”. Lihat kitab Fath Al Bari.
Perkataan
dan perbuatan kasar: seperti berkelahi, bertengkar, berseteru dan yang
semisalnya atau mencaci, mencela, menghina, melaknat, mengangkat suara
karena bertengkar dan semisalnya.
عَنْ
أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- :«...
وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ ، فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَصْخَبْ ،
فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ ، أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّى امْرُؤٌ
صَائِمٌ .
Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“…Dan jika pada hari puasa salah seorang dari kalian, maka janganlah
dia berbuat ar rafats dan yastkhab, dan jika seorang mencelanya atau
memeranginya maka katakanlah: “Aku adalah seorang yang berpuasa”. HR. Bukhari.
Maksud
dari: “يصخب” (yashkhab): Mencela, mencaci maki, melaknat, mengangkat
suara karena bertengkar dan semisalnya. Lihat kitab Fath Al Bari.
Jaga lisanmu, jaga lisanmu, jaga lisanmu…maka kamu selamat!
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ صَمَتَ نَجَا ».
Artinya:
“Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang diam maka dia
selamat”. HR. Tirmidzi dan dishahihkan di dalam kitab Silsilat Al
Ahadits Ash Shahihah, no. 536.
Tulisan Ini semua bertujuan agar puasa kita tidak hanya mendapatkan lapar dan haus saja tanpa tidak mendapat pahala.
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الْجُوعُ
وَالْعَطَشُ ، ورُبَّ قَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ قِيَامِهِ السَّهَرُ ".
Artinya:
“Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: “Berapa banyak orang yang berpuasa bagiannya
dari puasanya hanyalah lapar dan haus saja dan berapa banyak orang yang
bangun malam untuk beribadah bagiannya hanya bedagang”. HR. Ibnu
Khuzaimah dan Ahmad serta di shahihkan di dalam kitab Shahih Al jami’,
no. 4390.
Jika
puasanya tidak juga berpuasa dari hal-hal yang diharamkan maka seperti
orang yang mengerjakan amalan sunnah tapi meninggalkan amalan wajib.
قال
ابن رجب رحمه الله: ((أن التقرّب إلى الله تعالى بترك المباحات لايكمل إلا
بعد التقرب إليه بترك المحرمات،فمن ارتكب المحرّمات ثم تقرّب بترك
المباحات كان بمثابة من يترك الفرائض ويتقرّب بالنوافل)) .
Artinya:
“Berkata Ibnu Rajab Al Hambaly rahimahullah: “Bahwa mendekatkan diri
kepada Allah Ta’ala dengan meninggalkan hal-hal yang diperbolehkan tidak
akan sempurna, melainkan setelah mendekatkan diri kepada-Nya dengan
meninggalkan hal-hal yang diharamkan, maka barangsiapa yang mengerjakan
hal-hal yang diharamkan kemudian mendekatkan diri dengan meninggalkan
hal-hal yang diperbolehkan adalah seperti seseorang yang meninggalkan
perkara-perkara wajib dan mendekatkan diri kepada Allah dengan
amalan-amalan sunnah”.
Jadi… BERPUASALAH YANG BUKAN HANYA MENINGGALKAN MAKAN DAN MINUM. Wallahu Al Muwaffaiq.
Sumber : http://dakwahsunnah.com/artikel/fiqhsunnah/180-puasa-yang-paling-rendah-adalah-sekedar-menahan-makan-dan-minum-tapi-masih-maksiat
0 komentar:
Posting Komentar