Oleh: Mochamad Bugi
dakwatuna.com -
Malu adalah akhlak yang menghiasi perilaku manusia dengan cahaya dan
keanggunan yang ada padanya. Inilah akhlak terpuji yang ada pada diri
seorang lelaki dan fitrah yang mengkarakter pada diri setiap wanita.
Sehingga, sangat tidak masuk akal jika ada wanita yang tidak ada rasa
malu sedikitpun dalam dirinya. Rasa manis seorang wanita salah satunya
adalah buah dari adanya sifat malu dalam dirinya.
Apa sih
sifat malu itu? Imam Nawani dalam Riyadhush Shalihin menulis bahwa para
ulama pernah berkata, “Hakikat dari malu adalah akhlak yang muncul dalam
diri untuk meninggalkan keburukan, mencegah diri dari kelalaian dan
penyimpangan terhadap hak orang lain.”
Abu Qasim Al-Junaid
mendefinisikan dengan kalimat, “Sifat malu adalah melihat nikmat dan
karunia sekaligus melihat kekurangan diri, yang akhirnya muncul dari
keduanya suasana jiwa yang disebut dengan malu kepada Sang Pemberi
Rezeki.”
Ada tiga jenis sifat malu, yaitu:
1. Malu yang
bersifat fitrah. Misalnya, malu yang dialami saat melihat gambar
seronok, atau wajah yang memerah karena malu mendengar ucapan jorok.
2.
Malu yang bersumber dari iman. Misalnya, seorang muslim menghindari
berbuat maksiat karena malu atas muraqabatullah (pantauan Allah).
3. Malu yang muncul dari dalam jiwa. Misalnya, perasaan yang menganggap tidak malu seperti telanjang di hadapan orang banyak.
Karena
itu, beruntunglah orang yang punya rasa malu. Kata Ali bin Abi Thalib,
“Orang yang menjadikan sifat malu sebagai pakaiannya, niscaya
orang-orang tidak akan melihat aib dan cela pada dirinya.”
Bahkan, Rasulullah saw. menjadikan sifat malu sebagai bagian dari cabang iman. Abu
Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Iman memiliki 70
atau 60 cabang. Paling utama adalah ucapan ‘Laa ilaaha illallah’, dan
yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan di jalan. Dan sifat
malu adalah cabang dari keimanan.” (HR. Muslim dalam Kitab Iman, hadits
nomor 51)
Dari hadits itu, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa
tidak akan ada sifat malu dalam diri seseorang yang tidak beriman.
Akhlak yang mulia ini tidak akan kokoh tegak dalam jiwa orang yang tidak
punya landasan iman yang kuat kepada Allah swt. Sebab, rasa malu adalah
pancaran iman.
Tentang kesejajaran sifat malu dan iman
dipertegas lagi oleh Rasulullah saw., “Malu dan iman keduanya sejajar
bersama. Ketika salah satu dari keduanya diangkat, maka yang lain pun
terangkat.” (HR. Hakim dari Ibnu Umar. Menurut Hakim, hadits ini shahih
dengan dua syarat-syarat Bukhari dan Muslim dalam Syu’ban Iman.
As-Suyuthi dalam Al-Jami’ Ash-Shagir menilai hadits ini lemah.)
Karena
itu, sifat malu tidak akan mendatangkan kemudharatan. Sifat ini membawa
kebaikan bagi pemiliknya. “Al-hayaa-u laa ya’tii illa bi khairin, sifat
malu tidak mendatangkan sesuatu kecuali kebaikan,” begitu kata
Rasulullah saw. (HR. Bukhari dalam Kitab Adab, hadits nomor 5652)
Dengan
kata lain, seseorang yang kehilangan sifat malunya yang tersisa dalam
dirinya hanyalah keburukan. Buruk dalam ucapan, buruk dalam perangai.
Tidak bisa kita bayangkan jika dari mulut seorang muslimah meluncur
kata-kata kotor lagi kasar. Bertingkah dengan penampilan seronok dan
bermuka tebal. Tentu bagi dia surga jauh. Kata Nabi, “Malu adalah bagian
dari iman, dan keimanan itu berada di surga. Ucapan jorok berasal dari
akhlak yang buruk dan akhlak yang buruk tempatnya di neraka.” (HR.
Tirmidzi dalam Ktab Birr wash Shilah, hadits nomor 1932)
Karena
itu, menjadi penting bagi kita untuk menghiasi diri dengan sifat malu.
Dari mana sebenarnya energi sifat malu bisa kita miliki? Sumber sifat
malu adalah dari pengetahuan kita tentang keagungan Allah. Sifat malu
akan muncul dalam diri kita jika kita menghayati betul bahwa Allah itu
Maha Mengetahui, Allah itu Maha Melihat. Tidak ada yang bisa kita
sembunyikan dari Penglihatan Allah. Segala lintasan pikiran, niat yang
terbersit dalam hati kita, semua diketahui oleh Allah swt.
Jadi,
sumber sifat malu adalah muraqabatullah. Sifat itu hadir setika kita
merasa di bawah pantauan Allah swt. Dengan kata lain, ketika kita dalam
kondisi ihsan, sifat malu ada dalam diri kita. Apa itu ihsan? “Engkau
menyembah Allah seakan melihat-Nya, jika engkau tidak melihat-Nya,
sesungguhnya Ia melihatmu,” begitu jawaban Rasulullah saw. atas
pertanyaan Jibril tentang ihsan.
Itulah sifat malu yang
sesungguhnya. Sebagaimana yang sampai kepada kita melalui Abdullah bin
Mas’ud bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Malulah kepada Allah dengan malu
yang sebenar-benarnya.” Kami berkata, “Ya Rasulullah, alhamdulillah,
kami sesungguhnya malu.” Beliau berkata, “Bukan itu yang aku maksud.
Tetapi malu kepada Allah dengan malu yang sesungguhnya; yaitu menjaga
kepala dan apa yang dipikirkannya, menjaga perut dari apa yang
dikehendakinya. Ingatlah kematian dan ujian, dan barangsiapa yang
menginginkan kebahagiaan alam akhirat, maka ia akan tinggalkan perhiasan
dunia. Dan barangsiapa yang melakukan hal itu, maka ia memiliki sifat
malu yang sesungguhnya kepada Allah.” (HR. Tirmidzi dalam Kitab Shifatul
Qiyamah, hadits nomor 2382)
Ingat! Malu. Bukan pemalu. Pemalu
(khajal) adalah penyakit jiwa dan lemah kepribadian akibat rasa malu
yang berlebihan. Sebab, sifat malu tidaklah menghalangi seorang muslimah
untuk tampil menyuarakan kebenaran. Sifat malu juga tidak menghambat
seorang muslimah untuk belajar dan mencari ilmu. Contohlah Ummu Sulaim
Al-Anshariyah.
Dari Zainab binti Abi Salamah, dari Ummu Salamah
Ummu Mukminin berkata, “Suatu ketika Ummu Sulaim, istri Abu Thalhah,
menemui Rasulullah saw. seraya berkata, ‘Ya Rasulullah, sesungguhnya
Allah tidak malu pada kebenaran. Apakah seorang wanita harus mandi bila
bermimpi?’ Rasulullah menjawab, ‘Ya, bila ia melihat air (keluar dari
kemaluannya karena mimpi).’” (HR. Bukhari dalam Kitab Ghusl, hadits
nomor 273)
Saat ini banyak muslimah yang salah menempatkan rasa
malu. Apalagi situasi pergaulan pria-wanita saat ini begitu ikhtilath
(campur baur). Ketika ada lelaki yang menyentuh atau mengulurkan tangan
mengajak salaman, seorang muslimah dengan ringan menyambutnya. Ketika
kita tanya, mereka menjawab, “Saya malu menolaknya.” Bagaimana jika cara
bersalamannya dengan bentuk cipika-cipiki (cium pipi kanan cium pipi
kiri)? “Ya abis gimana lagi. Ntar dibilang gak gaul. Kan tengsin
(malu)!”
Bahkan ketika dilecehkan oleh tangan-tangan jahil di
kendaraan umum, tidak sedikit muslimah yang diam tak bersuara. Ketika
kita tanya kenapa tidak berteriak atau menghardik lelaki jahil itu,
jawabnya, sekali lagi, saya malu.
Jelas itu penempatan rasa malu
yang salah. Tapi, anehnya tidak sedikit muslimah yang lupa akan rasa
malu saat mengenakan rok mini. Betul kepala ditutupi oleh jilbab kecil,
tapi busana ketat yang diapai menonjolkan lekak-lekut tubuh. Betul
mereka berpakaian, tapi hakikatnya telanjang. Jika dulu underwear adalah
busana sangat pribadi, kini menjadi bagian gaya yang setiap orang bisa
lihat tanpa rona merah di pipi.
Begitulah jika urat malu sudah
hilang. “Idza lam tastahyii fashna’ maa syi’ta, bila kamu tidak malu,
lakukanlah apa saja yang kamu inginkan,” begitu kata Rasulullah saw.
(HR. Bukhari dalam Kitab Ahaditsul Anbiya, hadits nomor 3225).
Ada
tiga pemahaman atas sabda Rasulullah itu. Pertama, berupa ancaman.
“Perbuatlah apa yang kamu kehendaki, sesungguhnya Dia Maha Melihat apa
yang kamu kerjakan.” (QS. Fushhdilat: 40).
Kedua, perkataan Nabi
itu memberitakan tentang kondisi orang yang tidak punya malu. Mereka
bisa melakukan apa saja karena tidak punya standar moral. Tidak punya
aturan.
Ketiga, hadits ini berisi perintah Rasulullah saw. kepada
kita untuk bersikap wara’. Jadi, kita menangkap makna yang tersirat
bahwa Rasulullah berkata, apa kamu tidak malu melakukannya? Kalau malu,
menghindarlah!
Salman Al-Farisi punya pemahaman lain lagi tentang
hadits itu. “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla apabila hendak
membinasakan seorang hamba, maka Ia mencabut darinya rasa malu. Bila
rasa malu telah dicabut, maka engkau tidak akan menemuinya kecuali
sebagai orang yang murka dan dimurkai. Bila engkau tidak menemuinya
kecuali sebagai orang yang murka dan dimurkai, maka dicabutlah pula
darinya sifat amanah. Bila sifat amanah itu dicabut darinya, maka engkau
tidak akan menjumpainya selain sebagai pengkhianat dan dikhianati. Bila
engkau tak menemuinya selain pengkhianat dan dikhianati, maka rahmat
Allah akan dicabut darinya. Bila rahmat itu dicabut darinya, maka
engakau tidak akan menemukannya selain sosok pengutuk dan dikutuk. Bila
engkau tidak menemukannya selain sebagai pengkutuk dan dikutuk, maka
dicabutlah darinya ikatan Islam,” begitu kata Salman. (HR. Ibnu Majah
dalam Kitab Fitan, hadits nomor 4044, sanadnya lemah, tapi shahih)
Wanita
yang beriman adalah wanita yang memiliki sifat malu. Sifat malu tampak
pada cara dia berbusana. Ia menggunakan busana takwa, yaitu busana yang
menutupi auratnya. Para ulama sepakat bahwa aurat seorang wanita di
hadapan pria adalah seluruh tubuhnya, kecuali wajah dan telapak tangan.
Ibnu
Katsir berkata, “Pada zaman jahiliyah dahulu, sebagian kaum wanitanya
berjalan di tengah kaum lelaki dengan belahan dada tanpa penutup. Dan
mungkin saja mereka juga memperlihatkan leher, rambut, dan telinga
mereka. Maka Allah memerintahkan wanita muslimah agar menutupi
bagian-bagian tersebut.”
Menundukkan pandangan juga bagian dari
rasa malu. Sebab, mata memiliki sejuta bahasa. Kerlingan, tatapan sendu,
dan isyarat lainnya yang membuat berjuta rasa di dada seorang lelaki.
Setiap wanita memiliki pandangan mata yang setajam anak panah dan setiap
lelaki paham akan pesan yang dimaksud oleh pandangan itu. Karena itu,
Allah swt. memerintahahkan kepada lelaki dan wanita untuk menundukkan
sebagaian pandangan mereka.
Memang realitas kekinian tidak bisa
kita pungkiri. Kaum wanita saat ini beraktivitas di sektor publik, baik
sebagai profesional ataupun aktivis sosial-politik. Ada yang dengan
alasan untuk melayani kepentingan sesama wanita yang fitri. Ada juga
yang karena keterpaksaan. Tidak sedikit wanita harus bekerja karena ia
adalah tulang punggung keluarganya. Sehingga, ikhtilath (bercampur baur
dengan lelaki) tidak bisa terhindari.
Untuk yang satu ini, mari
kita kutip pendapat Dr. Yusuf Qaradhawi, “Saya ingin mengatakan di sini
bahwa kata ikhtilath dalam hal hubungan antara lelaki dan wanita adalah
kata diadopsi ke dalam kamus Islam yang tidak dikenal oleh warisan
budaya kita pada sejarah abad-abad sebelumnya, dan tidak diketahui
selain pada masa ini. Mungkin saja ia berasal dari bahasa asing, hal itu
memiliki isyarat yang tidak menenteramkan hati setiap muslim. Yang
lebih cocok mungkin bisa menggunakan kata liqa’ atau muqabalah –keduanya
berarti pertemuan—atau musyarakah (keterlibatan) seorang lelaki dan
wanita, dan sebagainya. Yang jelas, Islam tidak mengeluarkan aturan atau
hukum umum terkait dengan masalah ini. Namun hanya melihat tujuan
adanya aktivitas tersebut atau maslahat yang mungkin terjadi dan bahaya
yang dikhawatirkan, gambaran yang utuh dengannya, dan syarat-syarat yang
harus diperhatikan di dalamnya.”
Ada adab yang harus ditegakkan kala terjadi muqabalah antara pria dan wanita. Adab-adab itu adalah:
1. Ada pembatasan tempat pertemuan
2. Menjaga pandangan dengan menundukkan sebagian pandangan
3. Tidak berjabat tangan dalam situasi apa pun dengan yang bukan muhrimnya
4. Hindari berdesak-desakan dan lakukan pembedaan tempat bagi lelaki dan wanita
5. Tidak berkhalwat (berduaan dengan lawan jenis)
6. Hindari tempat-tempat yang meragukan dan bisa menimbulkan fitnah
7. Hindari pertemuan yang lama dan sering, sebab bisa melemahkan sifat malu dan menggoyahkan keteguhan jiwa
8. Hindari hal-hal yang dapat menimbulkan dosa dan keinginan batin untuk melakukan yang haram, ataupun membayangkannya
Khusus
bagi wanita, pakailah pakaian yang yang sesuai syariat, tidak memakai
wewangian, batasi diri dalam berbicara dan menatap, serta jaga
kewibawaan dan beraktivitas. Perhatikan gaya bicara. Jangan genit!
Dengan
begitu jelaslah bahwa Islam tidak mengekang wanita. Wanita bisa
terlibat dalam kehidupan sosial bermasyarakat, berpolitik, dan berbagai
aktivitas lainnya. Islam hanya memberi frame dengan adab dan etika.
Sifat malu adalah salah satu frame yang harus dijaga oleh setiap wanita
muslimah yang meyakini bahwa Allah swt. melihat setiap polah dan desiran
hati yang tersimpan dalam dadanya. []
Sumber : http://www.dakwatuna.com/2008/sifat-malu-kaum-wanita/
Home »
» Sifat Malu Kaum Wanita
Sifat Malu Kaum Wanita
Posted by Unknown
Posted on 00.08
with No comments
Daftar Postingan Terbaru
Agenda Harian
Semoga kita senantiasa terpacu untuk mengukir prestasi amal yang akan memperberat timbangan kebaikan di yaumil akhir, berikut rangkaian yang bisa dilakukan
1. Agenda pada sepertiga malam akhir
a. Menunaikan shalat tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya,
b. Menunaikan shalat witir
c. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga azan subuh
Rasulullah saw bersabda:
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ
“Sesungguhnya Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam terakhir, dan Dia berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni”. (HR. Bukhari Muslim)
2. Agenda Setelah Terbit Fajar
a. Menjawab seruan azan untuk shalat subuh
” الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ “
“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)
b. Menunaikan shalat sunnah fajar di rumah dua rakaat
Rasulullah saw bersabda:
رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا
“Dua rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (Muslim)
وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ
“Nabi saw pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul huwallahu ahad”.
c. Menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid –khususnya- bagi laki-laki.
Rasulullah saw bersabda:
وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا
“Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)
بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”. (Tirmidzi dan ibnu Majah)
d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat
Rasulullah saw bersabda:
الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ
“Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)
e. Duduk di masjid bagi laki-laki /mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi
Dalam hadits nabi disebutkan:
كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ
” Nabi saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke kuning-kuningan”. (Muslim)
Agenda prioritas
Membaca Al-Quran.
Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78) Dan memiliki komitmen sesuai kemampuannya untuk selalu:
- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali
- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali
- Bagi yang mampu menambah lebih banyak dari itu semua, maka akan menuai kebaikan berlimpah insya Allah.
3. Menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat
Rasulullah saw bersabda:
يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى
“Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah”. (Bukhari dan Muslim)
4. Berangkat kerja atau belajar dengan berharap karena Allah
Rasulullah saw bersabda:
مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ، وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ
“Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri, dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri”. (Bukhari)
Dalam hadits lainnya nabi juga bersabda:
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (Muslim)
d. Menyibukkan diri dengan dzikir sepanjang hari
Allah berfirman :
أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang” (Ra’ad : 28)
Rasulullah saw bersabda:
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ الله
“Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari berdzikir kepada Allah” (Thabrani dan Ibnu Hibban) .
5. Agenda saat shalat Zhuhur
a. Menjawab azan untuk shalat Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi laki-laki
b. Menunaikan sunnah rawatib sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur
Rasulullah saw bersabda:
مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ
“Barangsiapa yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan baginya dengannya rumah di surga”. (Muslim).
6. Agenda saat dan setelah shalat Ashar
a. Menjawab azan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di masjid
b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada)
Rasulullah saw bersabda:
مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ
“Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna”. (Thabrani – hasan shahih)
c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah
Rasulullah saw bersabda:
وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ
“Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya”.
Agenda prioritas:
Membaca Al-Quran dan berkomitmen semampunya untuk:
- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali
- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali
- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan, maka akan menuai kebaikan yang berlimpah insya Allah.
7. Agenda sebelum Maghrib
a. Memperhatikan urusan rumah tangga – melakukan mudzakarah – Menghafal Al-Quran
b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media
c. Menyibukkan diri dengan doa
Rasulullah saw bersabda:
الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ
“Doa adalah ibadah”
8. Agenda setelah terbenam matahari
a. Menjawab azan untuk shalat Maghrib
b. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)
c. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat
d. Membaca dzikir sore
e. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid
Rasulullah saw bersabda:
مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً
“Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya”. (Muslim)
9. Agenda pada waktu shalat Isya
a. Menjawab azan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid
b. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Isya – 2 rakaat
c. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturahim
d. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid
e. Dakwah melalui media atau lainnya
f. Melakukan mudzakarah
g. Menghafal Al-Quran
Agenda prioritas
Membaca Al-Quran dengan berkomitmen sesuai dengan kemampuannya untuk:
- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali
- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali
- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan bacaan maka telah menuai kebaikan berlimpah insya Allah.
Apa yang kita jelaskan di sini merupakan contoh, sehingga tidak harus sama persis dengan yang kami sampaikan, kondisional tergantung masing-masing individu. Semoga ikhtiar ini bisa memandu kita untuk optimalisasi ibadah insya Allah. Allahu a’lam
Jazaakillah
Sedikit revisi dari : http://www.al-ikhwan.net/agenda-harian-ramadhan-menuju-bahagia-di-bulan-ramadhan-2989/
1. Agenda pada sepertiga malam akhir
a. Menunaikan shalat tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya,
b. Menunaikan shalat witir
c. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga azan subuh
Rasulullah saw bersabda:
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ
“Sesungguhnya Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam terakhir, dan Dia berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni”. (HR. Bukhari Muslim)
2. Agenda Setelah Terbit Fajar
a. Menjawab seruan azan untuk shalat subuh
” الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ “
“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)
b. Menunaikan shalat sunnah fajar di rumah dua rakaat
Rasulullah saw bersabda:
رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا
“Dua rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (Muslim)
وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ
“Nabi saw pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul huwallahu ahad”.
c. Menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid –khususnya- bagi laki-laki.
Rasulullah saw bersabda:
وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا
“Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)
بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”. (Tirmidzi dan ibnu Majah)
d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat
Rasulullah saw bersabda:
الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ
“Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)
e. Duduk di masjid bagi laki-laki /mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi
Dalam hadits nabi disebutkan:
كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ
” Nabi saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke kuning-kuningan”. (Muslim)
Agenda prioritas
Membaca Al-Quran.
Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78) Dan memiliki komitmen sesuai kemampuannya untuk selalu:
- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali
- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali
- Bagi yang mampu menambah lebih banyak dari itu semua, maka akan menuai kebaikan berlimpah insya Allah.
3. Menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat
Rasulullah saw bersabda:
يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى
“Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah”. (Bukhari dan Muslim)
4. Berangkat kerja atau belajar dengan berharap karena Allah
Rasulullah saw bersabda:
مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ، وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ
“Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri, dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri”. (Bukhari)
Dalam hadits lainnya nabi juga bersabda:
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (Muslim)
d. Menyibukkan diri dengan dzikir sepanjang hari
Allah berfirman :
أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang” (Ra’ad : 28)
Rasulullah saw bersabda:
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ الله
“Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari berdzikir kepada Allah” (Thabrani dan Ibnu Hibban) .
5. Agenda saat shalat Zhuhur
a. Menjawab azan untuk shalat Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi laki-laki
b. Menunaikan sunnah rawatib sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur
Rasulullah saw bersabda:
مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ
“Barangsiapa yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan baginya dengannya rumah di surga”. (Muslim).
6. Agenda saat dan setelah shalat Ashar
a. Menjawab azan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di masjid
b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada)
Rasulullah saw bersabda:
مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ
“Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna”. (Thabrani – hasan shahih)
c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah
Rasulullah saw bersabda:
وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ
“Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya”.
Agenda prioritas:
Membaca Al-Quran dan berkomitmen semampunya untuk:
- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali
- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali
- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan, maka akan menuai kebaikan yang berlimpah insya Allah.
7. Agenda sebelum Maghrib
a. Memperhatikan urusan rumah tangga – melakukan mudzakarah – Menghafal Al-Quran
b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media
c. Menyibukkan diri dengan doa
Rasulullah saw bersabda:
الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ
“Doa adalah ibadah”
8. Agenda setelah terbenam matahari
a. Menjawab azan untuk shalat Maghrib
b. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)
c. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat
d. Membaca dzikir sore
e. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid
Rasulullah saw bersabda:
مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً
“Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya”. (Muslim)
9. Agenda pada waktu shalat Isya
a. Menjawab azan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid
b. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Isya – 2 rakaat
c. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturahim
d. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid
e. Dakwah melalui media atau lainnya
f. Melakukan mudzakarah
g. Menghafal Al-Quran
Agenda prioritas
Membaca Al-Quran dengan berkomitmen sesuai dengan kemampuannya untuk:
- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali
- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali
- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan bacaan maka telah menuai kebaikan berlimpah insya Allah.
Apa yang kita jelaskan di sini merupakan contoh, sehingga tidak harus sama persis dengan yang kami sampaikan, kondisional tergantung masing-masing individu. Semoga ikhtiar ini bisa memandu kita untuk optimalisasi ibadah insya Allah. Allahu a’lam
Jazaakillah
Sedikit revisi dari : http://www.al-ikhwan.net/agenda-harian-ramadhan-menuju-bahagia-di-bulan-ramadhan-2989/
0 komentar:
Posting Komentar