Oleh: Rikza Maulan, M.Ag
dakwatuna.com -
Dari Nawas bin Sam’an r.a. dari Nabi Muhammad saw., beliau bersabda,
“Kebaikan adalah akhlak yang baik, sedangkan dosa adalah segala hal
yang mengusik jiwamu dan engkau tidak suka jika orang lain melihatnya.”
(Muslim)
Dan dari Wabishah bin Ma’bad ra berkata, ‘Aku datang
kepada Rasulullah saw., maka beliau bersabda, “Apakah engkau datang
untuk ertanya tentang kebaikan?” Aku menjawab, “Benar, wahai
Rasulullah.” Lalu beliau bersabda, “Mintalah fatwa kepada hatimu
sendiri. Kebaikan adalah apa yang karenanya jiwa dan hati menjadi
tentram. Dan dosa adalah apa yang mengusik jiwa dan meragukan hati,
meskipun orang-orang memberikan fatwa kepadamu dan mereka
membenarkannya.” (Ahmad dan Darimi)
Sanad Hadits:
Hadits
di atas memiliki sanad yang lengkap (sebagaimana yang terdapat dalam
Shahih Muslim, Kitab Al-Bir Wa Al-Sillah Wa Al-Adab, Bab Tafsir Al-Bir
Wa Al-Itsm, hadits no 2553).
Takhrij Hadits :
Hadits ini (sebagaimana teks hadits di atas, riwayat Imam Muslim) melalui jalur sahabat An-Nawas bin Sam’an, diriwayatkan oleh:
• Imam Muslim dalam Shahihnya, Kitab Al-Bir Wa Al-Sillah Wa Al-Adab, Bab Tafsir Al-Bir Wa Al-Itsm, hadits no 2553.
•
Imam Turmudzi dalam Jami’nya, Kitab Al-Zuhud ‘An Rasulillah Sallallahu
Alaihi Wasallam, Bab Ma Ja’a Fi Al-Bir Wa Al-Itsm, Hadits no 2389.
•
Imam Ahmad bin Hambal dalam Musnadnya, Musnad Al-Syamiyin, Hadits
Annawas bin Sam’an Al-Kilabi Al-Anshari, hadits no 17179, 17180 &
17181.
• Imam Al-Darimi dalam Sunannya, Kitab Al-Riqaq, Bab Fi Al-Bir Wa Al-Itsm, hadits no. 2789.
Sedangkan hadits yang kedua, diriwayatkan oleh:
• Imam Ahmad bin Hambal dalam Musnadnya, Musnad Al-Syamiyin, Hadits Wabishah bin Ma’bad Al-Asady, hadits no. 17545.
• Imam Ad-Darimi dalam Sunannya, Kitab Buyu’, Bab Da’ Ma Yuribuka Ila Mala Yuribuka, Hadits no. 2533.
Tarjamatur Rawi
• An-Nawas bin Sam’an Al-Kilabi
Beliau
merupakan salah seorang sahabat Rasulullah saw. yang dikenal sebagai
Ahlus Suffah, yaitu sahabat yang tinggal di tepian masjid dalam rangka
mendekatkan diri kepada Allah saw. Beliau tinggal di luar kota Madinah
dan memilih untuk tidak berhijrah ke Madinah. Beliau lebih suka pulang
pergi ke Madinah dalam rangka bertanya permasalahan agama kepada
Rasulullah saw. Mengenai ketidakhijrahannya ini beliau mengemukakan,
‘Bahwa di antara kami jika telah berhijrah, maka ia tidak lagi bertanya
kepada Rasulullah saw. tentang sesuatu pun. Maka aku bertanya kepada
Rasulullah saw. tentang al-birr (kebaikan) dan al-itsm (dosa).
• Jubair bin Nufair
Beliau
adalah Jubari bin Nufair bin Malik, Abu Abdurrahman Al-Hadhrami
Al-Hamshi. Merupakan salah seorang Kibar Al-Tabiin. Tinggal di Syam dan
wafat pula di Syam pada tahun 80 H. Mengambil hadits diantaranya dari
Busr bin Jahasy, Tsauban dan Jurtsum. Sedangkan yang mengambil hadits
dari beliau diantaranya adalah, Al-Harits bin Yazid, Khalid bin Ma’dan
bin Abikarib, ‘Aidzullah bin Abdillah, Abdurrahman bin Jubair bin
Nufair, Makhul, Yahya bin Jabir bin Hasan dsb. Adapun derajatnya dalam
Jarh Wa Ta’dil adalah Tsiqah.
• Abdurrahman bin Jubair bin Nufair
Beliau
adalah Abdurrahman bin Jubair bin Nufair Abu Humaid Al-Hadhrami
Al-Hamshi. Merupakan salah seorang Wustha Minat Tabiin. Tinggal di Syam
dan wafat pada tahun 118 H. Mengambil hadits diantaranya dari Anas bin
Malik, Jubair bin Nufair bin Malik, Jundub bin Junadah, Mu’adz bin
Jabal, Al-Harist bin Muawiyah dsb. Sedangkan yang mengambil hadits dari
beliau diantaranya adalah Zuhair bin Salim, Syuraih, Atha’ bin Sa’ib bin
Malik, Shafwan bin Amru bin Haram, Muhammad bin Al-Walid bin Amir, Isa
bin Salim dsb. Sedangkan derajatnya dalam Jarah Wa Ta’dil, para ulama
mengatakannya sebagai Tsiqah.
Gambaran Umum Tentang Hadits
Secara
umum hadits menggambarkan mengenai kebaikan dan dosa. Yaitu bahwa yang
dimaksud dengan ‘kebaikan’ adalah akhlak yang baik sedangkan yang
dimaksud dengan dosa adalah sesuatu yang ‘diragukan’ oleh diri kita
sendiri, serta kita tidak menginginkan jika orang lain melihat kita
melakukan hal tersebut. Hadits ini sekaligus menghilangkan ‘kebingungan
atau kesamaran’ antara ‘sesuatu’ yang baik dan sesuatu yang buruk,
terutama jika kesamaran tersebut terdapat dalam diri pelaku sendiri.
Mengomentari
hadits ini, Ibnu Hajar Al-Atsqalani mengemukakan bahwa hadits ini
termasuk hadits yang singkat dan padat, bahkan merupakan hadits yang
paling padat, karena kebaikan itu mencakup semua perbuatan yang baik dan
sifat yang ma’ruf. Sedangkan dosa mencakup semua perbuatan yang buruk
dan jelek; baik kecil maupun besar. Oleh sebab itu Rasulullah saw.
memasangkan di antara keduanya sebagai dua hal yang berlawanan.
Makna Al-Birr
Secara
bahasa, al-birr berarti kebaikan. Bahkan sebagian ulama mendefinisikan
“al-birr” ini dengan sebuah nama/istilah yang mencakup segala macam
bentuk kebaikan. Sehingga tidaklah ada satu bentuk kebaikan pun,
melainkan dicakup oleh kata al-birr ini. Meskipun demikian, terdapat
juga ulama yang secara khusus memberikan makna yang dimaksud dari kata
al-birr ini, diantara maknanya adalah hubungan baik, ketaatan, dan
kelembutan.
Dalam Al-Qur’an, banyak sekali ayat-ayat yang
menggunakan kata atau akar kata al-birr ini. Sejauh pengamatan penulis,
setidaknya terdapat delapan kata al-birr yang disebutkan dalam
al-Qur’an, yang berbentuk mashdar. Sedangkan jika ditelusuri dari akar
katanya, setidaknya akan kita temukan delapan belas kali kata ini
disebutkan dalam Al-Qur’an. Dan dari delapan belas kata al-birr dalam
Al-Qur’an ini, dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Kebaikan dalam arti umum
Seperti
firman Allah swt. (Al-Maidah: 2), “… Dan tolong menolonglah kalian
dalam kebaikan dan ketakwaan, dan janganlah kalian bertolong menolong
dalam perbuatan dosa dan permusuhan …”
Oleh karenanya, Allah swt.
melarang kita untuk memerintahkan orang lain mengerjakan kebaikan,
sementara kita sendiri tidak melaksanakannya: “Mengapa kalian
memerintahkan orang lain untuk mengerjakan kebaikan, sedangkan kamu
melupkan dirimu sendiri, padahal kalian membaca al-kitab (Taurat), maka
tidakkah kamu berfikir?” (Al-Baqarah: 44)
2. Kebaikan dalam arti birrul walidain
Kebaikan
seperti ini adalah sebagaimana yang difirmankan Allah SWT dalam QS.
Maryam: 14, “Dan berbakti kepada kedua orangtuanya, dan bukanlah ia
orang yang sombong lagi durhaka.”
3. Kebaikan dalam berinfak.
Sebagaimana
digambarkan dalam Al-Qur’an (Ali Imran: 92), “Kamu sekali-kali tidak
akan sampai pada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan
harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan sesungguhnya
Allah mengetahuinya.”
4. Kebaikan dalam bentuk sifat manusia yang baik.
Seperti
yang Allah swt. firmankan (Ali Imran: 193), “Ya Allah ampunilah
dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan
wafatkanlah kami bersama orang-orang yang berbakti.”
5. Keluasan cakupan bentuk kebaikan
Yaitu sebagaimana yang Allah swt. jelaskan dalam Al-Qur’an (Al-Baqarah: 177)
Akhlak Yang Baik
Al-birr
yang mengandung makna begitu luas sebagaimana dijelaskan di atas,
diberi penekanan oleh Rasulullah saw., bahwa yang dimaksud dengan
al-birr adalah husnul khuluq atau akhlak yang baik. Akhlak yang baik
memiliki urgensitas yang sangat penting dalam pribadi seorang mu’min,
diantaranya adalah :
• Akhlak yang baik merupakan refleksi dari
keimanan seseorang kepada Allah swt. Oleh karenanya Rasulullah saw.
mengatakan dalam salah satu haditsnya: Dari Abu Said Al-Khudri ra
berkata, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, ‘Ada dua hal yang keduanya
tidak mungkin terkumpul dalam diri seorang mu’min, yaitu bakhil dan
akhlak yang buruk.’ (Turmudzi)
• Akhlak yang baik merupakan bukti
ketinggian keimanan seseorang. Semakin tinggi imannya maka akan semakin
sempurna akhlaknya. Dalam hal ini, Rasulullah saw. mengemukakan: Dari
Abu Hurairah ra berkata bahwasanya Rasulullah saw. bersabda,
‘Sesempurna-sempurnanya keimanan seorang mu’min adalah yang terbaik
akhlaknya.’ (Abu Daud)
• Akhlak yang baik memiliki timbangan yang
begitu besar di akhirat kelak, serta dapat menjadikan pelakunya menjadi
ahlul jannah. Dalam sebuah hadits Rasulullah saw. bersabda: Dari Abu
Hurairah ra berkata, bahwasannya Rasulullah saw. ditanya tentang sesuatu
yang paling banyak memasukkan orang ke dalam surga. Rasulullah saw.
menjawab, ‘Ketakwaan kepada Allah SWT dan akhlak yang baik.’ Dan beliau
ditanya tentang sesuatu yang paling banyak memasukkan orang ke dalam
neraka, beliau menjawab, ‘Lisan dan kemaluan.’ (Turmudzi)
Seorang
mu’min diminta untuk senantiasa berakhlak yang baik dalam bermuamalah
terhadap siapapun dan di manapun, walaupun akhlak terhadap sesama
manusia lebih ditekankan. Akhlak yang baik adalah mencakup segala macam
bentuk kebaikan dalam bermuaamalah diantaranya adalah, jujur, amanah,
menyambung persaudaraan, kasih sayang, lembut, tidak mudah marah,
pemaaf, menjaga lisan, qanaah, tawadhu’, itsar, istiqomah, murah senyum,
penolong, menepati janji, ridha, sabar, syukur, ‘iffah, adil, menyukai
kebersihan dsb. Atau dengan kata lain, akhlak yang baik adalah segala
perbuatan dan sifat yang positif, tidak mengandung unsur negatif serta
tidak melanggar larangan-larangan Allah swt.
Istafti Qalbak (Mintalah Fatwa Pada Hatimu)
Ketika
manusia sulit untuk membedakan antara kebaikan dengan keburukan, maka
sesungguhnya ia dapat meminta pendapat dari hatinya sendiri mengenai hal
tersebut; apakah perbuatan yang dilakukannya itu termasuk kebaikan
(al-birr) ataukah bukan? Hadits di atas menggambarkan bahwa sesuatu yang
‘meragukan’ saja sudah masuk dalam kategori dosa (baca ; al-itsm),
apalagi jika kita merasa tidak suka perbuatan tersebut diketahui orang
lain, maka akan menjadi semakin jelas perbedaan antara kebaikan dan
keburukan tersebut. Dan membedakan hal seperti ini, sesungguhnya
merupakan fitrah manusia. Dan manusia diminta untuk meminta pendapat
dari fitrahnya.
Secara fitrah, manusia akan merasa terusik
jiwanya, kehilangan ketentramannya, tertekan, dan gelisah manakala
melakukan perbuatan dosa, kendatipun manusia membenarkan perbuatannya
tersebut. Karena perbuatan tersebut akan berlabuh di hatinya. Sedangkan
hati merupakan sentral dari baik buruknya seorang manusia. Dalam sebuah
hadtis, Rasulullah saw. bersabda :
Dari Khudzaifah ra berkata,
aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, ‘Hati itu terpaparkan dengan
fitnah-fitnah seperti tikar yang terurai sehalai demi sehelai. Hati
manasaja yang termakan dengan fitnah-fitnah tersebut (melakukan
kemaksiatan), maka akan ternoda hatinya dengan noda-noda hitam. Dan hati
mana saja yang menolak fitnah-fitnah tersebut, maka akan terwarna
dengan warna putih, hingga nanti hati tersebut akan menjadi satu
diantara dua; (1) menjadi putih seperti shafa (sesuatu yang bersih dan
jernih), maka hati seperti ini tidak akan terganggu dengan fitnah-fitnah
lainnya selama masih ada langit dan bumi. Dan (2) menjadi hati yang
hitam yang kelam seperti cangkir yang dibalikkan yang tidak dapat
mengetahui suatu kebaikan dan tidak pula dapat mengingkari kemungkaran,
kecuali dari apa yang dilakukan berdasarkan hawa nafsunya.’ (Muslim)
Namun
yang perlu digaris bawahi dalam masalah ini adalah bahwa tiada keraguan
bagi sesuatu yang telah jelas-jelas diharamkan oleh Allah, ataupun yang
telah dihalalkan Allah swt. Adapun keraguan yang yang dimaksud dalam
hadits ini adalah keraguan yang tiada batasan jelas antara hak dan
batil, tidak ada larangan secara syar’i namun hati kita menjadi ragu
serta gelisah karenanya.
Hikmah Tarbawiyah
1. Pentingnya
‘amaliyah qalbi’ dalam hati setiap mu’min, khususnya aktivis da’wah.
Karena qalbu merupakan bashirah yang dapat menunjukkan seseorang jalan
yang baik dari jalan yang buru. Qalbu merupakan alat pemilah dan pemisah
antara kesamaran yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari.
2.
Bahwa bagaimanapun juga manusia dalam kehidupannya akan menemukan satu
keraguan dalam hidupnya; apakah dalam muamalah maliyah, ijtima’iyah,
siyasiyah dan lain sebagainya. Oleh karenanya memungsikan qalbu secara
fitrahnya dengan baik adalah satu solusi untuk dapat menemukan jalan
kebenaran.
3. Bagaimanapun juga perbuatan dosa akan memberikan
dampak negatif dalam kejiwaan seseorang. Kegundahan, gelisah, tidak
tenang dan hal-hal negatif lainnya yang bersifat psikis. Karena
perbuatan maksiat akan melahirkan noda-noda hitam dalam hati. Dan hati
merupakan bahan bakar utama seseorang dalam mengarungi samudera
kehidupan.
4. Ketika menemukan suatu perkara yang meragukan,
membingungkan terlebih-lebih jika kita tidak menginginkan orang lain
melihat kita dalam hal tersebut, maka segeralah ditinggalkan. Karena
perkara tersebut sudah pasti termasuk perbuatan dosa, meskipun orang
memfatwakannya halal.
5. Diantara cara yang cukup efektif dalam
menekuni jalan yang baik adalah dengan cara berakhlak yang baik. Karena
Allah akan memberikan jalan bagi akhlak yang baik, yang tidak akan Allah
berikan pada yang lainnya.
Wallahu A’lam Bis Shawab
Sumber : http://www.dakwatuna.com/2008/kebaikan-dan-dosa/
Daftar Postingan Terbaru
Agenda Harian
Semoga kita senantiasa terpacu untuk mengukir prestasi amal yang akan memperberat timbangan kebaikan di yaumil akhir, berikut rangkaian yang bisa dilakukan
1. Agenda pada sepertiga malam akhir
a. Menunaikan shalat tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya,
b. Menunaikan shalat witir
c. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga azan subuh
Rasulullah saw bersabda:
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ
“Sesungguhnya Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam terakhir, dan Dia berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni”. (HR. Bukhari Muslim)
2. Agenda Setelah Terbit Fajar
a. Menjawab seruan azan untuk shalat subuh
” الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ “
“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)
b. Menunaikan shalat sunnah fajar di rumah dua rakaat
Rasulullah saw bersabda:
رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا
“Dua rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (Muslim)
وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ
“Nabi saw pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul huwallahu ahad”.
c. Menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid –khususnya- bagi laki-laki.
Rasulullah saw bersabda:
وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا
“Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)
بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”. (Tirmidzi dan ibnu Majah)
d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat
Rasulullah saw bersabda:
الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ
“Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)
e. Duduk di masjid bagi laki-laki /mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi
Dalam hadits nabi disebutkan:
كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ
” Nabi saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke kuning-kuningan”. (Muslim)
Agenda prioritas
Membaca Al-Quran.
Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78) Dan memiliki komitmen sesuai kemampuannya untuk selalu:
- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali
- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali
- Bagi yang mampu menambah lebih banyak dari itu semua, maka akan menuai kebaikan berlimpah insya Allah.
3. Menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat
Rasulullah saw bersabda:
يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى
“Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah”. (Bukhari dan Muslim)
4. Berangkat kerja atau belajar dengan berharap karena Allah
Rasulullah saw bersabda:
مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ، وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ
“Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri, dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri”. (Bukhari)
Dalam hadits lainnya nabi juga bersabda:
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (Muslim)
d. Menyibukkan diri dengan dzikir sepanjang hari
Allah berfirman :
أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang” (Ra’ad : 28)
Rasulullah saw bersabda:
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ الله
“Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari berdzikir kepada Allah” (Thabrani dan Ibnu Hibban) .
5. Agenda saat shalat Zhuhur
a. Menjawab azan untuk shalat Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi laki-laki
b. Menunaikan sunnah rawatib sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur
Rasulullah saw bersabda:
مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ
“Barangsiapa yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan baginya dengannya rumah di surga”. (Muslim).
6. Agenda saat dan setelah shalat Ashar
a. Menjawab azan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di masjid
b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada)
Rasulullah saw bersabda:
مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ
“Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna”. (Thabrani – hasan shahih)
c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah
Rasulullah saw bersabda:
وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ
“Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya”.
Agenda prioritas:
Membaca Al-Quran dan berkomitmen semampunya untuk:
- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali
- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali
- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan, maka akan menuai kebaikan yang berlimpah insya Allah.
7. Agenda sebelum Maghrib
a. Memperhatikan urusan rumah tangga – melakukan mudzakarah – Menghafal Al-Quran
b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media
c. Menyibukkan diri dengan doa
Rasulullah saw bersabda:
الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ
“Doa adalah ibadah”
8. Agenda setelah terbenam matahari
a. Menjawab azan untuk shalat Maghrib
b. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)
c. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat
d. Membaca dzikir sore
e. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid
Rasulullah saw bersabda:
مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً
“Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya”. (Muslim)
9. Agenda pada waktu shalat Isya
a. Menjawab azan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid
b. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Isya – 2 rakaat
c. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturahim
d. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid
e. Dakwah melalui media atau lainnya
f. Melakukan mudzakarah
g. Menghafal Al-Quran
Agenda prioritas
Membaca Al-Quran dengan berkomitmen sesuai dengan kemampuannya untuk:
- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali
- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali
- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan bacaan maka telah menuai kebaikan berlimpah insya Allah.
Apa yang kita jelaskan di sini merupakan contoh, sehingga tidak harus sama persis dengan yang kami sampaikan, kondisional tergantung masing-masing individu. Semoga ikhtiar ini bisa memandu kita untuk optimalisasi ibadah insya Allah. Allahu a’lam
Jazaakillah
Sedikit revisi dari : http://www.al-ikhwan.net/agenda-harian-ramadhan-menuju-bahagia-di-bulan-ramadhan-2989/
1. Agenda pada sepertiga malam akhir
a. Menunaikan shalat tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya,
b. Menunaikan shalat witir
c. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga azan subuh
Rasulullah saw bersabda:
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ
“Sesungguhnya Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam terakhir, dan Dia berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni”. (HR. Bukhari Muslim)
2. Agenda Setelah Terbit Fajar
a. Menjawab seruan azan untuk shalat subuh
” الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ “
“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)
b. Menunaikan shalat sunnah fajar di rumah dua rakaat
Rasulullah saw bersabda:
رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا
“Dua rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (Muslim)
وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ
“Nabi saw pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul huwallahu ahad”.
c. Menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid –khususnya- bagi laki-laki.
Rasulullah saw bersabda:
وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا
“Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)
بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”. (Tirmidzi dan ibnu Majah)
d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat
Rasulullah saw bersabda:
الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ
“Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)
e. Duduk di masjid bagi laki-laki /mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi
Dalam hadits nabi disebutkan:
كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ
” Nabi saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke kuning-kuningan”. (Muslim)
Agenda prioritas
Membaca Al-Quran.
Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78) Dan memiliki komitmen sesuai kemampuannya untuk selalu:
- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali
- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali
- Bagi yang mampu menambah lebih banyak dari itu semua, maka akan menuai kebaikan berlimpah insya Allah.
3. Menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat
Rasulullah saw bersabda:
يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى
“Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah”. (Bukhari dan Muslim)
4. Berangkat kerja atau belajar dengan berharap karena Allah
Rasulullah saw bersabda:
مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ، وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ
“Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri, dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri”. (Bukhari)
Dalam hadits lainnya nabi juga bersabda:
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (Muslim)
d. Menyibukkan diri dengan dzikir sepanjang hari
Allah berfirman :
أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang” (Ra’ad : 28)
Rasulullah saw bersabda:
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ الله
“Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari berdzikir kepada Allah” (Thabrani dan Ibnu Hibban) .
5. Agenda saat shalat Zhuhur
a. Menjawab azan untuk shalat Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi laki-laki
b. Menunaikan sunnah rawatib sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur
Rasulullah saw bersabda:
مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ
“Barangsiapa yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan baginya dengannya rumah di surga”. (Muslim).
6. Agenda saat dan setelah shalat Ashar
a. Menjawab azan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di masjid
b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada)
Rasulullah saw bersabda:
مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ
“Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna”. (Thabrani – hasan shahih)
c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah
Rasulullah saw bersabda:
وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ
“Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya”.
Agenda prioritas:
Membaca Al-Quran dan berkomitmen semampunya untuk:
- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali
- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali
- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan, maka akan menuai kebaikan yang berlimpah insya Allah.
7. Agenda sebelum Maghrib
a. Memperhatikan urusan rumah tangga – melakukan mudzakarah – Menghafal Al-Quran
b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media
c. Menyibukkan diri dengan doa
Rasulullah saw bersabda:
الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ
“Doa adalah ibadah”
8. Agenda setelah terbenam matahari
a. Menjawab azan untuk shalat Maghrib
b. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)
c. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat
d. Membaca dzikir sore
e. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid
Rasulullah saw bersabda:
مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً
“Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya”. (Muslim)
9. Agenda pada waktu shalat Isya
a. Menjawab azan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid
b. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Isya – 2 rakaat
c. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturahim
d. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid
e. Dakwah melalui media atau lainnya
f. Melakukan mudzakarah
g. Menghafal Al-Quran
Agenda prioritas
Membaca Al-Quran dengan berkomitmen sesuai dengan kemampuannya untuk:
- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali
- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali
- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan bacaan maka telah menuai kebaikan berlimpah insya Allah.
Apa yang kita jelaskan di sini merupakan contoh, sehingga tidak harus sama persis dengan yang kami sampaikan, kondisional tergantung masing-masing individu. Semoga ikhtiar ini bisa memandu kita untuk optimalisasi ibadah insya Allah. Allahu a’lam
Jazaakillah
Sedikit revisi dari : http://www.al-ikhwan.net/agenda-harian-ramadhan-menuju-bahagia-di-bulan-ramadhan-2989/
0 komentar:
Posting Komentar