Bermanfaat bagi yang lainnya
Home » » Tidak Boleh Menyembunyikan Ilmu

Tidak Boleh Menyembunyikan Ilmu

"Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dila'nati Allah dan dila'nati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat mela'nati, kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itulah Aku menerima taubatnya dan Akulah Yang Maha Menerima taubat lagi Maha Penyayang."

Laknat yang berasal dari Allah adalah diusir dan dijauhkan dari kebaikan, sedangkan laknat yang berasal dari makhluk adalah cacian dan celaan serta mendoakan keburukan bagi orang yang dilaknat serta mempersulitnya dan menyelisihinya disertai kemunkaran kepadanya dan berlepas diri darinya.

Dan yang dimaksud dengan firman Allah "mereka yang melaknat" adalah segala sesudah yang dapat memberi laknat, dan ini telah datang penjelasannya sesudah ayat itu didalam firman-Nya:
"Sesungguhnya orang-orang kafir dan mati sedangkan mereka berada dalam kekafiran merekalah yang akan ditimpa oleh laknat Allah, malaikat dan manusia seluruhnya."

Ayat ini telah menjelaskan bahwa menyembunyikan penjelasan-penjelasan dan petunjuk termasuk dosa-dosa besar yang karenanya Allah telah mewajibkan bagi pelakunya laknat. Dan segala sesuatu yang berhubungan dengan Dien dan dibutuhkan oleh mukallaf maka tidak boleh untuk disembunyikan, dan barang siapa yang menyembunyikannya sesungguhnya kesalahannya sangat besar. Dan firman Allah:
"Sesungguhnya orang-orang yang bertaubat dan berbuat kebaikan serta menerangkan (kebenaran)."

Menunjukkan bahwa tidak cukup di dalam taubat itu bagi seseorang untuk mengatakan sesungguhnya aku telah bertaubat akan tetapi wajib baginya setelah bertaubat untuk mengubah keadaan sebelum itu, apabila ia seorang yang murtad maka ia mesti kembali kepada Islam serta melaksanakan syariat-syariatnya, dan jika ia termasuk orang yang berbuat maksiat mestinya ia menampakkan amal-amal shaleh serta menjauhi orang-orang yang berbuat kerusakan.

Firman Allah: "dan mereka yang menjelaskan (kebenaran)", yakni mereka menjelaskan apa yang mereka sembunyikan daripada ilmu. Sedangkan yang dimaksud dengan menyembunyikan adalah: tidak mau menampakkan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia, serta segala sesuatu yang sangat dibutuhkan untuk ditampakkan, sebab jika sesuatu yang tidak ditampakkan itu bukan hal yang perlu maka seorang melakukannya tidak dianggap sebagai seorang yang menyembunyikan. dan oleh karena apa yang diturunkan oleh Allah dari pada penjelasan-penjelasan dan petunjuk merupakan hal-hal yang sangat dibutuhkan dalam Dien maka orang-orang yang mengetahuinya dan tidak menampakkan disifati dengan orang-orang yang menyembunyikannya.

"Firman Allah:
"Dan ingatlah ketika Allah mengambil perjanjian dengan orang-orang yang diberikan Al-Kitab agar mereka menjelaskan kepada manusia dan tidak menyembunyikannya."

Sehubungan dengan masalah betapa pentingnya untuk menjelaskan ilmu yang andaikata tidak disebutkan padanya ancaman, maka cukuplah firman Allah SWT:
"Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang Dien dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya." (At-Taubah : 122)

Dan diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah bersabda:
"Barangsiapa yang menyembunyikan suatu ilmu yang ia ketahui maka ia datang pada hari kiamat dengan dikekang daripada kekang api neraka."

Adapun Abu Hurairah adalah yang mengatakan sebagaimana disebutkan di dalam dua kitab shahih: "Sesungguhnya manusia mengatakan "Abu Hurairah telah banyak meriwayatkan hadits. andaikata bukan karena dua ayat di dalam Al-Qur'an niscaya aku tidak akan menceritakan satu haditspun, kemudian beliau membaca firman Allah : "Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk", dan firman Allah : "Dan ingatlah ketika Allah mengambil perjanjian dengan orang-orang yang diberikan Al-Kitab agar mereka menjelaskan kepada manusia dan tidak menyembunyikannya."

Mengambil upah terhadap pengajaran agama
Para ulama telah berhujjah dengan ayat ini bahwasanya tidak boleh bagi seseorang untuk mengambil upah dalam mengajarkan agama, karena ayat ini menunjukkan wajibnya untuk melakukan pengajaran maka mengambil upah dari perbuatan itu termasuk mengambil upah atas sesuatu yang wajib dan yang demikian itu tidak dibolehkan. Pendapat ini didukung pula oleh firman Allah: "Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa-apa yang diturunkan oleh Allah berupa Al-Kitab dan menjualnya dengan harga yang sangat sedikit".

Makna yang terkuat (zhahir) dari pada ayat ini menjelaskan tentang larangan mengambil upah dalam mengajarkan ilmu dan sekaligus larangan terhadap menyembunyikan ilmu itu sendiri. sebab firman-Nya : "Dan mereka menjualnya dengan harga yang sedikit" merupakan larangan dari pada mengambil harga atau upah atas suatu ilmu dari segala segi serta dalam segala keadaan.

Kapan ilmu itu wajib disampaikan
Adapun permasalah tentang kapan ilmu itu wajib disampaikan adalah suatu permasalahan yang telah diperdebatkan oleh ulama, dan sebagai kesimpulannya adalah apa yang disebutkan oleh Ibnul Arabi dikitabnya (Ahkam Al-Qur'an) dimana beliau berkata: "Kesimpulan dari pada maksud ayat ini adalah: bahwasanya seorang yang alim jika dia bermaksud untuk menyembunyikan ilmunya maka sesungguhnya dia telah bermaksiat, akan tetapi jika hal itu tidak disengaja olehnya maka tidak mesti baginya untuk menyampaikan apabila ia mengetahui bahwasanya ada bersamanya orang lain yang dapat menyampaikan ilmu itu."

Berkata Utsman ra: "Sesungguhnya aku akan menceritakan kepada kalian suatu hadits, andaikata bukan karena suatu ayat di dalam Al-Qur'an niscaya aku tidak akan menceritakannya kepada kamu", ayat itu adalah: "Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dila'nati Allah dan dila'nati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat mela'nati."

Dan biasanya Abu Bakar dan Umar tidak menceritakan segala sesuatu yang mereka dengar dari Nabi SAW kecuali hal itu dibutuhkan. Sedangkan Az-Zubair adalah orang yang sangat sedikit meriwayatkan hadits karena beliau khawatir akan terjerumus pada perbuatan dusta. Akan tetapi mereka beranggapan bahwasanya ilmu telah menyebar pada mereka semua maka salah seorang diantara mereka melakukan tabligh (menyampaikan ilmu) apabila yang lain meninggalkannya.

Apabila dikatakan menyampaikan ilmu merupakan hal yang utama atau fardhu, dan jika demikian, mengapa ada diantara para sahabat yang tidak melakukannya seperti Abu Bakar, Umar, Zubair, dan yang lainnya dan jika menyampaikan ilmu itu suatu keutamaan, maka mengapa mereka banyak yang meninggalkannya? Jawabannya: Bahwasanya barang siapa yang ditanya tentang suatu ilmu maka telah wajib baginya untuk menyampaikan ilmu berdasarkan ayat ini, dan berdasarkan apa yang telah diriwayatkan oleh Abu Hurairah dan 'Amr bin 'Ash bahwasanya Nabi bersabda:
"Barangsiapa yang menyembunyikan suatu ilmu yang ia ketahui maka ia datang pada hari kiamat dengan dikekang daripada kekang api neraka."

Adapun orang yang tidak ditanya maka tidak wajib baginya untuk menyampaikan ilmu kecuali tentang Al-Qur'an saja. Dan telah berkata As-Sihnun: "Sesungguhnya hadits Abu Hurairah dan Amr bin Ash ini hanya menjelaskan tentang masalah persaksian saja."

Adapun pendapat yang menurutku adalah apa yang telah kami isyaratkan sebelum ini bahwasanya apabila ada orang yang menyampaikan ilmu tersebut, maka gugurlah kewajiban itu karena perbuatannya, dan jika tidak ada orang lain yang dapat menyampaikan ilmu selain dia maka wajib baginya untuk menyampaikan ilmu itu. Dan telah diriwayatkan dari Rasulullah SAW suatu riwayat yang menerangkan tentang keutamaan menyampaikan ilmu, yang mana Beliau bersabda:  
"Semoga Allah memberi kecerahan kepada seseorang yang mendengar perkataan itu lalu memahaminya dan menyampaikannya sebagaimana ia mendengarnya."


Sumber : http://putra212.blogspot.com/2010_03_01_archive.html


Wallahu a’lam bish-shawabi... (hanya Allah yang Mahatahu Kebenarannya)
Catatan ini kami tujukan untuk kami pada khususnya
dan untuk semua pembaca pada umumnya...
Jika terjadi kesalahan dan kekurangan disana-sini dalam catatan ini...
Itu hanyalah dari kami...
dan kepada Allah SWT., kami mohon ampunan...

Semoga Allah SWT. memberi kekuatan untuk kita amalkan... Amin
Wassalam...

Semoga Bermanfaat...
Silahkan COPY atau SHARE ke rekan anda jika menurut Anda note ini bermanfaat...

Lampirkan sumbernya ya... Syukron

0 komentar:

Posting Komentar

Daftar Postingan Terbaru

Agenda Harian

Semoga kita senantiasa terpacu untuk mengukir prestasi amal yang akan memperberat timbangan kebaikan di yaumil akhir, berikut rangkaian yang bisa dilakukan

1. Agenda pada sepertiga malam akhir

a. Menunaikan shalat tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya,

b. Menunaikan shalat witir

c. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga azan subuh

Rasulullah saw bersabda:

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

“Sesungguhnya Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam terakhir, dan Dia berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni”. (HR. Bukhari Muslim)


2. Agenda Setelah Terbit Fajar

a. Menjawab seruan azan untuk shalat subuh

” الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ “

“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)

b. Menunaikan shalat sunnah fajar di rumah dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا

“Dua rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (Muslim)

وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ

“Nabi saw pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul huwallahu ahad”.

c. Menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid –khususnya- bagi laki-laki.

Rasulullah saw bersabda:

وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

“Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)

بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”. (Tirmidzi dan ibnu Majah)

d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ

“Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)

e. Duduk di masjid bagi laki-laki /mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi

Dalam hadits nabi disebutkan:

كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ

” Nabi saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke kuning-kuningan”. (Muslim)

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran.

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78) Dan memiliki komitmen sesuai kemampuannya untuk selalu:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah lebih banyak dari itu semua, maka akan menuai kebaikan berlimpah insya Allah.

3. Menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى

“Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah”. (Bukhari dan Muslim)

4. Berangkat kerja atau belajar dengan berharap karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ، وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ

“Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri, dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri”. (Bukhari)

Dalam hadits lainnya nabi juga bersabda:

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (Muslim)

d. Menyibukkan diri dengan dzikir sepanjang hari

Allah berfirman :

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang” (Ra’ad : 28)

Rasulullah saw bersabda:

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ الله

“Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari berdzikir kepada Allah” (Thabrani dan Ibnu Hibban) .

5. Agenda saat shalat Zhuhur

a. Menjawab azan untuk shalat Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi laki-laki

b. Menunaikan sunnah rawatib sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan baginya dengannya rumah di surga”. (Muslim).

6. Agenda saat dan setelah shalat Ashar

a. Menjawab azan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di masjid

b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada)

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ

“Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna”. (Thabrani – hasan shahih)

c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ

“Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya”.

Agenda prioritas:

Membaca Al-Quran dan berkomitmen semampunya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan, maka akan menuai kebaikan yang berlimpah insya Allah.

7. Agenda sebelum Maghrib

a. Memperhatikan urusan rumah tangga – melakukan mudzakarah – Menghafal Al-Quran

b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media

c. Menyibukkan diri dengan doa

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

“Doa adalah ibadah”

8. Agenda setelah terbenam matahari

a. Menjawab azan untuk shalat Maghrib

b. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)

c. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat

d. Membaca dzikir sore

e. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً

“Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya”. (Muslim)

9. Agenda pada waktu shalat Isya

a. Menjawab azan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid

b. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Isya – 2 rakaat

c. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturahim

d. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid

e. Dakwah melalui media atau lainnya

f. Melakukan mudzakarah

g. Menghafal Al-Quran

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran dengan berkomitmen sesuai dengan kemampuannya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan bacaan maka telah menuai kebaikan berlimpah insya Allah.


Apa yang kita jelaskan di sini merupakan contoh, sehingga tidak harus sama persis dengan yang kami sampaikan, kondisional tergantung masing-masing individu. Semoga ikhtiar ini bisa memandu kita untuk optimalisasi ibadah insya Allah. Allahu a’lam

Jazaakillah

Sedikit revisi dari : http://www.al-ikhwan.net/agenda-harian-ramadhan-menuju-bahagia-di-bulan-ramadhan-2989/