Bermanfaat bagi yang lainnya
Home » » Allah Tidak Suka Kezhaliman

Allah Tidak Suka Kezhaliman

Oleh: Mochamad Bugi

Kirim Print
Dari Abu Dzar al-Ghifari –semoga Allah meridhainya- dari Nabi saw., menyampaikan apa yang diterimanya dari Roabnya, bersabda, “Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan kezhaliman atas diri-Ku dan Aku menjadikannya haram di antara kalian, maka janganlah kalian saling menzhalimi.” (Muslim)

Hadits di atas merupakan penggalan dari hadits panjang yang diriwayatkan oleh Muslim dari Sa’id Bin ‘Abdil-‘Aziz dari Rabi’ah Bin Zaid, dari Abu Idris dari Abu Dzar Al-Ghifari.

Allah swt. menegaskan bahwa Dia mengharamkan diri-Nya melakukan kezhaliman. Padahal Dia mempunyai kemampuan untuk melakukannya. Betapa tidak, alam semesta Dia yang menciptakan dan Dia pula yang menggenggamnya. Dialah yang memberi rezki dan kehidupan kepada seluruh anggota alam raya. Pada jemari-Nya kehidupan dan kematian setiap makhluk. Apa yang tidak bisa Dia lakukan?

“Sesungguhnya Allah, Dialah Pemberi rezki Yang mempunyai kekuatan lagi Perkasa.” (Adz-Dzariyat: 57)

“Yang menciptakan kematian dan kehidupan.” (Al-Mulk: 2)

Namun demikian, dengan segala kemahakuasaan, kemahaperkasaan, kemahagagahan itu, Dia tidak melakukan kezhaliman sekecil apa pun kepada makhluk-Nya. Karena Dia telah mengharamkannya untuk dirinya.

“Dan aku tiadalah akan melakukan kezhaliman kepada hamba-hamba-Ku.” (Qaf: 29)

“Dan Allah tidak menghendaki kezhaliman bagi sekalian alam.” (Ali ‘Imran: 108)

Azh-zhulmu (kezhaliman) adalah wadh’usy-syai fi ghairi maudhi’ihi (menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya). Jika Allah sedemikian anti terhadap kezhaliman, maka orang yang mengklaim sebagai hamba Allah dan cinta kepada-Nya seharusnya menyesuaikan diri.

Bentuk-bentuk Kezhaliman

Ada dua bentuk kezhaliman. Pertama, zhulmun-nafs (kezaliman terhadap diri sendiri). Puncak kezhaliman terhadap diri sendiri adalah al-isyraku billah (menyekutukan Allah). Seperti yang Allah firmankan, “Sesungguhnya kemusyrikan itu adalah kezhaliman yang besar.” Karena orang yang menyekutukan Allah telah menempatkan makhluk pada posisi Al-Khaliq seraya memuja, menyembah, dan mengabdi kepadanya. Dan itulah perilaku menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya yang paling buruk dan paling dahsyat. Dan kebanyakan julukan zhalimin (orang-orang yang zhalim) dalam al-Quran ditujukan kepada orang-orang musyrik. Seperti firman Allah, “Dan orang-orang kafir itulah yang zhalim.”

Termasuk zhulmun-nafs adalah kemaksiatan dengan aneka peringkatnya. Baik yang masuk klasifikasi dosa besar maupun dosa kecil. Kemaksiatan dan perbuatan dosa dikategorikan kezhaliman karena orang yang melakukannya telah salah menempatkan. Seharusnya dia menyikapi segala karunia dan kenikmatan dari Allah dengan taat dan ibadah kepada Allah, yang ia lakukan malah membangkan dan mencari jalan sendiri. Di situlah letak kezalimannya. Padahal untuk mensyukuri nikmat-nikmat Allah itu, andaipun kita menggunakan seluruh waktu dan tenaga yang ada, maka hal itu tidak akan mencukupinya. Itulah yang dijelaskan oleh sabda Rasulullah saw. “Tidak bolehkah aku menjadi hamba Allah yang pandai bersyukur?” saat beliau ditanya perihal shalat malam yang dia lakukan padahal dirinya sudah mendapat pengampunan dari segala dosa.

Kedua, zhulmul-‘abdi lighairihi (kezhaliman seorang hamba terhadap orang lain). Dan itulah yang dimaksud dengan “maka janganlah kalian saling menzhalimi” dalam hadits di atas. Rasulullah saw. telah mendeklarasikan Hak Asasi Manusia yang harus dihormati dan dihargai oleh orang lain, pada momentum Haji Wada’. Beliau menegaskan: “Sesungguhnya darah kalian, harta kalian, kehormatan kalian adalah haram bagi kalian seperti haramnya hari ini, pada bulan ini, di negeri kalian ini…. Camkanlah kata-kataku itu, niscaya kalian akan hidup. Ingat, janganlah kalian saling menzhalimi. Tidaklah halal harta seseorang bagi orang lainnya kecuali dengan kerelaan darinya.”

Seluruh anggota tubuh kita bisa terlibat dalam kezhaliman. Kezaliman hati adalah buruk sangka, iri, dengki atau kebencian yang tidak beralasan. Kezhaliman mata, hidung dan telinga bisa dalam bentuk mengendus-endus, nguping, memata-matai kesalahan atau keburukan orang lain. Kezhaliman lidah adalah kata-kata kotor, pelecehan, penghinaan atau ghibah. Kezhaliman yang dilakukan tangan menyakiti, melukai, merampas, dan sebagainya. Dan Allah telah mengingatkan agar kita menjauhi segala macam bentuk kezhaliman itu.

“Wahai orang-orang yang beriman janganlah satu kaum memperolok-olok kaum yang lain, boleh jadi mereka yang (diolok-olok) itu lebih baik daripada mereka yang mengolok-olok; dan jangan pula para wanita memperolok-olok wanita lain sebab boleh jadi para wanita yang diolok-olok itu lebih baik dari yang mengolok-olok. Janganlah kalian melecehkan diri kalian sendiri dan jangan pula memanggil dengan julukan yang buruk.” (Al-Hujurat: 11)

“Wahai orang-orang yang beriman jauhilah kebanyakan prasangka, sebab sebagian prasangka itu adalah dosa, janganlah kalian memata-matai dan janganlah sebagian menggunjing sebagian yang lain.” (Al-Hujurat: 12)

Buah Kezhaliman

Setiap penyimpangan pasti akan mendatangkan bahaya. Kemusyrikan akan menghilangkan harkat derajat manusia di muka bumi. Sebab orang yang musyrik telah menjatuhkan martabatnya sebagai manusia yang telah Allah muliakan. Bayangkan orang yang memuja dan mensakralkan benda mati, binatang, atau makhluk Allah lainnya. Mereka menganggapnya bahwa makhluk tersebut mempunyai kekuatan di luar kekuatan dirinya. Bahkan bisa mendatangkan sesuatu yang padahal hanya Allah yang bisa melakukannya. Pada saat orang-orang berebut air kotor bekas cucian benda-benda “keramat” yang penuh karat dan debu itu, seraya mereka mengusapkannya ke sekujur tubuh bahkan meminumnya, di manakah mereka meletakkan harga diri mereka sebagai manusia?

Wajar, jika kemudian pada hari akhirat orang musyrik kekal di neraka. Karena mereka sendirilah yang telah memilih jalan kehinaan setelah Allah memuliakannya. “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan mengampuni dosa selain itu.”

Kemaksiatan juga mendatangkan malapetaka, bukan saja kelak di akhirat tapi semenjak di dunia. Imam Ibnul-Qayyim –semoga Allah merahmatinya- mengatakan, “Di antara yang perlu diketahui adalah bahwa dosa dan kemaksiatan itu membahayakan. Dan tidak diragukan lagi bahayanya terhadap hati bagaikan bahaya racun terhadap tubuh.” Itu hanyalah satu aspek, yakni aspek hati secara personal. Terhadap kehidupan pun, kemaksiatan punya bahaya yang besar. Di antaranya adalah munculnya bencana dan malapetaka. Rasulullah saw. Bersabda: “Jika kemaksiatan merajalela di tengah umatku, Allah pasti menimpakan secara merata adzab dari sisi-Nya.” Aku (Ummu Salamah) bertanya, “Tidak adakah di tengah mereka saat itu orang-orang saleh?” Rasulullah saw. Menjawab, “Ada.” Aku bertanya, “Lalu apa yang dilakukan terhadap mereka yang saleh itu?” Rasulullah saw. Menjawab, “Akan menimpa mereka apa yang menimpa orang-orang pada umumnya, kemudian mereka mendapatkan ampunan dan keridhaan.” (Ahmad).

Itu di dunia. Di akhirat urusannya lebih dahsyat lagi. Demikian pula dengan kezhaliman yang dilakukan terhadap sesama manusia. Kehidupan ini tidak akan ada keadilan dan kesejahteraan manakala kezhaliman merajalela dan menggurita. Negeri yang subur hanya akan memakmurkan segelintir orang yang kebetulan punya akses kepada sumber daya alam gara-gara mendapatkan kekuasaan. Namun, kalau pun pelaku kezhaliman itu “selamat” di dunia karena tidak tersentuh hukum, ketahuilah bahwa di akhirat dia tidak akan selamat dari perhitungan dan adzab Allah swt.

Rasulullah saw. menjelaskan tentang orang yang muflis (pailit). Muflis bukanlah orang yang tidak punya uang atau kehilangan harta. Melainkan orang yang sewaktu di dunia melaksanakan ibadah ritual semacam shalat, shaum, dan sebagainya. Namun di samping itu, dia melakukan kezhaliman kepada orang lain dalam bentuk memukul atau melukai, memfitnah (merusak kehormatan), merampas hak milik tanpa alasan yang dibenarkan. Maka pada hari akhirat kelak semua orang yang menjadi korban kezhalimannya akan menuntut di hadapan Allah swt. Sampai manakala pahala orang itu sudah habis untuk membayar kezhalimannya, sementara para korban yang menuntut masih banyak, Allah melimpahkan dosa-dosa si korban kepada pelaku kezhaliman itu. Allahu a’lam.


Sumber : http://www.dakwatuna.com/2007/allah-itu-anti-kezaliman/

0 komentar:

Posting Komentar

Daftar Postingan Terbaru

Agenda Harian

Semoga kita senantiasa terpacu untuk mengukir prestasi amal yang akan memperberat timbangan kebaikan di yaumil akhir, berikut rangkaian yang bisa dilakukan

1. Agenda pada sepertiga malam akhir

a. Menunaikan shalat tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya,

b. Menunaikan shalat witir

c. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga azan subuh

Rasulullah saw bersabda:

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

“Sesungguhnya Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam terakhir, dan Dia berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni”. (HR. Bukhari Muslim)


2. Agenda Setelah Terbit Fajar

a. Menjawab seruan azan untuk shalat subuh

” الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ “

“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)

b. Menunaikan shalat sunnah fajar di rumah dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا

“Dua rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (Muslim)

وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ

“Nabi saw pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul huwallahu ahad”.

c. Menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid –khususnya- bagi laki-laki.

Rasulullah saw bersabda:

وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

“Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)

بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”. (Tirmidzi dan ibnu Majah)

d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ

“Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)

e. Duduk di masjid bagi laki-laki /mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi

Dalam hadits nabi disebutkan:

كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ

” Nabi saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke kuning-kuningan”. (Muslim)

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran.

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78) Dan memiliki komitmen sesuai kemampuannya untuk selalu:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah lebih banyak dari itu semua, maka akan menuai kebaikan berlimpah insya Allah.

3. Menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى

“Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah”. (Bukhari dan Muslim)

4. Berangkat kerja atau belajar dengan berharap karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ، وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ

“Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri, dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri”. (Bukhari)

Dalam hadits lainnya nabi juga bersabda:

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (Muslim)

d. Menyibukkan diri dengan dzikir sepanjang hari

Allah berfirman :

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang” (Ra’ad : 28)

Rasulullah saw bersabda:

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ الله

“Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari berdzikir kepada Allah” (Thabrani dan Ibnu Hibban) .

5. Agenda saat shalat Zhuhur

a. Menjawab azan untuk shalat Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi laki-laki

b. Menunaikan sunnah rawatib sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan baginya dengannya rumah di surga”. (Muslim).

6. Agenda saat dan setelah shalat Ashar

a. Menjawab azan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di masjid

b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada)

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ

“Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna”. (Thabrani – hasan shahih)

c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ

“Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya”.

Agenda prioritas:

Membaca Al-Quran dan berkomitmen semampunya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan, maka akan menuai kebaikan yang berlimpah insya Allah.

7. Agenda sebelum Maghrib

a. Memperhatikan urusan rumah tangga – melakukan mudzakarah – Menghafal Al-Quran

b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media

c. Menyibukkan diri dengan doa

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

“Doa adalah ibadah”

8. Agenda setelah terbenam matahari

a. Menjawab azan untuk shalat Maghrib

b. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)

c. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat

d. Membaca dzikir sore

e. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً

“Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya”. (Muslim)

9. Agenda pada waktu shalat Isya

a. Menjawab azan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid

b. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Isya – 2 rakaat

c. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturahim

d. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid

e. Dakwah melalui media atau lainnya

f. Melakukan mudzakarah

g. Menghafal Al-Quran

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran dengan berkomitmen sesuai dengan kemampuannya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan bacaan maka telah menuai kebaikan berlimpah insya Allah.


Apa yang kita jelaskan di sini merupakan contoh, sehingga tidak harus sama persis dengan yang kami sampaikan, kondisional tergantung masing-masing individu. Semoga ikhtiar ini bisa memandu kita untuk optimalisasi ibadah insya Allah. Allahu a’lam

Jazaakillah

Sedikit revisi dari : http://www.al-ikhwan.net/agenda-harian-ramadhan-menuju-bahagia-di-bulan-ramadhan-2989/