Bermanfaat bagi yang lainnya
Home » » Ganteng Ini Membunuhku!

Ganteng Ini Membunuhku!

Ilustrasi. (Foto: kanald.ro)
Ilustrasi. (Foto: kanald.ro)
dakwatuna.com - Kadang serba salah memiliki wajah ganteng dan cantik, sebab ia bakalan menjadi momok yang menakutkan bagi penyandangnya jika tidak bisa dijaga dan dipelihara dengan baik.
Ya, memang ganteng dan cantik itu relatif, mungkin kebanyakan orang melihatnya dari fisik saja. Tapi yang dimaksud di sini adalah lebih dari itu, ia bisa dilihat dari daya pikatnya melalui sisi keilmuan ataupun dari sisi kemampuannya melebihi yang lain.

Lucunya, entah kenapa banyak yang cemburu dan bertindak di luar nalar jika ia salah dalam bertindak dan melangkah.

Terlepas dari itu semua, tahukah Anda bahwa di balik itu tersimpan suatu potensi yang dapat menjerumuskan kita ke dalam dosa besar?

Banyak dosa besar yang berpotensi muncul di balik ketampanan dan kecantikan. Dua di antaranya sombong dan riya.

Sombong

Sombong adalah kondisi seseorang saat ia merasa lain dari yang lain sebagai pengaruh dari ujub, bangga terhadap diri sendiri, yaitu adanya anggapan bahwa dirinya lebih tinggi dan besar daripada selainnya.
Allah Swt. tidak menyukai orang-orang yang sombong, Dia menegaskannya dalam firman-Nya berikut:
“Dan, janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia “mlengos” (karena sombong), dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh” (Lukman (31): 18).

Kemudian Rasulullah SAW mengartikan sombong dengan kata “Al-Kibru”, menolak kebenaran dan meremehkan manusia (HR. Muslim).

Selain itu, sombong juga didefinisikan sebagai keadaan seseorang yang merasa bangga atas dirinya sendiri atau memandang dirinya lebih besar daripada orang lain. Sedangkan, kesombongan yang paling parah adalah sombong terhadap Rabb-nya dengan menolak kebenaran dan angkuh untuk tunduk kepada-Nya, baik berupa ketaatan ataupun mengesakan-Nya. (Fathul Bari 10/601).

Di hadits yang lain, seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah Saw., “Ada seorang laki-laki yang suka memakai pakaian dan sandal yang bagus. Apakah ini termasuk kesombongan?”
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya, Allah adalah Dzat Yang Maha Indah, dan Dia menyukai keindahan. Adapun yang dimaksud dengan sombong ialah menolak kebenaran dan merendahkan manusia.” (HR. Muslim dan Abu Dawud).

Menurut Imam Al-Ghazali, secara umum penyebab orang berlaku sombong ada dua, yakni karena agama (ilmu dan amal) serta arena dunia (nasab, harta, kecantikan/ketampanan, kekuatan dan pengikut).

Walaupun setiap orang memiliki potensi bersifat sombong, tetap saja ada perbedaan besar antara orang yang sombong dan tidak sombong. Perbedaan ini dikarenakan adanya sifat tawadhu (rendah hati) yang mengalahkan sifat sombong tersebut.

Diperlukan kesadaran, agar rasa sombong yang ada dalam hati itu terkikis, bahkan tercabut hingga akar-akarnya, tidak sepatutnya kita bersombong diri dengan menganggap diri kita paling hebat daripada yang lain, apalagi menganggap diri sendiri lebih ganteng dan cantik ketimbang orang lain. Sebab perbuatan semacam ini akan menjerumuskan kita ke dalam dosa besar. Na’udzubillah.

Riya

Riya menurut syariat adalah mengerjakan ibadah sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah Swt., tetapi ditujukan untuk sesuatu yang bersifat duniawi.

Dalam hal ini, Allah telah mengingatkan dalam kitab suci-Nya yang mulia tentang larangan berbuat riya:
“Dan, (juga) orang-orang yang menafkahkan harta-harta mereka karena riya kepada manusia” (An-Nisaa (4): 38).
“Dan, janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan dengan maksud riya kepada manusia, serta menghalangi (orang) dari jalan Allah. (Al-Anfaal (8): 47).

Rasulullah SAW bersabda, “Perkara yang amat kutakutkan atas kalian adalah syirik ashghar (syirik kecil), yaitu riya.” (HR. Ahmad).

Di hadits lain, Jundab bin Abdillah Ra. Berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Siapa pun yang niatnya ingin didengar orang, maka Allah Swt. akan membongkar niatnya itu pada hari kiamat. Dan, siapa pun yang niatnya supaya dilihat orang, maka Allah Swt. akan membongkar niatnya itu pada hari kiamat.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Secara umum, riya dapat muncul di dalam diri seseorang karena tiga hal, yakni senang terhadap pujian dan sanjungan, menghindari celaan, serta mengharapkan kedudukan di hati orang lain.

Ketiga hal inilah yang memicu tumbuh suburnya penyakit riya di dalam hati dan menggerogoti jiwa manusia. Memang, tidak bisa dipungkiri bahwa riya merupakan penyakit kronis yang mengendap di dalam jiwa seseorang, yang sulit dihindarkan dan dihilangkan, kecuali bagi orang yang betul-betul mengikhlaskan ibadahnya kepada Allah Swt.

Penyakit ini mampu menyusup ke dalam semua amal perbuatan dan membatalkannya, karena penyakit itu sangat tersembunyi dan lebih halus daripada rambatan semut, serta tidak seorang pun yang dapat mendeteksinya. Hal ini termasuk jebakan setan yang paling besar dan berbahaya, yang berupaya terus-menerus memalingkan para hamba-Nya yang mukhlisin.

Pada mulanya, amal shalih adalah oase dan lampu yang menerangi kegelapan, sekaligus surga indah yang memiliki aroma dan keteduhan, kebaikan dan keberkahan, serta zakat dan pembersihan. Orang yang menginginkan surga ini, kemudian melakukan riya, maka riya itu meleburnya seolah-olah sebelumnya tidak pernah ada. Maka dari itu, penyakit riya sebaiknya diwaspadai agar tidak muncul di dalam hati kita.

Kontemplasi diri

Sudah selayaknya bagi kita untuk membersihkan dan menata ulang kembali hati dan jiwa yang kotor lagi penuh dosa ini.

Ada banyak cara, di antaranya dengan rajin membaca Al-Qur’an, sebab Al-Qur’an adalah penawar dari segala macam penyakit hati. Dan yang kedua adalah selalu meminta ampun kepada Allah Swt. serta berdoa agar terhindar dari sifat-sifat tercela tersebut, salah satu doanya adalah:
اللهم إنا نعوذ بك من الكبر والعجب والريا والسمعة
(Ya Allah kami berlindung dari sifat-sifat tercela; sombong, membanggakan diri, riya dan sum’ah (ingin dilihat dan didengar orang lain)).

Wallahu a’lam.

1 komentar:

Daftar Postingan Terbaru

Agenda Harian

Semoga kita senantiasa terpacu untuk mengukir prestasi amal yang akan memperberat timbangan kebaikan di yaumil akhir, berikut rangkaian yang bisa dilakukan

1. Agenda pada sepertiga malam akhir

a. Menunaikan shalat tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya,

b. Menunaikan shalat witir

c. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga azan subuh

Rasulullah saw bersabda:

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

“Sesungguhnya Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam terakhir, dan Dia berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni”. (HR. Bukhari Muslim)


2. Agenda Setelah Terbit Fajar

a. Menjawab seruan azan untuk shalat subuh

” الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ “

“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)

b. Menunaikan shalat sunnah fajar di rumah dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا

“Dua rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (Muslim)

وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ

“Nabi saw pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul huwallahu ahad”.

c. Menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid –khususnya- bagi laki-laki.

Rasulullah saw bersabda:

وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

“Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)

بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”. (Tirmidzi dan ibnu Majah)

d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ

“Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)

e. Duduk di masjid bagi laki-laki /mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi

Dalam hadits nabi disebutkan:

كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ

” Nabi saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke kuning-kuningan”. (Muslim)

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran.

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78) Dan memiliki komitmen sesuai kemampuannya untuk selalu:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah lebih banyak dari itu semua, maka akan menuai kebaikan berlimpah insya Allah.

3. Menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى

“Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah”. (Bukhari dan Muslim)

4. Berangkat kerja atau belajar dengan berharap karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ، وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ

“Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri, dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri”. (Bukhari)

Dalam hadits lainnya nabi juga bersabda:

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (Muslim)

d. Menyibukkan diri dengan dzikir sepanjang hari

Allah berfirman :

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang” (Ra’ad : 28)

Rasulullah saw bersabda:

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ الله

“Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari berdzikir kepada Allah” (Thabrani dan Ibnu Hibban) .

5. Agenda saat shalat Zhuhur

a. Menjawab azan untuk shalat Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi laki-laki

b. Menunaikan sunnah rawatib sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan baginya dengannya rumah di surga”. (Muslim).

6. Agenda saat dan setelah shalat Ashar

a. Menjawab azan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di masjid

b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada)

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ

“Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna”. (Thabrani – hasan shahih)

c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ

“Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya”.

Agenda prioritas:

Membaca Al-Quran dan berkomitmen semampunya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan, maka akan menuai kebaikan yang berlimpah insya Allah.

7. Agenda sebelum Maghrib

a. Memperhatikan urusan rumah tangga – melakukan mudzakarah – Menghafal Al-Quran

b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media

c. Menyibukkan diri dengan doa

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

“Doa adalah ibadah”

8. Agenda setelah terbenam matahari

a. Menjawab azan untuk shalat Maghrib

b. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)

c. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat

d. Membaca dzikir sore

e. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً

“Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya”. (Muslim)

9. Agenda pada waktu shalat Isya

a. Menjawab azan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid

b. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Isya – 2 rakaat

c. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturahim

d. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid

e. Dakwah melalui media atau lainnya

f. Melakukan mudzakarah

g. Menghafal Al-Quran

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran dengan berkomitmen sesuai dengan kemampuannya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan bacaan maka telah menuai kebaikan berlimpah insya Allah.


Apa yang kita jelaskan di sini merupakan contoh, sehingga tidak harus sama persis dengan yang kami sampaikan, kondisional tergantung masing-masing individu. Semoga ikhtiar ini bisa memandu kita untuk optimalisasi ibadah insya Allah. Allahu a’lam

Jazaakillah

Sedikit revisi dari : http://www.al-ikhwan.net/agenda-harian-ramadhan-menuju-bahagia-di-bulan-ramadhan-2989/