Oleh : Muhammad bin Umar bin Salim Bazmul
Mengenai  keutamaan shalat Dhuha, telah diriwayatkan beberapa hadits yang  diantaranya dapat saya sebutkan sebagai berikut
Dari Abu Dzar  Radhiyallahu 'anhu, dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau  bersabda
"Bagi
 masing-masing ruas[1] dari anggota tubuh salah seorang  di antara 
kalian harus dikeluarkan sedekah. Setiap tasbih (Subhanallah)  adalah 
sedekah, setiap tahmid (Alhamdulillah) adalah sedekah, setiap  tahtil 
(Laa Ilaaha Illallaah) adalah sedekah, menyuruh untuk berbuat  baik pun 
juga sedekah, dan mencegah kemunkaran juga sedekah. Dan semua  itu bisa 
disetarakan ganjarannya dengan dua rakaat shalat Dhuha".  Diriwayatkan 
oleh Muslim[2]
Hadits Abud Darda dan Abu Dzar  Radhiyallahu 
'anhuma, dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam,  dari Allah Yang
 Mahaperkasa lagi Mahamulia, dimana Dia berfirman.
"Wahai  anak Adam,
 ruku'lah untuk-Ku empat rakaat di awal siang, niscaya Aku  mencukupimu 
di akhir siang" Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi[3]
Dari  Abu 
Hurairah Radhiyallahu 'anhu, dia bercerita, dia berkata :"Tidak ada  
yang memelihara shalat Dhuha kecuali orang-orang yang kembali kepada  
Allah (Awwaab)". Dan dia mengatakan, "Dan ia merupakan shalatnya  
orang-orang yang kembali kepada Allah (Awwaabin)". Diriwayatkan oleh  
Ibnu Khuzaimah dan Al-Hakim. [4]
Hukum Shalat Dhuha
Hadits-hadits
  terdahulu dan juga yang semisalnya menjelaskan bahwa shalat Dhuha pada
  waktu Dhuha (pagi hari) merupakan suatu hal yang baik lagi disukai. 
[5]
Selain  itu, di dalam hadits-hadits tersebut juga terkandung 
dalil yang  menunjukkan disyariatkannya kaum muslimin untuk senantiasa  
mengerjakannya. [6]
Dan tidak ada riwayat yang menujukkan  diwajibkannya shalat Dhuha
Waktu Shalat Dhuha
Waktu
 shalat Dhuha  dimulai sejak terbit matahari sampai zawal (condong). Dan
 waktu terbaik  untuk mengerjakan shalat Dhuha adalah pada saat matahari
 terik.
Dalil  yang menunjukkan hal tersebut adalah sebagai berikut.
Adapun
  permulaan waktunya, telah ditunjukkan oleh hadits Abud Darda dan Abu  
Dzar Radhiyallahu 'anhuma terdahulu. Letak syahidnya di dalam hadits  
tersebut adalah ; "Ruku-lah untuk-Ku dari awal siang sebanyak empat  
rakaat".
Demikian juga riwayat yang datang dari Anas Radhiyallahu
  'anhu, dia bercerita, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah 
 bersabda.
"Barangsiapa mengerjakan shalat shubuh dengan berjama'ah  
lalu duduk berdzikir kepada Allah sampai matahari terbit dan kemudian  
mengerjakan shalat dua raka'at [7], maka pahala shalat itu baginya  
seperti pahala haji dan umrah, sepenuhnya, sepenuhnya, sepenuhnya" [8]
Dari  Abu Umamah, dia bercerita, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam  bersabda.
"Barangsiapa
 mengerjakan shalat Shubuh berjama'ah di  masjid, lalu dia tetap berada 
di dalamnya sehingga dia mengerjakan  shalat Dhuha, maka pahalanya 
seperti orang yang menunaikan ibadah haji  atau orang yang mengerjakan 
umrah, sama persis (sempurna) seperti ibadah  haji dan umrahnya".
Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani.
Dan dalam  sebuah riwayat disebutkan.
"Barangsiapa
 mengerjakan shalat shubuh  dengan berjama'ah, kemudian dia duduk 
berdzikir kepada Allah sampai  matahari terbit…" Diriwayatkan oleh 
Ath-Thabrani.[9]
Adapun  keluarnya waktu shalat Dhuha pada waktu zawal, karena ia merupakan  shalat Dhuha (pagi).
Sedangkan
 waktu utamanya telah ditunjukkan oleh  apa yang diriwayatkan dari Zaid 
bin Arqam, bahwasanya dia pernah melihat  suatu kaum yang mengerjakan 
shalat Dhuha. Lalu dia berkata "Tidaklah  mereka mengetahui bahwa shalat
 selain pada saat ini adalah lebih baik,  karena sesungguhnya Rasulullah
 Shallallahu 'alaihi wa sallam telah  bersabda. "Shalat awaabiin 
(orang-orang yang kembali kepada Allah)  adalah ketika anak-anak unta 
sudah merasa kepanasan"[10]. Diriwayatkan  oleh Muslim [11]
Jumlah Rakaat Shalat Dhuha Dan Sifatnya
Disyariatkan  kepada orang muslim untuk mengerjakan shalat Dhuha dengan dua, empat,  enam, delapan atau dua belas rakaat.
Jika mau, dia boleh  mengerjakannya dua rakaat dua rakaat.
Adapun
 shalat Dhuha yang  dikerjakan dua rakaat telah ditunjukkan oleh hadits 
Abu Dzar  Radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam 
bersabda.
"Bagi  masing-masing ruas dari anggota tubuh salah seorang 
di antara kalian  harus dikeluarkan sedekah …Dan semua itu setara dengan
 ganjaran dua  rakaat shalat Dhuha" Diriwayatkan oleh Muslim.[12]
Sedangkan
  shalat Dhuha yang dikerjakan empat rakaat, telah ditunjukkan oleh Abu 
 Darda dan Abu Dzar Radhiyallahu 'anhuma, dari Rasulullah Shallallahu  
'alaihi wa sallam, dari Allah yang Mahaperkasa lagi Mahamulia, dimana  
Dia berfirman :"Wahai anak Adam, ruku'lah untuk-Ku empat rakaat di awal 
 siang, niscaya Aku akan mencukupimu di akhir siang" Diriwayatkan oleh  
At-Tirmidzi. [13]
Sedangkan shalat Dhuha yang dikerjakan enam  
rakaat, ditunjukkan oleh hadits Anas bin Malik Radhiyallahu 'anhu :  
"Bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mengerjakan shalat  
Dhuha enam rakaat" Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi di dalam kitab  
Asy-Syamaa-il. [14]
Dan shalat Dhuha yang dikerjakan delapan  
rakaat ditunjukkan oleh hadits Ummu Hani, di mana dia bercerita :"Pada  
masa pembebasan kota Makkah, dia mendatangi Rasulullah Shallallahu  
'alaihi wa sallam ketika beliau berada di atas tempat tinggi di Makkah. 
 Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam beranjak menuju tempat  
mandinya, lalu Fathimah memasang tabir untuk beliau. Selanjutnya,  
Fatimah mengambilkan kain beliau dan menyelimutkannya kepada beliau.  
Setelah itu, beliau mengerjakan shalat Dhuha delapan rekaat" [15]  
Diriwayatkan Asy-Syaikhani. [16]
Sedangkan shalat Dhuha yang  
dikerjakan dua belas rakaat ditunjukkan oleh hadits Abud Darda  
Radhiyallahu 'anhu, di mana dia bercerita, Rasulullah Shallallahu  
'alaihi wa sallam bersabda.
"Barangsiapa mengerjakan shalat Dhuha dua
  rakaat, maka dia tidak ditetapkan termasuk orang-orang yang lengah.  
Barangsiapa shalat empat rakaat, maka dia tetapkan termasuk orang-orang 
 yang ahli ibadah. Barangsiapa mengerjakan enam rakaat maka akan  
diberikan kecukupan pada hari itu. Barangsiapa mengerjakan delapan  
rakaat, maka Allah menetapkannya termasuk orang-orang yang tunduk dan  
patuh. Dan barangsiapa mengerjakan shalat dua belas rakaat, maka Allah  
akan membangunkan baginya sebuah rumah di Surga. Dan tidaklah satu hari 
 dan tidak juga satu malam, melainkan Allah memiliki karunia yang  
danugerahkan kepada hamba-hamba-Nya sebagai sedekah. Dan tidaklah Allah 
 memberikan karunia kepada seseorang yang lebih baik daripada  
mengilhaminya untuk selalu ingat kepada-Nya" Diriwayatkan oleh  
Ath-Thabrani.[17]
Dapat saya katakan bahwa berdasarkan  
hadits-hadits ini, diarahkan kemutlakan yang diberikan Sayyidah Aisyah  
Radhiyallahu 'anha saat ditanya oleh Mu'adzah :"Berapa rakaat Rasulullah
  Shallallahu 'alaihi wa sallam mengerjakan shalat Dhua?" Dia menjawab :
  "Empat rakaat dan bisa juga lebih, sesuai kehendak Allah" [18]
Dan
  shalat Dhuha yang dikerjakan dua rakaat dua rakaat, telah ditunjukkan 
 oleh keumuman sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam :"Shalat  
malam dan siang itu dua rakaat dua rakaat" [19]
Dan seorang muslim  
boleh mengerjakan shalat Dhuha empat rakaat secara bersambungan,  
sebagaimana layaknya shalat wajib empat rakaat. Hal itu ditunjukkan oleh
  kemutlakan lafazh hadits-hadits mengenai hal tersebut yang telah  
disampaikan sebelumnya, seperti sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa 
 sallam :"Ruku'lah untuk-Ku dari permulaan siang empat rakaat". Dan juga
  seperti sabda beliau :"Barangsiapa mengerjakan shalat (Dhuha) empat  
rakaat maka dia ditetapkan termasuk golongan ahli ibadah" Wallahu a'lam
[Disalin
  dari kitab Bughyatul Mutathawwi Fii Shalaatit Tathawwu, Edisi 
Indonesia  Meneladani Shalat-Shalat Sunnah Rasulullah Shallallahu 
'alaihi wa  sallam, Penulis Muhammad bin Umar bin Salim Bazmul, Penerbit
 Pustaka  Imam Asy-Syafi'i]
___________
Foote Note
[1]. 
Kata sulaamaa  adalah bentuk mufrad (tunggal) dan jamaknya adalah 
as-sulaamiyaatu yang  berarti ruas jari-jemari. Kemudian kata itu 
dipergunakan untuk seluruh  tulang dan ruas badan. Lihat kitab, Syarh 
Muslim, An-Nawawi V/233
[2].  Hadits shahih. Diriwayatkan oleh 
Muslim, di dalam kitab Shalaatut  Musaafirin wa Qashruha, bab Istihbaabu
 Shalaatidh Dhuha wa Anna Aqallaha  Rak'aatani wa Akmalaha Tsamaanu 
Raka'aatin wa Ausathuha Arba'u  Raka'aatin au Sittin wal Hatstsu 'alal 
Muhaafazhati 'alaiha, (hadits no.  720). Lihat juga kitab, Jami'ul 
Ushuul (IX/436)
[3]. Hadits  hasan. Diriwayatkan oleh Ahmad di 
dalam kitab, Al-Musnad (VI/440 dan  451). Dan juga diriwayatkan oleh 
At-Tirmidzi di dalam Kitaabush Shalaah,  bab Maa Jaa-a fii Shalaatidh 
Dhuha, (hadits no. 475)
Mengenai hadits  ini, At-Tirmidzi mengatakan :
 'Hasan gharib" Dan dinilai shahih oleh  Syaikh Ahmad Syakir di dalam 
tahqiqnya pada At-Tirmidzi. Juga dinilai  shahih oleh Al-Albani di dalam
 kitab, Shahih Sunan At-Tirmidzi, (I/147).  Serta dinilai hasan oleh 
muhaqqiq kitab, Jaami'ul Ushuul (IX/4370.
[4].  Hadits hasan. 
Diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah (II/228), Al-Hakim di  dalam kitab 
Al-Mustadrak (I/314), dan lafazh di atas milik keduanya.  Diriwayatkan 
juga oleh Ath-Thabrani di dalam kitab Al-Ausath  (II/279-Majma'ul 
Bahrain) tanpa ucapan :"Dan ia adalah shalatnya  orang-orang yang 
kembali kepada Allah (Awwaabiin)".
Dan hadits di  atas dinilai shahih
 oleh Al-Hakim dengan syarat Muslim. Dan dinilai  hasan oleh Al-Albani 
di dalam kitab, Silsilah Al-Ahaadiits Ash-Shahiihah  (hadits no. 1994).
[5]. Majmuu'al Al-Fataawaa (XXII/284)
[6].  Dan inilah yang tampak, yang ditunjukkan oleh hadits-hadits terdahulu.  (Nailul Authaar III/77).
Sedangkan
 Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah  rahimahullah setelah menetapkan 
kesepakatan para ulama tas sunnahnya  bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa 
sallam tidak mengerjakan shalat Dhuha  secara terus menerus, kemudian 
menetapkan hukum sunnatnya, dimana dia  mengatakan : "Muncul pertanyaan :
 'Apakah yang lebih baik, mengerjakan  secara terus menerus ataukah 
tidak secara terus menerus seperti yang  dilakukan Nabi Shallallahu 
'alaihi wa sallam? Inilah di antara yang  mereka pedebatkan". Dan yang 
lebih tepat adalah dengan mengatakan  ;"Barangsiapa mengerjakan qiyaamul
 lail secara terus menerus, maka tidak  perlu lagi baginya untuk 
mengerjakan shalat Dhuha secara terus menerus.  Sebagaimana yang 
dilakukan oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan  barangsiapa yang
 tertidur sehingga tidak melakukan qiyamul lail, maka  shalat Dhuha bisa
 menjadi pengganti bagi qiyamul lail" Majmu Al-Fataawaa  (XXII/284).
Dapat
 saya katakan, (tetapi) lahiriyah nash  menunjukkan disunnatkannya 
secara mutlak untuk mengerjakan shalat Dhuha  secara terus menerus. Dan 
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam  pernah meninggalkan suatu 
amalan padahal beliau sangat suka untuk  mengerjakannya karena beliau 
takut hal tersebut akan dikerjakan secara  terus menerus oleh umat 
manusia sehingga akan diwajibkan kepada mereka.  Dan inilah illat 
(alasan) tidak dikerjakannya shalat Dhuha secara terus  menerus oleh 
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dengan demikian,  nash-nash 
itu secara mutlak seperti apa adanya. Hal yang serupa seperti  itu telah
 diisyaratkan oleh Sayyidah Aisyah Radhiyallahu 'anha, lihat  kitab 
Jaami'ul Ushuul (VI/108-109).
[7]. Ath-Thibi mengatakan :  
"Shalat ini disebut shalat Isyraq, yaitu permulaan shalat Dhuha. Dia  
nukil di dalam kitab Tuhfatul Ahwadzi (I/405)
Dapat saya katakan,  
telah saya sampaikan kepada anda mengenai hal itu yang lebih luas dari  
sekedar isyarat ini. Lihat pembahasan tentang shalat Isyraq sebelumnya.
[8]
  Hadits hasan lighairihi. Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi di dalam  
Kitaabush Shalah, bab Dzikru Maa Yustahabbu minal Julus fil Masjid Ba'da
  Shalaatish Shubhi Hatta Taathlu'a Asy-Syams
Mengenai hadits ini,  
At-Tirmidzi mengatakan :"Hasan gharib". Dengan beberapa syahidnya,  
hadits ini dinilai hasan oleh Al-Mubarakfuri di dalam kitab Tuhfatul  
Ahwadzi (I/406). Dan disepakati oleh Syaikh Akhmad Syakir di dalam  
tahqiqnya pada At-Tirmidzi (II/481). Juga dinilai hasan oleh Al-Albani  
di dalam kitab Shahih Sunan At-Tirmidzi (I/182). Dan dengan beberapa  
syahidnya, dinilai hasan oleh muhaqqiq kitab Jaami'ul Ushuul (IX/401).
Dapat  saya katakan, di antara syahidnya adalah hadist berikutnya.
[9].  Hadits hasan. Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani di dalam kitab Al-Mu'jamul  Kabiir (VIII/174), 181 dan 209)
Sanad
 hadits di atas dinilai jayyid  oleh Al-Mundziri dan Al-Haitsami. Dan 
dinilai hasa oleh Al-Albani di  dalam kitab Shahih At-Targhiib wa 
Tarhiib (I/189). Dan lihat juga kitab,  Majmu'uz Zawaa'id (X/104)
[10].
 Di dalam kitab, Syarh An-Nawawi  (VI/30). Imam Nawawi mengatakan : 
Ar-Ramdhaa' berarti kerikil yang  menjadi panas oleh sinar matahari. 
Yaitu, ketika anak-anak unta sudah  merasa panas. Al-Fushail berarti 
anak unta yang masih kecil". Lihat  juga, Nailul Authaar (II/81)
[11].
 Hadits shahih. Diriwayatkan  oleh Muslim di dalam kitab Shalaatul 
Musaafirin wa Qasruha, bab Shalatut  Awaabiin Hiina Tarmudhil Fihsaal, 
hadits no. 748.
[12].  Takhrijnya telah diberikan sebelumnya
[13]. Takhrijnya telah  diberikan sebelumnya
[14].
 Hadits shahih lighairihi. Diriwayatkan  oleh At-Tirmidzi di dalam kitab
 Asy-Syamaa'il, bab Shalatudh Dhuha,  (hadits no. 273) hadits ini 
dinilai shahih lighairihi di dalam kitab,  Mukhtashar Asy-Syamaailil 
Muhammadiyyah, (hal. 156). Beberapa sahid dan  jalannya telah disebutkan
 di dalam kitab Irwaaul Ghaliil (II/216).
[15].  Di dalam hadits tersebut terdapat bantahan bagi orang yang mengaku  bahwa
shalat
 ini adalah shalat al-fath (pembebasan), bukan shalat  Dhuha. Lihat 
kitab, Zaadul Ma'ad (III/4100 dan juga Aunul Ma'buud  (I/497)
[16].
 Hadits shahih. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari di  dalam beberapa tempat 
di antaranya : Kitaabut Tahajjud, bab Shalaatudh  Dhuhaa fis Safar 
(hadits no. 1176). Dan juga Muslim di dalam Kitaabul  Haidh, bab 
Tasturuk Mughtasil bi Tsaubin au Nahwahu (hadits no. 336).  Dan lafazh 
di atas adalah miliknya. Dan lihat juga kitab Jaami'ul Ushuul  (VI/110).
[17].
 Hadits ini disebutkan oleh Al-Haitsami di dalam  kitab Majma'uz 
Zawaa'id (II/237) dan dia mengatakan : Diriwayatkan oleh  Ath-Thabrani 
di dalam kitab Al-Kabiir. Di dalamnya terdapat Musa bin  Ya'qub 
Az-Zam'i. Dinilai tsiqah oleh Ibnu Mu'in dan Ibnu Hibban serta  dinilai 
dha'if oleh Ibnul Madini dan lain-lainnya. Dan sisa rijalnya  adalah 
tsiqah.
Dapat saya katakan, Musa bin Ya'qub seorang yang  shaduq, 
yang mempunyai hafalan buruk, sebagaimana yang disebutkan di  dalam 
kitab, At-Taqriib (hal. 554). Dan diriwayatkan oleh Al-Bazzar di  dalam 
kitab Kasyful Astaar (II/334), yang diperkuat oleh syahid dari Abu  
Dzar. Dan disebutkan oleh Al-Mundziri di dalam kitab At-Targhiib.  
Hadits Abud Darda dan Abu Dzar Radhiyalahu 'anhuma dinilai hasan oleh  
Al-Albani di dalam kitab Shahih At-Targhiib wat Tarhiib (I/279).
[18].
  Hadits hasan. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab Shalatul  
Musafirin wa Qasruha, bab Istihbaabu Shaalatid Dhuha wa Anna Aqallaha  
Rak'ataani wa Akmalaha Tsamaanu Rak'atin wa Ausathuha Arba'u Rak'atin au
  Sittin wa Hatstsu 'alal Muhaafazhati Alaiha, (hadits no. 719).
[19].  Hadits shahih. Takhrijnya sudah diberikan sebelumnya
Peringatan.
Ada
  sebuah riwayat untuk hadits Ummu Hani terdahulu dengan lafazh :  
"Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam pernah mengerjakan
  shalat Dhuha delapan rakaat. Beliau mengucapkan salam setiap dua  
rakaat'. Dan hadits Ummu Hani asalnya terdapat di dalam kitab  
Ash-Shahihain, tetapi tidak dengan lafazh ini.
Dan diriwayatkan oleh  Abud Dawud di dalam Kitaabush Shalaah, bab Shalatudh Dhuha (hadits no.  1234, II/234).
Dan
 dalam sanad yang ada pada keduanya terdapat Iyadh  bin Abdillah. Yang 
meriwayatkan darinya adalah Abdullah bin Wahb.  Mengenai pribadi Iyadh 
ini. Abu Hatim mengatakan :"Dia bukan seorang  yang kuat". Dan Ibnu 
Hibban menyebutnya di dalam deretan tsiqat.  As-Saaji mengatakan : 
"Darinya, Wahb bin Abdillah meriwayatkan beberapa  hadits yang di 
dalamnya masih mengandung pertimbangan". Yahya bin Ma'in  mengatakan 
:"Dia seorang yang haditsnya dha'if". Abu Shalih mengatakan  
;"Ditegaskan, dia memiliki kesibukan yang luar biasa di Madinah, di  
dalam haditsnya terdapat sesuatu" Al-Bukhari mengatakan : "Haditsnya  
munkar" Tahdziibut Tahdziib (VIII/201).
Dapat saya katakan, haditsnya
  di sini diriwayatkan oleh Ibnu Wahb, darinya. Yang tampak secara  
lahiriyah dari keadaan orang ini, bahwa dia tidak dimungkinkan untuk  
meriwayatkan seorang diri, sedangkan lafazh ini dia riwayatkan sendiri. 
 Wallahu a'lam
Dengan lafazh ini, hadits ini dinilai dha'if (lemah)  
oleh Al-Albani di dalam komentarnya terhadap kitab Shahih Ibni Khuzaimah
  (II/234). Dalam penjelasannya, dia menguraikan secara rinci illatnya 
di  dalam kitab. Tamamul Minnah (hal. 258-259)
sumber  : http://www.almanhaj.or.id/content/2357/slash/0
Home »
Shalat Dhuha
 » Keutamaan Shalat Dhuha 
Keutamaan Shalat Dhuha
Posted by Unknown
 Posted on 17.41
 with No comments
Daftar Postingan Terbaru
Agenda Harian
   Semoga kita senantiasa terpacu untuk mengukir prestasi amal yang akan     memperberat timbangan kebaikan di yaumil akhir, berikut rangkaian yang     bisa dilakukan
1. Agenda pada sepertiga malam akhir
a. Menunaikan shalat tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya,
b. Menunaikan shalat witir
c. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga azan subuh
Rasulullah saw bersabda:
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ
“Sesungguhnya Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam terakhir, dan Dia berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni”. (HR. Bukhari Muslim)
2. Agenda Setelah Terbit Fajar
a. Menjawab seruan azan untuk shalat subuh
” الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ “
“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)
b. Menunaikan shalat sunnah fajar di rumah dua rakaat
Rasulullah saw bersabda:
رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا
“Dua rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (Muslim)
وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ
“Nabi saw pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul huwallahu ahad”.
c. Menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid –khususnya- bagi laki-laki.
Rasulullah saw bersabda:
وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا
“Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)
بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”. (Tirmidzi dan ibnu Majah)
d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat
Rasulullah saw bersabda:
الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ
“Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)
e. Duduk di masjid bagi laki-laki /mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi
Dalam hadits nabi disebutkan:
كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ
” Nabi saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke kuning-kuningan”. (Muslim)
Agenda prioritas
Membaca Al-Quran.
Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78) Dan memiliki komitmen sesuai kemampuannya untuk selalu:
- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali
- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali
- Bagi yang mampu menambah lebih banyak dari itu semua, maka akan menuai kebaikan berlimpah insya Allah.
3. Menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat
Rasulullah saw bersabda:
يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى
“Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah”. (Bukhari dan Muslim)
4. Berangkat kerja atau belajar dengan berharap karena Allah
Rasulullah saw bersabda:
مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ، وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ
“Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri, dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri”. (Bukhari)
Dalam hadits lainnya nabi juga bersabda:
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (Muslim)
d. Menyibukkan diri dengan dzikir sepanjang hari
Allah berfirman :
أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang” (Ra’ad : 28)
Rasulullah saw bersabda:
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ الله
“Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari berdzikir kepada Allah” (Thabrani dan Ibnu Hibban) .
5. Agenda saat shalat Zhuhur
a. Menjawab azan untuk shalat Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi laki-laki
b. Menunaikan sunnah rawatib sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur
Rasulullah saw bersabda:
مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ
“Barangsiapa yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan baginya dengannya rumah di surga”. (Muslim).
6. Agenda saat dan setelah shalat Ashar
a. Menjawab azan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di masjid
b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada)
Rasulullah saw bersabda:
مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ
“Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna”. (Thabrani – hasan shahih)
c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah
Rasulullah saw bersabda:
وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ
“Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya”.
Agenda prioritas:
Membaca Al-Quran dan berkomitmen semampunya untuk:
- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali
- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali
- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan, maka akan menuai kebaikan yang berlimpah insya Allah.
7. Agenda sebelum Maghrib
a. Memperhatikan urusan rumah tangga – melakukan mudzakarah – Menghafal Al-Quran
b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media
c. Menyibukkan diri dengan doa
Rasulullah saw bersabda:
الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ
“Doa adalah ibadah”
8. Agenda setelah terbenam matahari
a. Menjawab azan untuk shalat Maghrib
b. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)
c. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat
d. Membaca dzikir sore
e. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid
Rasulullah saw bersabda:
مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً
“Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya”. (Muslim)
9. Agenda pada waktu shalat Isya
a. Menjawab azan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid
b. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Isya – 2 rakaat
c. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturahim
d. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid
e. Dakwah melalui media atau lainnya
f. Melakukan mudzakarah
g. Menghafal Al-Quran
Agenda prioritas
Membaca Al-Quran dengan berkomitmen sesuai dengan kemampuannya untuk:
- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali
- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali
- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan bacaan maka telah menuai kebaikan berlimpah insya Allah.
Apa yang kita jelaskan di sini merupakan contoh, sehingga tidak harus sama persis dengan yang kami sampaikan, kondisional tergantung masing-masing individu. Semoga ikhtiar ini bisa memandu kita untuk optimalisasi ibadah insya Allah. Allahu a’lam
Jazaakillah
Sedikit revisi dari : http://www.al-ikhwan.net/agenda-harian-ramadhan-menuju-bahagia-di-bulan-ramadhan-2989/
1. Agenda pada sepertiga malam akhir
a. Menunaikan shalat tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya,
b. Menunaikan shalat witir
c. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga azan subuh
Rasulullah saw bersabda:
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ
“Sesungguhnya Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam terakhir, dan Dia berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni”. (HR. Bukhari Muslim)
2. Agenda Setelah Terbit Fajar
a. Menjawab seruan azan untuk shalat subuh
” الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ “
“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)
b. Menunaikan shalat sunnah fajar di rumah dua rakaat
Rasulullah saw bersabda:
رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا
“Dua rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (Muslim)
وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ
“Nabi saw pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul huwallahu ahad”.
c. Menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid –khususnya- bagi laki-laki.
Rasulullah saw bersabda:
وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا
“Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)
بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”. (Tirmidzi dan ibnu Majah)
d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat
Rasulullah saw bersabda:
الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ
“Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)
e. Duduk di masjid bagi laki-laki /mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi
Dalam hadits nabi disebutkan:
كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ
” Nabi saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke kuning-kuningan”. (Muslim)
Agenda prioritas
Membaca Al-Quran.
Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78) Dan memiliki komitmen sesuai kemampuannya untuk selalu:
- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali
- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali
- Bagi yang mampu menambah lebih banyak dari itu semua, maka akan menuai kebaikan berlimpah insya Allah.
3. Menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat
Rasulullah saw bersabda:
يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى
“Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah”. (Bukhari dan Muslim)
4. Berangkat kerja atau belajar dengan berharap karena Allah
Rasulullah saw bersabda:
مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ، وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ
“Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri, dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri”. (Bukhari)
Dalam hadits lainnya nabi juga bersabda:
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (Muslim)
d. Menyibukkan diri dengan dzikir sepanjang hari
Allah berfirman :
أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang” (Ra’ad : 28)
Rasulullah saw bersabda:
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ الله
“Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari berdzikir kepada Allah” (Thabrani dan Ibnu Hibban) .
5. Agenda saat shalat Zhuhur
a. Menjawab azan untuk shalat Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi laki-laki
b. Menunaikan sunnah rawatib sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur
Rasulullah saw bersabda:
مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ
“Barangsiapa yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan baginya dengannya rumah di surga”. (Muslim).
6. Agenda saat dan setelah shalat Ashar
a. Menjawab azan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di masjid
b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada)
Rasulullah saw bersabda:
مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ
“Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna”. (Thabrani – hasan shahih)
c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah
Rasulullah saw bersabda:
وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ
“Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya”.
Agenda prioritas:
Membaca Al-Quran dan berkomitmen semampunya untuk:
- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali
- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali
- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan, maka akan menuai kebaikan yang berlimpah insya Allah.
7. Agenda sebelum Maghrib
a. Memperhatikan urusan rumah tangga – melakukan mudzakarah – Menghafal Al-Quran
b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media
c. Menyibukkan diri dengan doa
Rasulullah saw bersabda:
الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ
“Doa adalah ibadah”
8. Agenda setelah terbenam matahari
a. Menjawab azan untuk shalat Maghrib
b. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)
c. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat
d. Membaca dzikir sore
e. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid
Rasulullah saw bersabda:
مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً
“Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya”. (Muslim)
9. Agenda pada waktu shalat Isya
a. Menjawab azan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid
b. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Isya – 2 rakaat
c. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturahim
d. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid
e. Dakwah melalui media atau lainnya
f. Melakukan mudzakarah
g. Menghafal Al-Quran
Agenda prioritas
Membaca Al-Quran dengan berkomitmen sesuai dengan kemampuannya untuk:
- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali
- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali
- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan bacaan maka telah menuai kebaikan berlimpah insya Allah.
Apa yang kita jelaskan di sini merupakan contoh, sehingga tidak harus sama persis dengan yang kami sampaikan, kondisional tergantung masing-masing individu. Semoga ikhtiar ini bisa memandu kita untuk optimalisasi ibadah insya Allah. Allahu a’lam
Jazaakillah
Sedikit revisi dari : http://www.al-ikhwan.net/agenda-harian-ramadhan-menuju-bahagia-di-bulan-ramadhan-2989/


0 komentar:
Posting Komentar