By : Abu Mufti
Debu Kelud, debu yang istimewa: aromanya lembut khas, kelihatan halus tapi kasar, sangat ringan tapi bila basah lengket, bila dicuci tak meninggalkan bekas, tidak putih juga tidak hitam. Sebutir debu jadi masalah saat masuk ke mata, bermilyar debu jadi masalah di mana-mana.
Kemaksiatan yang telah menyebar rata di mana-mana tak akan mampu dibersihkan oleh seorang saja atau beberapa orang saja sebagaimana kita saksikan seorang yang menyapu teras rumahnya karena debu Kelud mengotorinya. Setelah bersih, tiba-tiba ada motor atau mobil yang lewat menerbangkan debu dan hinggap lagi ke teras rumahnya. Begitulah terus menerus sampai Pak RT menyerukan kerja bakti bersama dengan menyemprotkan air ke rumah-rumah dan jalan-jalan yang ada.
Legalah hati para ibu yang sehari bisa membersihkan lantai lebih dari lima kali. Namun kelegaan itu ternyata hanya sesaat karena angin besar yang menerbangkan debu dari RT sebelah yang belum dibersihkan mengotori halaman dan jalan-jalan lagi. Maka terpikirlah kapan saatnya pemimpin negeri menyerukan kerja bakti bersama dengan menyiramkan air ke debu yang tebal di berbagai penjuru agar tidak mengganggu pandangan sehingga banyak kecelakaan, atau mengganggu kesehatan badan kita. Atau kapan pemimpin negeri mengajak rakyatnya memohon hujan agar debu-debu yang di pohon yang tinggi dan atap-atap hilang karenannya.
Wahai saudaraku sesungguhnya amar-ma’ruf nahi munkar di negeri ini tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri atau beberapa kelompok karena kita akan lelah karenanya jika kemungkaran sudah laksana debu yang menggunung dan tersebar di mana-mana. Maka pilihlah pemimpin negeri yang mampu menyeru dan bersama-sama membersihkan debu yang menggunung itu dengan alat apapun dari sapu, ember, cangkul, tangki air, diesel, kompresor dan lain-lain sebagaimana kita saksikan saat ini sebelum Allah mendatangkan fitnah yang lebih besar.
Karena kalau debu kita biarkan di jalan maka saat mobil atau motor kita lewat maka debu itu akan beterbangan berubah laksana kabut dan mengganggu siapapun yang lewat tanpa pandang bulu.
Saat debu kita biarkan di rumah dan halaman pasti akan mengganggu seluruh aktifitas kita dan orang yang di sekitar kita. Mengganggu pandangan, mengganggu keindahan, mengganggu kesehatan, mengganggu ibadah dan pekerjaan kita sebagaimana saat ini kita saksikan sendiri anak-anak terpaksa tak ke sekolah, petani tidak ke sawah, pegawai kantor tak bisa kerja, restoran banyak yang tutup, bandara tutup, pedagang pasar juga banyak yang malas membuka dagangannya, nelayanpun tak melaut.
Sesungguhnya tersebarnya kemungkaran dan kemaksiatan tak jauh berbeda dampaknya dengan debu Kelud saat ini bahkan lebih dahsyat lagi. Maka mari kita banyak beristighfar dan bertaubat atas segala dosa dan kesalahan kita secara bersama-sama sebagaimana kita membersihkan debu ini di badan, di pakaian, di rumah, di kendaraan dan lingkungan kita.
Kita butuh pemimpin yang mengerti apa yang harus dilakukan, merasakan apa yang kita rasakan, mengerti bagaimana menyelesaikan masalah, mampu memberi contoh, berani memerintah, ada di depan dalam aksi dan dekat, bahkan dekat sekali, dengan Allah swt...
Allah, anugerahi kami dengan pemimpin semacam itu. Aamiin..
*http://www.pkspiyungan.org/2014/02/pelajaran-berharga-dari-debu-gunung.html
0 komentar:
Posting Komentar