Bismillaah, mamen tahu kisah seorang yang masuk surga gara-gara
lalat, dan seorang yang masuk neraka gara-gara lalat. Kenapa bisa? Lalat
yang kecil itu, gara-garanya ada seorang masuk neraka, dan masuk surga.
Cekiprut mamen,
Di sebagian kalangan di negeri kita masih saja melestarikan budaya
sesajian. Pada waktu tertentu, ada yang menaruh sesaji berupa kepala
kerbau. Ada pula yang dengan tumbal yang dilarung di laut atau telaga.
Ada juga dengan kembang setaman, ditaruh di perempatan, jalan-jalan
ramai dan sebagainya. Membangun masjid dengan syarat menyembelih ayam,
kambing, sapi. Di tempat-tempat pariwisata perkara seperti ini semakin
samar mamen, karena dibungkus dengan istilah “kebudayaan”. Padahal kalau
ditinjau ritual sesaji ini adalah ritual syirik. Apa mau cuma gara-gara
“melestarikan budaya” akhirnya menjadi jalan kekal di neraka. Perlu
dipilah-pilah budaya apa yang perlu dilestarikan. Karena ga sebanding
mamen, antara kekal di neraka selamanya dengan perkara dunia yang
didapat dari melestarikan kesyirikan. Wallahua’lam.
Kita dapat mengambil pelajaran dari kisah berikut ini. Hanya karena
sesajinya berupa seekor lalat, membuat ia masuk neraka. Sebaliknya ada
yang enggan untuk sesaji sampai ia dipenggal lehernya, malah membuatnya
masuk surga. Berikut kisah dua orang orang yang masuk neraka karena
lalat dan masuk surga juga karena lalat,
عن طارق بن شهاب، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: (دخل الجنة رجل في ذباب، ودخل النار رجل في ذباب) قالوا: وكيف ذلك يا رسول الله؟! قال: (مر رجلان على قوم لهم صنم لا يجوزه أحد حتى يقرب له شيئاً، فقالوا لأحدهما قرب قال: ليس عندي شيء أقرب قالوا له: قرب ولو ذباباً، فقرب ذباباً، فخلوا سبيله، فدخل النار، وقالوا للآخر: قرب، فقال: ما كنت لأقرب لأحد شيئاً دون الله عز وجل، فضربوا عنقه فدخل الجنة)
Dari Thariq bin Syihab, (beliau menceritakan) bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Ada seorang lelaki yang
masuk surga gara-gara seekor lalat dan ada pula lelaki lain yang masuk
neraka gara-gara lalat.” Mereka (para sahabat) bertanya, “Bagaimana hal
itu bisa terjadi wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Ada dua orang
lelaki yang melewati suatu kaum yang memiliki berhala. Tidak ada
seorangpun yang diperbolehkan melewati daerah itu melainkan dia harus
berkorban (memberikan sesaji) sesuatu untuk berhala tersebut. Mereka
pun mengatakan kepada salah satu di antara dua lelaki itu,
“Berkorbanlah.” Ia pun menjawab, “Aku tidak punya apa-apa untuk
dikorbankan.” Mereka mengatakan, “Berkorbanlah, walaupun hanya dengan
seekor lalat.” Ia pun berkorban dengan seekor lalat, sehingga mereka pun
memperbolehkan dia untuk lewat dan meneruskan perjalanan. Karena sebab
itulah, ia masuk neraka. Mereka juga memerintahkan kepada orang yang
satunya, “Berkorbanlah.” Ia menjawab, “Tidak pantas bagiku berkorban
untuk sesuatu selain Allah ‘azza wa jalla.” Akhirnya, mereka pun
memenggal lehernya. Karena itulah, ia masuk surga.”
Status hadits:
Dikeluarkan oleh Ahmad dalam Az Zuhud hal. 15, dari Thoriq bin
Syihab dari Salman Al Farisi radhiyallahu ‘anhu. Hadits tersebut
dikeluarkan pula oleh Abu Nu’aim dalam Al Hilyah 1: 203, Ibnu Abi
Syaibah dalam mushonnafnya 6: 477, 33028. Hadits ini mauquf shahih,
hanya sampai sahabat. Lihat tahqiq Syaikh ‘Abdul Qodir Al Arnauth
terhadap Kitab Tauhid karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab hal. 49,
terbitan Darus Salam.
Al Hafizh mengatakan bahwa jika Thoriq bertemu Nabi -shallallahu
‘alaihi wa sallam-, maka ia adalah sahabat. Kalau tidak terbukti ia
mendengar dari Nabi, maka riwayatnya adalah mursal shohabiy dan seperti
itu maqbul atau diterima menurut pendapat yang rojih (terkuat). Ibnu
Hibban menegaskan bahwa Thoriq wafat tahun 38 H. Lihat Fathul Majid,
hal. 161, terbitan Darul Ifta’.
Beberapa faedah dari hadits di atas:
- Hadits di atas menunjukkan bahaya syirik walau pada sesuatu yang dinilai kecil atau remeh.
- Jika sesaji dengan lalat saja bisa menyebabkan masuk neraka, bagaimana lagi dengan unta, atau berqurban berkorban untuk mayit atau selain itu
- Syirik menyebabkan pelakunya masuk neraka sedangkan tauhid mengantarkan pada surga.
- Seseorang bisa saja terjerumus dalam kesyirikan sedangkan ia tidak mengetahui bahwa perbuatan tersebut syirik yang menyebabkan dia terjerumus dalam neraka nantinya.
- Hadits tersebut juga menunjukkan bahayanya dosa walau dianggap sesuatu yang kecil. Anas radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Kalian mengamalkan suatu amalan yang disangka ringan, namun kami yang hidup di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menganggapnya sebagai suatu petaka yang amat besar.”
- Orang tersebut masuk neraka karena amalan yang awalnya tidak ia maksudkan, ia hanya ingin lepas dari kejahatan kaum yang memiliki berhala tersebut.
- Seorang muslim yang melakukan kesyirikan, batallah islamnya dan menyebabkan ia masuk neraka karena laki-laki yang diceritakan dalam hadits di atas adalah muslim. Makanya di dalam hadits disebutkan, “Seseorang masuk neraka karena lalat”. Ini berarti sebelumnya dia adalah muslim.
- Hadits ini menunjukkan bahwa sembelihan, penyajian tumbal, sesaji adalah ibadah. Jika ada yang memalingkan ibadah tersebut pada selain Allah, maka ia terjerumus dalam syirik akbar yang mengeluarkan dari Islam.
- Hadits di atas menunjukkan keutamaan, keagungan dan besarnya balasan tauhid.
- Hadits tersebut juga menunjukkan keutamaan sabar di atas kebenaran dan ketauhidan.
sumber : rumaysho.com
Yuk mamen, kita senantiasa memurnikan tauhid. Tauhid itu ibarat
golden ticket untuk bisa masuk ke dalam surgaNya Allah. Sebesar dosa apa
yang kita lakukan, jika masih murni bertauhid kepada Allah maka masih
ada kesempatan masuk surga. Tetapi meskipun banyak berbuat baik tetapi
mati dalam keadaan tidak bertauhid kepada Allah, maka sudah tertutup
pintu ke surga, wallahua’lam.
Saksikan juga
0 komentar:
Posting Komentar