Ilustrasi. (Foto: b-s-m.de) |
Cek kembali
Amalan yang telah tertargetkan oleh diri
Apakah mereka sudah dijalani?
Apakah mereka hanya berbaris rapi?
Meratapi
Si empunya target tak menunaikan janji
Cek kembali
Shalat lima waktu yang wajib diri taati
Jamaah dan tepat waktu dalam menjalani
Shalat dhuha yang selalu menyapa di kala pagi
Shalat malam yang diisyaratkan sebagai penyejuk hati
Apakah sudah diri lakui?
Cek kembali
Dzikir pagi
Atau petang yang terdengungkan bagai janji
Apakah sudah diri istiqamahi?
Cek kembali
Berapa lembar al Qur’an yang telah terbaca hari ini
Sudahkah menjadi penyuci nurani?
Siapa yang bisa menjamin kau akan damai di negeri ini?
Siapa yang bisa menjamin kau akan tenang di bumi?
Yang bahkan kau tak punya hak hidup seenak hati
Bibirmu mungkin mudah berbicara itu dan ini
Seolah tanah yang basah tak pernah menggelayuti
Si penyiram tanaman pembawa air dalam kendi
Yang dengannya kebahasan bukanlah tujuan inti
Tapi efek dari bicaramu yang banyak tak punya arti
Otakmu yang punya banyak teori
Mungkin mudah mengambil keputusan dini
Bagai filsuf muda yang terbakar emosi
Kau berdengung dalam sensasi
Dan lupa pada Rabbi
Sang pencipta Hakiki
Muda atau tua bukanlah pengukur abadi
Bahkan banyak orang tua menjadi muda kembali
Dan orang muda seolah bagai tua-tua keladi
Jika berbicara tentang fakta kehidupan hayati
Yang fakta tapi berfiksi
Yang fiksi tapi sungguh berfakta alami
Kau pun sebenarnya memiliki jiwa yang suci
Sebagai insan murni
Dan Islamlah yang membuatmu seperti ini
Kebaikan Rabb-lah yang membuatmu sehebat ini
Ingat kembali
Hidupmu di dunia tak lebih banyak, bahkan hanya sepotong lidi
Yang tak akan terlengkapi
Jika kau tidak merasakan mati
Cek kembali
Sudahkah Islam menjadi pertautan abadi?
Bagi diri
—
Malang, 20 Maret 2014
slm
0 komentar:
Posting Komentar