Bermanfaat bagi yang lainnya
Home » » Akhlak dalam Berpoligami

Akhlak dalam Berpoligami

Poligami - desainkawanimut
Islam adalah agama sempurna yang memadukan antara ilmu dengan amal. Keduanya ibarat dua sisi mata uang yang tidak mungkin dipisahkan. Ilmu tanpa amal, dalam Islam, akan menjadi sesuatu yang kosong tanpa makna. Atau, sebuah tumbuhan yang subur, namun tak berbuah. Sedangkan amal tanpa ilmu, tak ubahnya orang yang berjalan tanpa arah. Memang, langkahnya panjang, bisa jadi pula jarak yang ditempuh semakin jauh, tapi ketika ditanya : Mau kemana? Mengapa ke sana? Dan seterusnya, ia tak bisa menjawab lantaran tak memiliki ilmu.

Islam juga agama yang menyeluruh. Sebuah ajaran paripurna yang tak mungkin ada cacat di dalamnya. Karena Islam berasal dari Allah yang Maha Mengetahui aturan apa yang cocok bagi seluruh makhlukNya. Dalam tahap ini, pengamalan Islam, tak boleh dilakukan serampangan. Karena semua ajaran Islam, sudah selesai dicontohkan oleh Rasulullah dan generasi-generasi terbaik setelahnya.

Islam, juga merupakan agama yang mengedepankan akhlak dalam setiap pelaksanaan ajarannya. Baik terhadap Allah, RasulNya, maupun kepada sesama. Karena memang, tugas utama Rasulullah adalah menyempurnakan akhlak manusia. Rasulullah merupakan utusan yang mengarahkan manusia dari zaman jahiliyah menuju zaman islamiyah.

Diantara pentingnya aspek akhlak dalam setiap pengamalan ibadah ini, salah satunya terdapat dalam praktek poligami. Satu ibadah ini, seringkali disalahmaknai. Sehingga, banyak kita dapati mall praktek poligami dalam keseharian. Hal ini pula yang menyebabkan Islam dipandang tidak adil dalam menempatkan wanita. Juga, menjadi cela bagi musuh-musuh Islam untuk menghancurkan Islam, dengan amunisi banyaknya oknum yang asal poligami tanpa memiliki ilmu yang cukup, dan akhlak yang buruk dalam menjalankannya.

Sudah kita fahami bersama, bahwa poligami yang dilakukan oleh Rasulullah, bukan karena nafsu, tapi murni karena melakukan perintah Allah. Sehingga beliau selalu dalam bimbingan wahyu dalam melakukan hal tersebut. Yang paling jelas, beliau adalah teladan yang terbaik terkait semua ibadah, juga dalam soal poligami ini. Diantaranya, beliau banyak menikahi janda, beliau berlaku adil, dan seterusnya.

Terkait akhlak dalam poligami ini, mari sejenak kita tengok contoh kekinian dari dua orang cendekiawan muslim di negeri ini.

Memang, dalam hal ini, seorang suami tidak diharuskan meminta ijin kepada istri, anak dan keluarganya ketika hendak berpoligami. Namun, jika hal ini dilakukan, maka dampaknya akan lebih baik, dan bisa dijadikan teladan bagi umat.

Sebut saja yang dilakukan oleh KH Muhammad Arifin Ilham. Pemimpin Majlis adz-Dzikra ini, menikah untuk kedua kalinya dengan wanita muslimah yang beliau temui dalam mimpi. Kemudian, beliau melakukan diskusi yang intens kepada keluarganya. Di dalamnya, beliau meminta pendapat orang tua, mertua dan juga istrinya. Ini mudah difahami, karena merekalah yang kelak mendapat dampak langsung dari apa yang dilakukan oleh ustadz muda ini. Dalam melakukan diskusi itu, ustadz kelahiran Banjarmasin ini menghabiskan waktu tak kurang dari empat tahun untuk kemudian mendapat ‘ijin’ dari seluruh pihak keluarganya.

Hendaknya, hal ini kita garis bawahi. Bahwa akhlak yang baik terkait suatu ibadah, akan menghasilkan dampak yang lebih baik, bukan hanya bagi pelakunya, tapi bagi orang sekitar dan umat Islam secara keseluruhan. Apalagi jika hal ini dilakukan oleh seorang panutan umat.

Contoh kedua, kita dapati poligami dari seorang ustadz muda pemimpin salah satu partai Islam di negeri ini, Anis Matta. Pria kelahiran Bone ini memutuskan untuk menikah kedua kalinya dengan mualaf asal Hongaria. Sebelas-dua belas dengan KH Muhammad Arifin Ilham, Anis melakukan hal serupa. Sebelum memutuskan untuk berpoligami, terlebih dahulu dia melakukan musyawarah dengan istri, orang tua, mertua dan anak-anaknya. Selepas pihak ini menyetujui, Anis juga meminta pendapat dari teman-teman di partai yang dia pimpin itu. Hingga akhirnya menemui kata sepakat, ketika mereka semua memberikan lampu hijau, penulis buku Momentum Kebangkitan ini menghabiskan waktu empat tahun untuk berdiskusi dan meyakinkan keluarganya akan jalan yang hendak ditempuhnya itu.

Harap digaris bawahi, bahwa seorang lelaki, sebagaimana kami sampaikan di depan, tak harus meminta ijin kepada istri dan keluarganya ketika hendak berpoligami. Namun, aspek akhlak baik seperti meminta ijin ini, hendaknya dipandang sebagai sebuah upaya kebaikan, agar sunnah tak dipandang sebagai masalah.

Karena, banyak kita temui fakta yang membuat kita miris. Misalnya saja, mereka yang poligami di bawah tangan, atau, sebagaimana penulis dapati, ada oknum yang mendatangi calon istri keduanya dengan mengaku sebagai bujangan. Padahal, dia sudah beranak dan beristri.

Semoga, siapapun yang berniat menjalankan sunnah ini, tidak terkotori dengan dominasi nafsu sehingga kemudian membungkusnya dengan dalih sunnah. Apalagi, berdasarkan survei yang dilakukan oleh penulis ternama di negeri ini dalam salah satu bukunya, bahwa sebagian besar lelaki yang menempuh jalan poligami, pasti ada motif ‘nafsu’ di dalamnya.

Tentu, tak baik jika kita menggenalisir. Apalagi, jika mengembalikan kepada hukum asalnya. Bahwa poligami merupakan perintah Islam yang tak mungkin diganti dengan hukum lain. Apalagi, dengan keyakinan penuh, bahwa semua hukum Allah, jika dilakukan dengan baik, maka hanya akan menghasilkan kebaikan pula.

Jika kemudian hukum Allah dilakukan, namun dampaknya mengkhawatirkan bahkan merusak, maka bukan salah hukumnya, melainkan kesalahan para pelakunya yang mengabaikan berbagai aspek dalam hukum-hukum tersebut, sebagian atau seluruhnya.

Kita percaya, bahwa hanya orang-orang kuatlah yang mampu berpoligami dengan baik. Sehingga, sangat layak diingat, agar tidak hanya menyukai membahas sunnah poligami dan bersemangat melakukannya jika sunnah-sunnah yang lain belum dilakukan dengan baik. Jika shalat berjama’ah saja masih bolong-bolong, jika shalat tahajjud saja masih sebulan sekali, jika baca al-Qur’an saja tak khatam-khatam, jika hafalan juz 30 saja masih belang-belang, jika silaturahim saja masih enggan, apalagi infaq dengan seluruh harta yang dimiliki, maka sejatinya, poligami masih jauh dari pribadi-pribadi itu semua.

Ah, nampaknya indah sekali, apa yang disampaikan oleh Ustadz Cahyadi Takariawan, “Bahagiakan diri dengan satu istri.” Atau, seperti yang disampaikan oleh KH Muhammad Arifin Ilham, “Dua istri yang rukun itu lebih baik jika dibandingkan satu istri yang rebut terus-terusan.” []


Penulis : Pirman
Redaksi Bersamadakwah.com


*http://www.bersamadakwah.com/2014/02/akhlak-dalam-berpoligami.html

0 komentar:

Posting Komentar

Daftar Postingan Terbaru

Agenda Harian

Semoga kita senantiasa terpacu untuk mengukir prestasi amal yang akan memperberat timbangan kebaikan di yaumil akhir, berikut rangkaian yang bisa dilakukan

1. Agenda pada sepertiga malam akhir

a. Menunaikan shalat tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya,

b. Menunaikan shalat witir

c. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga azan subuh

Rasulullah saw bersabda:

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

“Sesungguhnya Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam terakhir, dan Dia berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni”. (HR. Bukhari Muslim)


2. Agenda Setelah Terbit Fajar

a. Menjawab seruan azan untuk shalat subuh

” الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ “

“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)

b. Menunaikan shalat sunnah fajar di rumah dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا

“Dua rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (Muslim)

وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ

“Nabi saw pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul huwallahu ahad”.

c. Menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid –khususnya- bagi laki-laki.

Rasulullah saw bersabda:

وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

“Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)

بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”. (Tirmidzi dan ibnu Majah)

d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ

“Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)

e. Duduk di masjid bagi laki-laki /mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi

Dalam hadits nabi disebutkan:

كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ

” Nabi saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke kuning-kuningan”. (Muslim)

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran.

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78) Dan memiliki komitmen sesuai kemampuannya untuk selalu:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah lebih banyak dari itu semua, maka akan menuai kebaikan berlimpah insya Allah.

3. Menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى

“Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah”. (Bukhari dan Muslim)

4. Berangkat kerja atau belajar dengan berharap karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ، وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ

“Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri, dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri”. (Bukhari)

Dalam hadits lainnya nabi juga bersabda:

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (Muslim)

d. Menyibukkan diri dengan dzikir sepanjang hari

Allah berfirman :

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang” (Ra’ad : 28)

Rasulullah saw bersabda:

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ الله

“Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari berdzikir kepada Allah” (Thabrani dan Ibnu Hibban) .

5. Agenda saat shalat Zhuhur

a. Menjawab azan untuk shalat Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi laki-laki

b. Menunaikan sunnah rawatib sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan baginya dengannya rumah di surga”. (Muslim).

6. Agenda saat dan setelah shalat Ashar

a. Menjawab azan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di masjid

b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada)

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ

“Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna”. (Thabrani – hasan shahih)

c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ

“Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya”.

Agenda prioritas:

Membaca Al-Quran dan berkomitmen semampunya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan, maka akan menuai kebaikan yang berlimpah insya Allah.

7. Agenda sebelum Maghrib

a. Memperhatikan urusan rumah tangga – melakukan mudzakarah – Menghafal Al-Quran

b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media

c. Menyibukkan diri dengan doa

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

“Doa adalah ibadah”

8. Agenda setelah terbenam matahari

a. Menjawab azan untuk shalat Maghrib

b. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)

c. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat

d. Membaca dzikir sore

e. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً

“Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya”. (Muslim)

9. Agenda pada waktu shalat Isya

a. Menjawab azan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid

b. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Isya – 2 rakaat

c. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturahim

d. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid

e. Dakwah melalui media atau lainnya

f. Melakukan mudzakarah

g. Menghafal Al-Quran

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran dengan berkomitmen sesuai dengan kemampuannya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan bacaan maka telah menuai kebaikan berlimpah insya Allah.


Apa yang kita jelaskan di sini merupakan contoh, sehingga tidak harus sama persis dengan yang kami sampaikan, kondisional tergantung masing-masing individu. Semoga ikhtiar ini bisa memandu kita untuk optimalisasi ibadah insya Allah. Allahu a’lam

Jazaakillah

Sedikit revisi dari : http://www.al-ikhwan.net/agenda-harian-ramadhan-menuju-bahagia-di-bulan-ramadhan-2989/