dakwatuna.com – Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya
Kami telah menurunkannya pada malam Al-Qadr (lailatul qadr/malam
kemuliaan). Dan tahukah kamu apakah malam Al-Qadar itu? Malam itu lebih
baik dari seribu bulan. Turun para malaikat dan ar-Ruuh pada malam itu
dengan izin Tuhan mereka untuk segala urusan. Malam itu penuh
kesejahteraan sampai terbit fajar.” (Q. S. Al-Qadr: 1 – 5)
Dalam
tafsirnya, Ibnu Katsir rahimahuLlah mengatakan, bahwa suatu ketika
Rasulullah SAW menceritakan kepada para sahabat RA tentang seorang pria
dari Bani Israil yang menggunakan senjatanya di jalan Allah SWT selama
seribu bulan. Hal ini membuat sahabat RA terkejut. Kemudian Allah SWT
menurunkan ayat: ‘Sesungguhnya Kami telah menurunkannya pada malam
Al-Qadr. Dan tahukah kamu apakah malam Al-Qadr itu? Malam itu lebih baik
dari seribu bulan.’
Dalam surat ini Allah SWT mengabarkan bahwa
Ia SWT telah menurunkan Al-Quran pada malam Al-Qadr. Sebuah malam yang
sangat berkah yang lebih baik dari seribu bulan, yang jika kita hitung
maka nilainya sama dengan sekitar 83 tahun lebih 4 bulan. Sesungguhnya
seseorang yang beribadah pada malam itu maka sama baginya dengan
beribadah selama 83 tahun 4 bulan lamanya pada malam atau hari-hari
biasa. Sebuah keutamaan yang sangat luar biasa, yang Allah SWT
anugerahkan kepada umat Muhammad SAW yang berumur relatif lebih pendek
dibanding umat terdahulu. Tafsir ayat: ‘Turun para malaikat dan ar-Ruuh
pada malam itu dengan izin Tuhan mereka untuk segala urusan’, Ibnu
Katsir menjelaskan dalam tafsirnya, bahwa pada malam Al-Qadr, malaikat
yang turun pada malam itu semakin banyak karena banyaknya berkah dan
rahmat pada malam itu. Para malaikat itu turun bersamaan dengan rahmat
dan berkah dan mereka akan turun kepada orang-orang yang membaca
Al-Quran, dan akan mengelilingi majelis-majelis dzikir serta meletakkan
sayapnya pada orang yang menuntut ilmu sebagai penghormatan.
Sedang
yang dimaksud dengan ar-Ruuh, Ibnu Katsir menjelaskan, bahwa itu adalah
Jibril as. dengan pengungkapan yang khusus, namun ada pula yang
berpendapat bahwa itu adalah sejenis malaikat seperti tersebut dalam
Surat An-Naba (Wallahu a’lam). Mengenai firman Nya: ‘untuk segala
urusan’, berkata Mujahid bahwa malam itu sejahtera dan selamat dari
segala urusan. Riwayat lain mengatakan bahwa yang dimaksud adalah pada
malam itu setan tidak bisa berbuat kejahatan.
Sedang mengenai ayat
terakhir: ‘Malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit fajar’, berkata
Sa’id bin Manshur, ‘berkata kepada kami Hisyam dari Abu Ishaq bin
Asy-Syaib, tentang firman Allah: ‘Untuk segala urusan. Malam itu penuh
kesejahteraan sampai terbit fajar’, ia berkata, para malaikat
menyejahterakan malam Al-Qadr itu bagi para penghuni masjid hingga
terbit fajar.’
Keutamaan lain dari Lailatul Qadar selain dari
surat Al-Qadr, juga dapat dilihat dari hadits Rasulullah SAW:
“Barangsiapa yang beribadah pada malam Al-Qadr karena iman dan
mengharapkan keridhaan Allah, diampunilah dosa-dosanya yang terdahulu.”
(HR. Bukhari – Muslim)
Lalu, kapankah Lailatul Qadr tersebut
datang? Mengenai hal ini Al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan bahwa terdapat
sekitar 40 perbedaan pendapat berkenaan dengannya. Beberapa pendapat
mengatakan bahwa ia jatuh pada malam ke-21, sedang sebagian lain
mengatakan malam ke-27 (merupakan salah satu pendapat terkuat) dan masih
banyak lagi, dengan masing-masing hujjahnya. Bahkan sebagian pendapat
mengatakan bahwa tidak ada seorangpun yang dapat mengetahui pasti kapan
tepatnya Lailatul Qadr tersebut datang. Namun, yang jelas, bahwa
Lailatul Qadr tersebut jatuh di antara 10 malam terakhir dari Bulan
Ramadhan, sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah SAW: “Adalah
Rasulullah SAW beri’tikaf pada sepuluh yang akhir dari bulan Ramadhan,
dan beliau bersabda: ‘Hendaklah kalian mencari lailatul qadar pada
sepuluh yang akhir dari bulan Ramadhan.’” (H. R. Bukhari – Muslim)
Dan
ini lebih dikhususkan lagi pada malam-malam ganjil pada sepuluh malam
terakhir tersebut, sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Sesungguhnya
pernah ditampakkan kepadaku lailatul qadar, kemudian dijadikan aku lupa,
atau aku lupa kepadanya, maka hendaklah kalian mencarinya pada sepuluh
malam yang akhir; di malam-malam yang ganjil.” (H. R. Bukhari – Muslim)
Hal
ini lebih dikhususkan lagi pada tujuh malam terakhir, seperti dalam
hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu ‘Umar RA, katanya: “Bahwa ada
beberapa orang sahabat Nabi SAW bermimpi melihat malam Al-Qadr pada
tujuh yang terakhir. Kemudian Rasulullah SAW bersabda: “Saya melihat
mimpi kalian, saya setuju, yaitu pada tujuh yang akhir. Siapa saja yang
hendak mencarinya, maka carilah pada tujuh yang terakhir.”” (HR. Bukhari
– Muslim). Hal inilah yang juga pernah dikatakan Ibnu ‘Umar RA dalam
salah satu perkataannya: “Hendaklah kalian mencarinya pada sepuluh malam
terakhir! Jika seorang di antara kalian lemah atau tidak mampu, maka
janganlah ia melalaikan tujuh yang tersisa.“ (Riwayat Ahmad, Muslim dan
Thayalisy)
Salah satu tandanya seperti yang disebutkan dalam
beberapa riwayat adalah matahari terbit dengan cahaya putih tidak
bersinar-sinar, atau pada riwayat lain matahari terbit dengan tidak
memiliki sinar kuat. Ada pula yang menambahkan dengan tanda-tanda lain.
Namun bagi sebagian pihak hal ini menimbulkan pertanyaan yang banyak dan
diskusi yang panjang, sehingga cukuplah bagi kita untuk giat mencarinya
di antara sepuluh hari/malam yang terakhir tersebut.
Hal yang
perlu diingat di sini, adalah karena penentuan tanggal hijriyah yang
(masih) tidak sama di antara kaum muslimin saat ini, maka mencarinya di
malam sepuluh terakhir secara keseluruhan adalah lebih utama bagi
sebagian pendapat.
Dirahasiakannya waktu jatuhnya malam Al-Qadr
ini oleh Allah SWT, menurut Yusuf Qaradhawi, mengandung banyak sekali
hikmah. Andaikata kita dapat mengetahui jatuhnya malam Al-Qadr tersebut,
niscaya akan hilang semangat beribadah pada Bulan Ramadhan dengan
mencukupkan diri dengan beribadah hanya pada malam tersebut saja. Dengan
dirahasiakannya waktu malam Al-Qadr tersebut, maka dapat mendorong kita
untuk bersemangat mencarinya terutama di malam-malam akan berakhirnya
bulan Ramadhan. Hal ini akan dapat menjadikan akhir Ramadhan semakin
semarak yang memiliki dampak positif baik untuk masing-masing individu
ataupun bagi jamaah.
Hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah Saw,
dari Ubadah bin Shamit RA, katanya: “Nabi SAW keluar untuk mengkabarkan
kepada kami perihal lailatul qadar. Kemudian (di tempat kami) ternyata
ada dua sahabat yang sedang berdebat. Maka beliau bersabda kepada
mereka: ’Saya sengaja datang ke sini, untuk memberi kabar tentang
lailatul qadar. Sebab si fulan dengan si fulan bersilang pendapat lalu
diangkat (dari dalam hatiku, sehingga saya lupa ketentuan tanggalnya),
tapi mudah-mudahan itu membawa kebaikan buat kalian.’“ (H. R. Bukhari)
Kata
(terjemahan) ’tapi mudah-mudahan itu membawa kebaikan bagi kalian’
diartikan oleh beberapa pendapat bahwa dengan keadaan yang demikian kaum
muslimin akan lebih bersungguh-sungguh untuk mendapatkan malam Al-Qadar
tersebut, sehingga dengan tidak diketahuinya (waktu jatuh malam
tersebut) ibadah yang dilakukan kaum muslimin akan menjadi lebih banyak
dibanding jika kaum muslimin mengetahuinya.
Bagi kita, kaum
muslimin, mencari dan ’memburu’ malam Al-Qadar tersebut adalah sesuatu
yang disunnahkan oleh Rasulullah SAW. Hal ini dicontohkan langsung oleh
Rasulullah SAW, yang beliau SAW sendiri sangat giat mencari malam
tersebut dengan semakin banyak beribadah dan mendekatkan diri kepada
Allah SWT, meramaikan malam, membangunkan keluarga dan mempererat
sarungnya (tidak mendekati istri-istri beliau SAW RA, untuk banyak
beribadah).
Anjuran-anjuran beliau SAW untuk mengisi malam
Al-Qadar tersebut dengan banyak ibadah terlihat dalam hadits seperti
yang juga telah dituliskan di atas: “Barangsiapa yang beribadah pada
malam Al-Qadr karena iman dan mengharapkan keridhaan Allah, diampunilah
dosa-dosanya yang terdahulu.” (HR. Bukhari – Muslim)
Dan juga
sebuah hadits lain yang diriwayatkan dari ’Aisyah RA, katanya: “Saya
bertanya: ’Yaa Rasulullah, bagaimana pendapat Anda seandainya saya tahu
malam jatuhnya lailatul Qadar itu, apakah yang harus saya ucapkan waktu
itu?’ Maka ujar Nabi SAW: ’Katakanlah: Allahumma innaka ’afuwwun
tuhibbul ’afwa fa’fu’annii (Yaa Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf
dan Suka Memaafkan, maka maafkanlah aku ini)’“ (H. R. Ahmad, Ibnu Majah,
Turmudzi)
Secara ringkas, dapat disimpulkan beberapa amaliyah
menjaring dan memburu malam Lailatul Qadr sebagai berikut:
1.
Menghidupkan malam Lailatul Qadar adalah bukti keimanan seseorang. Dari
Abu Hurairah RA, bersabda Nabi SAW: “Barangsiapa menghidupkan malam
Lailatul Qadar dengan iman dan mengharap ridha Allah SWT maka diampuni
dosanya yang terdahulu.” (HR Bukhari, I/61, hadits no. 34)
2.
Menggapai Lailatul Qadar hendaklah dalam keadaan berpuasa: Dari Abu
Hurairah RA Nabi SAW bersabda: “Barangsiapa menghidupkan malam Lailatul
Qadar dengan iman dan mengharap ridha Allah SWT maka diampuni dosanya
yang terdahulu, dan barangsiapa berpuasa Ramadhan dalam Iman dan
mengharap ridha ALLAH SWT maka akan diampuni dosanya yang telah lalu.”
(HR Bukhari, VI/468, hadits no. 1768)
3. Mencari Lailatul Qadar
itu pada 10 malam yang terakhir: Dari Aisyah RA berkata: “Adalah Nabi
SAW biasa mencari Lailatul Qadar pada 10 malam yang terakhir.” (HR
Bukhari, VII/147, hadits no. 1880)
4. Mencari Lailatul Qadar itu
pada 10 terakhir tersebut terutama pada malam-malam Witirnya: Dari
Aisyah RA: “Adalah Nabi Saw mencari Lailatul Qadar pada malam-malam
witir di 10 hari terakhir.” (HR Bukhari, VII/145, hadits no. 1878)
5.
Hadits paling seringnya tentang Lailatul Qadar adalah tgl 27 tapi
terjadi juga tanggal 23-nya: Dari Abdullah bin Unais RA, bersabda Nabi
Saw: “Aku melihat Lailatul Qadar lalu aku dibuat lupa waktunya, dan
ditampakkan padaku saat Subuhnya aku sujud di tanah yg basah, lalu kata
Abdullah: Maka turun hujan atas kami pada malam 23, maka Nabi SAW shalat
Shubuh bersama kami, lalu beliau SAW pulang dan nampak bekas air dan
tanah di dahi dan hidung beliau SAW, lalu dikatakan: Maka Abdullah bin
Unais berkata tanggal 23 itulah Lailatul Qadar.” (HR Muslim, VI/80,
hadits no. 1997)
6. Lailatul Qadar itu bisa didapati dalam keadaan
jaga maupun juga dalam kondisi tidur dalam bentuk mimpi yang benar.
Dari Ibnu Umar RA: “Ada beberapa orang laki-laki sahabat Nabi SAW yang
bermimpi melihat Lailatul Qadar pada 7 malam terakhir, maka sabda Nabi
SAW: Aku juga melihat apa yang kalian mimpikan itu jatuhnya pada 7 malam
terakhir, maka barangsiapa yang ingin mencarinya maka carilah pada 7
malam terakhir tersebut.” (HR Bukhari, VII/142, hadits no. 1876)
7.
Lailatul Qadar itu tidak panas, tidak dingin, tidak ada awan, tidak ada
angin, tidak hujan. “Pada malam Lailatul Qadar itu tidak panas dan
tidak dingin, tidak berawan dan tidak hujan dan tidak berangin, tidak
juga terang dengan bintang-bintang, tanda di pagi harinya adalah
Matahari terbit bercahaya lembut.” (HR As-Suyuthi dalam Jami’ Shaghir,
di-shahih-kan oleh Albani dalam Shahihul Jami’, XX/175, no. 9603)
8.
Tapi kadang-kadang Lailatul Qadar itu disertai juga dengan hujan. Dari
Abu Said Al-Khudri RA, bersabda Nabi Saw: “… Aku melihat Lailatul Qadar
lalu aku dibuat lupa kapan waktunya, maka barangsiapa yang ingin
mencarinya maka carilah pada 10 hari terakhir pada malam2 witirnya dan
aku melihat diriku pada malam tersebut sujud di atas tanah yang basah…
Maka kami kembali dan kami tidak melihat ada awan di langit, maka
tiba-tiba ada awan dan turun hujan sampai airnya menembus sela-sela atap
masjid yang terbuat dari pelepah Kurma, maka aku melihat Nabi SAW sujud
di atas tanah yang basah, sampai kulihat bekas tanah yang basah itu di
dahi beliau SAW” (HR Bukhari, VII/174, hadits no. 1895)
9. Pagi
hari setelah Lailatul Qadar cahaya Matahari putih tapi tidak silau.
Berkata Ubay bin Ka’ab RA: “Demi ALLAH yang Tiada Tuhan kecuali DIA,
sungguh malam tersebut ada di bulan Ramadhan, aku berani bersumpah
tentang itu dan demi ALLAH aku tahu kapan malam itu, yaitu malam yang
kita diperintah Nabi SAW untuk menghidupkannya yaitu malam 27 dan
tanda-tandanya adalah Matahari bersinar di pagi harinya dengan cahaya
putih tapi tidak menyilaukan.” (HR Muslim, IV/150, hadits no. 1272)
10.
Lailatul Qadar hanya bermanfaat bagi orang yang Iman dan mengharap
ridha ALLAH SWT. Dari Abu Hurairah RA, dari Nabi SAW bersabda:
“Barangsiapa yang bangun saat Lailatul Qadar lalu pas melihatnya, lalu
sabda Nabi SAW: Dan orang tersebut beriman dan mengharap ridha ALLAH SWT
maka diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR Muslim, IV/147, hadits no.
1269)
11. Saat Lailatul Qadar Malaikat yang turun ke bumi lebih
banyak dari Kerikil. Bersabda Nabi Saw: “Lailatul Qadar itu pada malam
27 atau 29, sungguh malaikat yang turun pada saat itu ke bumi lebih
banyak dari jumlah batu kerikil.” (HR Thayalisi dalam Musnad-nya no.
2545; juga Ahmad II/519; dan Ibnu Khuzaimah dalam shahih-nya II/223)
12.
Doa yang paling utama dan paling dibaca saat Lailatul Qadar. Dari
Aisyah RA: Wahai Rasulullah, menurut pendapatmu jika aku tahu bahwa
malam terjadinya Lailatul Qadar, maka doa apa yang paling baik
kuucapkan? Sabda Nabi SAW: “Ucapkanlah olehmu, Ya ALLAH sesungguhnya
ENGKAU adalah Maha Pemaaf, mencintai orang yang suka memaafkan, maka
maafkanlah aku.” (HR Ahmad, Ibnu Majah dan Tirmidzi, di-shahih-kan oleh
Albani dalam Al-Misykah, I/473 no. 2091)
Semoga Allah SWT Berkenan
menjadikan kita termasuk ke dalam orang-orang yang dapat memanfaatkan
Ramadhan dengan sebaik-baiknya, menjadikan kita termasuk ke dalam
kelompok yang mendapatkan Lailatul Qadr tersebut, dan menjadikan kita
termasuk golongan yang berhasil menyelesaikan Ramadhan ini dengan
sebaik-baiknya sehingga keluar daripadanya sebagai seorang yang bertaqwa
serta dapat mempertahankannya selama-lamanya. Amin.
Wallahu a’lam
Wabillahit Taufiq wal Hidayah.
(Rujukan: Ibnu Katsir, Tafsir Juz
’Amma min Tafsir Al-Quran Al-’Azhim, Sayyid As-Sabiq, Fiqh Sunnah, Yusuf
al-Qaradhawi, Fiqh ash-Shiyam)
http://www.dakwatuna.com/2010/09/8138/memburu-keutamaan-seribu-bulan-lailatul-qadar/
Home »
» Memburu Keutamaan Seribu Bulan Lailatul Qadar
Memburu Keutamaan Seribu Bulan Lailatul Qadar
Posted by Unknown
Posted on 05.08
with No comments
Daftar Postingan Terbaru
Agenda Harian
Semoga kita senantiasa terpacu untuk mengukir prestasi amal yang akan memperberat timbangan kebaikan di yaumil akhir, berikut rangkaian yang bisa dilakukan
1. Agenda pada sepertiga malam akhir
a. Menunaikan shalat tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya,
b. Menunaikan shalat witir
c. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga azan subuh
Rasulullah saw bersabda:
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ
“Sesungguhnya Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam terakhir, dan Dia berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni”. (HR. Bukhari Muslim)
2. Agenda Setelah Terbit Fajar
a. Menjawab seruan azan untuk shalat subuh
” الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ “
“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)
b. Menunaikan shalat sunnah fajar di rumah dua rakaat
Rasulullah saw bersabda:
رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا
“Dua rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (Muslim)
وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ
“Nabi saw pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul huwallahu ahad”.
c. Menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid –khususnya- bagi laki-laki.
Rasulullah saw bersabda:
وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا
“Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)
بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”. (Tirmidzi dan ibnu Majah)
d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat
Rasulullah saw bersabda:
الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ
“Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)
e. Duduk di masjid bagi laki-laki /mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi
Dalam hadits nabi disebutkan:
كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ
” Nabi saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke kuning-kuningan”. (Muslim)
Agenda prioritas
Membaca Al-Quran.
Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78) Dan memiliki komitmen sesuai kemampuannya untuk selalu:
- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali
- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali
- Bagi yang mampu menambah lebih banyak dari itu semua, maka akan menuai kebaikan berlimpah insya Allah.
3. Menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat
Rasulullah saw bersabda:
يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى
“Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah”. (Bukhari dan Muslim)
4. Berangkat kerja atau belajar dengan berharap karena Allah
Rasulullah saw bersabda:
مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ، وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ
“Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri, dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri”. (Bukhari)
Dalam hadits lainnya nabi juga bersabda:
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (Muslim)
d. Menyibukkan diri dengan dzikir sepanjang hari
Allah berfirman :
أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang” (Ra’ad : 28)
Rasulullah saw bersabda:
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ الله
“Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari berdzikir kepada Allah” (Thabrani dan Ibnu Hibban) .
5. Agenda saat shalat Zhuhur
a. Menjawab azan untuk shalat Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi laki-laki
b. Menunaikan sunnah rawatib sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur
Rasulullah saw bersabda:
مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ
“Barangsiapa yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan baginya dengannya rumah di surga”. (Muslim).
6. Agenda saat dan setelah shalat Ashar
a. Menjawab azan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di masjid
b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada)
Rasulullah saw bersabda:
مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ
“Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna”. (Thabrani – hasan shahih)
c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah
Rasulullah saw bersabda:
وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ
“Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya”.
Agenda prioritas:
Membaca Al-Quran dan berkomitmen semampunya untuk:
- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali
- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali
- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan, maka akan menuai kebaikan yang berlimpah insya Allah.
7. Agenda sebelum Maghrib
a. Memperhatikan urusan rumah tangga – melakukan mudzakarah – Menghafal Al-Quran
b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media
c. Menyibukkan diri dengan doa
Rasulullah saw bersabda:
الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ
“Doa adalah ibadah”
8. Agenda setelah terbenam matahari
a. Menjawab azan untuk shalat Maghrib
b. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)
c. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat
d. Membaca dzikir sore
e. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid
Rasulullah saw bersabda:
مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً
“Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya”. (Muslim)
9. Agenda pada waktu shalat Isya
a. Menjawab azan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid
b. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Isya – 2 rakaat
c. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturahim
d. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid
e. Dakwah melalui media atau lainnya
f. Melakukan mudzakarah
g. Menghafal Al-Quran
Agenda prioritas
Membaca Al-Quran dengan berkomitmen sesuai dengan kemampuannya untuk:
- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali
- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali
- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan bacaan maka telah menuai kebaikan berlimpah insya Allah.
Apa yang kita jelaskan di sini merupakan contoh, sehingga tidak harus sama persis dengan yang kami sampaikan, kondisional tergantung masing-masing individu. Semoga ikhtiar ini bisa memandu kita untuk optimalisasi ibadah insya Allah. Allahu a’lam
Jazaakillah
Sedikit revisi dari : http://www.al-ikhwan.net/agenda-harian-ramadhan-menuju-bahagia-di-bulan-ramadhan-2989/
1. Agenda pada sepertiga malam akhir
a. Menunaikan shalat tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya,
b. Menunaikan shalat witir
c. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga azan subuh
Rasulullah saw bersabda:
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ
“Sesungguhnya Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam terakhir, dan Dia berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni”. (HR. Bukhari Muslim)
2. Agenda Setelah Terbit Fajar
a. Menjawab seruan azan untuk shalat subuh
” الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ “
“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)
b. Menunaikan shalat sunnah fajar di rumah dua rakaat
Rasulullah saw bersabda:
رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا
“Dua rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (Muslim)
وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ
“Nabi saw pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul huwallahu ahad”.
c. Menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid –khususnya- bagi laki-laki.
Rasulullah saw bersabda:
وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا
“Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)
بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”. (Tirmidzi dan ibnu Majah)
d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat
Rasulullah saw bersabda:
الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ
“Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)
e. Duduk di masjid bagi laki-laki /mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi
Dalam hadits nabi disebutkan:
كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ
” Nabi saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke kuning-kuningan”. (Muslim)
Agenda prioritas
Membaca Al-Quran.
Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78) Dan memiliki komitmen sesuai kemampuannya untuk selalu:
- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali
- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali
- Bagi yang mampu menambah lebih banyak dari itu semua, maka akan menuai kebaikan berlimpah insya Allah.
3. Menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat
Rasulullah saw bersabda:
يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى
“Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah”. (Bukhari dan Muslim)
4. Berangkat kerja atau belajar dengan berharap karena Allah
Rasulullah saw bersabda:
مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ، وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ
“Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri, dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri”. (Bukhari)
Dalam hadits lainnya nabi juga bersabda:
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (Muslim)
d. Menyibukkan diri dengan dzikir sepanjang hari
Allah berfirman :
أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang” (Ra’ad : 28)
Rasulullah saw bersabda:
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ الله
“Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari berdzikir kepada Allah” (Thabrani dan Ibnu Hibban) .
5. Agenda saat shalat Zhuhur
a. Menjawab azan untuk shalat Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi laki-laki
b. Menunaikan sunnah rawatib sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur
Rasulullah saw bersabda:
مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ
“Barangsiapa yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan baginya dengannya rumah di surga”. (Muslim).
6. Agenda saat dan setelah shalat Ashar
a. Menjawab azan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di masjid
b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada)
Rasulullah saw bersabda:
مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ
“Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna”. (Thabrani – hasan shahih)
c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah
Rasulullah saw bersabda:
وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ
“Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya”.
Agenda prioritas:
Membaca Al-Quran dan berkomitmen semampunya untuk:
- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali
- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali
- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan, maka akan menuai kebaikan yang berlimpah insya Allah.
7. Agenda sebelum Maghrib
a. Memperhatikan urusan rumah tangga – melakukan mudzakarah – Menghafal Al-Quran
b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media
c. Menyibukkan diri dengan doa
Rasulullah saw bersabda:
الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ
“Doa adalah ibadah”
8. Agenda setelah terbenam matahari
a. Menjawab azan untuk shalat Maghrib
b. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)
c. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat
d. Membaca dzikir sore
e. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid
Rasulullah saw bersabda:
مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً
“Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya”. (Muslim)
9. Agenda pada waktu shalat Isya
a. Menjawab azan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid
b. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Isya – 2 rakaat
c. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturahim
d. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid
e. Dakwah melalui media atau lainnya
f. Melakukan mudzakarah
g. Menghafal Al-Quran
Agenda prioritas
Membaca Al-Quran dengan berkomitmen sesuai dengan kemampuannya untuk:
- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali
- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali
- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan bacaan maka telah menuai kebaikan berlimpah insya Allah.
Apa yang kita jelaskan di sini merupakan contoh, sehingga tidak harus sama persis dengan yang kami sampaikan, kondisional tergantung masing-masing individu. Semoga ikhtiar ini bisa memandu kita untuk optimalisasi ibadah insya Allah. Allahu a’lam
Jazaakillah
Sedikit revisi dari : http://www.al-ikhwan.net/agenda-harian-ramadhan-menuju-bahagia-di-bulan-ramadhan-2989/
0 komentar:
Posting Komentar