Usaha sang anak lelaki tadi akhirnya membuahkan hasil. Setelah pohonnya membersar, pohon itu mulai menghasilkan buah. Walaupunbelum matang benar, dapat terlihat buah yang dihasilkan adalah buah apel yang pastinya sangat enak.
Hari yang dinantipun tiba, satu demi satu buah apelnya matang. Sang anak lelaki bukan main senangnya. "Usahaku berhasil....Hore...."ucap sang anak dengan penuh suka cita.
Ya, kini apel menjadi makanannya sehari-hari. Hal itu wajar karena apelnya sangat enak. Lebih enak dari apel washington
Suatu hari ada tetangga sang anak tadi yang ingin mencicipi buah apel milik anak lelaki yang rajin tadi. Ia pun memberanikan diri untuk meminta buah apel itu ke pemiliknya.
"Wahai tetanggaku yang baik....bolehkah aku mencicipi buah apel yang itu" sambil menunjuk salah satu buah di pohon. "Kamu mau makan apel dari pohon yang aku tanam?" tanya anak lelaki. "Benar, sepertinya buah apel dari pohon yang kamu tanam sangat enak rasanya. Lihat saja warnyanya...ehmm its looks yummy..."
"Oh begitu...kalau kamu ingin makan apel kamu harus menanamnya sendiri. Lihat nih aku, setiap hari merawat pohon ini. Sendirian lagi, tanpa ada yang membantu. Usaha donk!!!Kan tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah!", jawab sang anak degan penuh kesombongan. Anak lelaki tadi langsung masuk rumah dan meninggalkan tetangganya yang meminta apel. sang tetangga akhirnya pulang dengan kecewa.
Setiap hari ada saja yang tergiur dengan buah apel yang ditanam oleh anak lelaki tadi. Tetapi jawaban yang sama senantiasa diucapkannya, "Oh begitu...kalau kamu ingin makan apel kamu harus menanamnya sendiri. Lihat nih aku, setiap hari merawat pohon ini. Sendirian lagi, tanpa ada yang membantu. Usaha donk!!!Kan tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah!". Para tetangga yang tergiur pun lagi-lagi pulang dengan kecewa.
Hari demi hari buah apel di gudang semakin penuh. Ternyata sang anak tidak mampu menghabiskannya sendirian. "waduh gimana nich, kalau dibiarkan terus pasti akan busuk", pikir anak lelaki tadi. Semapt terpikir untuk membarikannya kepada tetangga yang pernahb meminta buah apel darinya di waktuyang lampau. Tetapi niat itu diurungkan. "Enak saja kan aku yang menanamnya, masa diberikan begitu saja pada tetangga. No way...!
Buah apel pun coba dibawa ke pasar untuk dijual. "Wah kami ngga berani menjual buah ini, sebentar lagi busuk. Pasti jadi ngga enak lagi. Coba kamu datang beberapa hari yang lalu pasti kami beli. Its best apples taht i ever saw!" Satu demi satu penjual buah ditawari, dan jawaban yang diterima selalu sama "Wah kami ngga berani menjual buah ini, sebentar lagi busuk. Pasti jadi ngga enak lagi. Coba kamu datang beberapa hari yang lalu pasti kami beli. Its best apples taht i ever saw!". Sang anak pulang dengan rasa kecewa.
Bau yang menyengat tersebar ke seluruh kota hanya dalam beberapa hari. Ya benar, bau busuk ini dari buah-buah apel yang membusuk milik anak lelaki tadi. Bukan hanya satu, dua, atau tiga kilo yang busuk tapi apel di gudang busuk semua, (mungkin sang anak tadi tidak punya kulkas kali...jadi busukdech buahnya ). Sang anak tidak benari keluar rumah. Malu pastinya. Ia pun tak tahu harus berbuat apa untuk mengatasi masalah ini.
Para penduduk resah, terutama para tetanga yang tinggal di dekat rumah sang anak karena tidak tahan bau busuk yang menyengat. Akhirnya penduduk desa meminta sang anak untuk membawa apel-apel busuknya jauh keluar kota atau sang anak harus meninggalkan kota itu.
Sang anak memilih pilihan pertama, ia membawa seluruh apel busuknya ke suatu lembah dan membuangnya di sana. Ia menyesal andaikan buah itu dibagikan ke para tetangga pasti hasilnya tidak begini.
*****
Pesan yang ingin saya sampaikan melalui cerita ini adalah Indahnya berbagi.
Kita terkadang sama seperti anak lelaki tadi, merasa semua usaha kita adalah sepenuhnya milik kita, tidak ada untuk orang lain. Terkadang kita berucap, "Usaha donk kalau ingin sukses, Kerja donk...kalau ingin kaya, belajar donk...kalau ingin pintar." Ya itu sepenuhnya benar, tapi apa salahnya membagi sedikit kebahagiaan kita kepada saudara-saudara yang lain. Ini lebih baik dari pada menyimpannya di "gudang" dan membiarkannya "membusuk".
Mulai sekarang kita akan coba untuk senantiasa berbagi. Sekali lagi Ini lebih baik dari pada menyimpannya di "gudang" dan membiarkannya "membusuk".
Sumber : http://titiktitiknol.blogspot.com/2011/01/anak-lelaki-dan-apel-busuk.html
Wallahu a’lam bish-shawabi... (hanya Allah yang Mahatahu Kebenarannya)
Catatan ini kami tujukan untuk kami pada khususnya
dan untuk semua pembaca pada umumnya...
Jika terjadi kesalahan dan kekurangan disana-sini dalam catatan ini...
Itu hanyalah dari kami...
dan kepada Allah SWT., kami mohon ampunan...
Semoga Allah SWT. memberi kekuatan untuk kita amalkan... Amin
Wassalam...
Semoga Bermanfaat dan bisa kita ambil hikmahnya... Amin
Silahkan COPY atau SHARE ke rekan anda jika menurut anda notes ini bermanfaat...
Catatan :
Lampirkan sumbernya ya... Syukron
0 komentar:
Posting Komentar