KAIRO -- Seorang turis Australia yang tinggal di Kairo bercerita
kepada ABC sempat ditangkap dan dipukuli karena merekam aparat tak
berseragam saat menembaki demonstran.
Warga Australia Dylan Bradbury, 24 tahun, tinggal di sebuah hotel di pusat kota Kairo saat para demonstran tiba sekitar tempatnya menginap. Dia mengungkapkan sekitar 10 demonstran waktu itu melemparkan batu di jalanan dan disaat yang sama Bradbury juga mendengar letusan senjata.
“Saya melihat tembakan dilepaskan
dan orang bersembunyi di balik dindung dan saya berfikir, ‘wow, Anda
tahu, saya ingin merekamnya’,” ceritanya kepada program ABC's The World
Today.
Bradbury mengatakan dia langsung turun dan menuju jalanan untuk merekam semua yang terjadi termasuk merekam laki laki tak berseragam sedang membidik dan menembak.
“Saat ketika....mereka melihat saya merekam, saya kira mereka harus mengambil handphone saya,” katanya.
“Mereka melihat saya sebelum saya sadar saya diseret ke tengah mereka dan memaksa saya tengkurap dan saya mencoba mempertahankan telpon saya karena itu milik teman yang berisi dnegan foro Mesir,” lanjutnya.
Orang orang tak berseragam itu berhasil merampas telfonnya dan Bradbury digelandang ke kantor polisi dimana dia dituduh dan diserang.
Audio: Listen to interview with Dylan Bradbury (The World Today)
“Saat saya berjalan ditangga, seorang pria memukul dada saya di kantor polisi,” kenangnya.
Dia menduga yang memukul adalah polisi karena sedang memegang pistol.
“Saya tidak begitu merasakannya karena adrenalin saya sedang terpacu, tapi saya bisa merasakannya sekarang,” ungkap Bradbury.
Polisi memaksanya untuk menghapus semua rekaman di dalam telepon.
“Saya coba, tapi saya tidak bisa karena ini milik teman saya, saya tidak tahu cara menggunakannya karena ada kata kuncinya’, tapi mereka tidak percaya,” Bradbury coba menjelaskan.
“Mereka menuduh saya bohong, tapi mereka membawa ke teman saya kembali dan memberikan kata kuncinya dan menghapus rekaman,” katanya lega.
Tapi belum cukup sampai di situ, petugas meminta semua rekaman dan foto dihapus serta mengancam memborgol serta menahannya di sana selama dua hari.
Namun tiba tiba polisi membatalkan rencananya beberapa menit kemudian dan melepasnya.
“Saya bisa mendapat kata kunci dan telpon teman saya kembali,” jelasnya.
"Mereka ingin menyingkirkan rekaman karena menunjukkan, Anda tahu, seorang pria dengan AK-47 menembaki orang-orang. Mereka tidak ingin itu keluar," katanya.
Rudd minta WN Australia berhati hati
Perdana Menteri Kevin Rudd menyatakan dia sudah berbicata dengan Duta Besar di Kairo soal peristiwa kerusuhan. Dia meminta agar warga Australia mempertimbangkan kembali jika ingin menuju Mesir.
“Kami mendesak warga Australia menghindari demonstrasi dan protest yang bisa menimbulkan kekerasan,” tegas Rudd.
Rudd berahap semua warga Australia memonitor berita dari media lokal dan meminta semua warga Australia yang khawatir atas kondisinyauntuk meninggalkan Mesir.
Kevin Rudd bersama pemimpin dunia lainny juga mendesak agar pasukan keamanan Mesir bisa menahan diri. Operasi pembubaran kemarin dimulai pada sore hari saat pasukan keamanan mengepung kamp Rabaa al-Adawiya di sebelah timur Kairo dan kamp lainnya di alun alun Nahda yang berada di ibukota.
Buldoser lapis baja menerobos barikade dan saksi mata mengatakan pasukan keamanan mulai menembaki demonstran. Mayat mayat dibungkus karpet dan dibawa ke kamar mayat darurat sedangkan klinik darurat didirikan di Masjid.
Ratusan orang terkonfirmasi terbunuh dekat Kairo setelah pasukan keamanan mulai merangsek dan menembaki demonstran pendukung mantan Presiden Mursi.
Kelompok Ikhwanul Muslimin menyebutkan lebih dari 2.000 orang tewas selama “pembantaian”, sementara menteri kesehatan Mesir menyampaikan korban tewas di seluruh Mesir hanya 278 orang.
Warga Australia Dylan Bradbury, 24 tahun, tinggal di sebuah hotel di pusat kota Kairo saat para demonstran tiba sekitar tempatnya menginap. Dia mengungkapkan sekitar 10 demonstran waktu itu melemparkan batu di jalanan dan disaat yang sama Bradbury juga mendengar letusan senjata.
Bradbury mengatakan dia langsung turun dan menuju jalanan untuk merekam semua yang terjadi termasuk merekam laki laki tak berseragam sedang membidik dan menembak.
“Saat ketika....mereka melihat saya merekam, saya kira mereka harus mengambil handphone saya,” katanya.
“Mereka melihat saya sebelum saya sadar saya diseret ke tengah mereka dan memaksa saya tengkurap dan saya mencoba mempertahankan telpon saya karena itu milik teman yang berisi dnegan foro Mesir,” lanjutnya.
Orang orang tak berseragam itu berhasil merampas telfonnya dan Bradbury digelandang ke kantor polisi dimana dia dituduh dan diserang.
Audio: Listen to interview with Dylan Bradbury (The World Today)
“Saat saya berjalan ditangga, seorang pria memukul dada saya di kantor polisi,” kenangnya.
Dia menduga yang memukul adalah polisi karena sedang memegang pistol.
“Saya tidak begitu merasakannya karena adrenalin saya sedang terpacu, tapi saya bisa merasakannya sekarang,” ungkap Bradbury.
Polisi memaksanya untuk menghapus semua rekaman di dalam telepon.
“Saya coba, tapi saya tidak bisa karena ini milik teman saya, saya tidak tahu cara menggunakannya karena ada kata kuncinya’, tapi mereka tidak percaya,” Bradbury coba menjelaskan.
“Mereka menuduh saya bohong, tapi mereka membawa ke teman saya kembali dan memberikan kata kuncinya dan menghapus rekaman,” katanya lega.
Tapi belum cukup sampai di situ, petugas meminta semua rekaman dan foto dihapus serta mengancam memborgol serta menahannya di sana selama dua hari.
Namun tiba tiba polisi membatalkan rencananya beberapa menit kemudian dan melepasnya.
“Saya bisa mendapat kata kunci dan telpon teman saya kembali,” jelasnya.
"Mereka ingin menyingkirkan rekaman karena menunjukkan, Anda tahu, seorang pria dengan AK-47 menembaki orang-orang. Mereka tidak ingin itu keluar," katanya.
[removed]// [removed]
Video: Jane Cowan reports on the mayhem in Egypt (ABC News)
Rudd minta WN Australia berhati hati
Perdana Menteri Kevin Rudd menyatakan dia sudah berbicata dengan Duta Besar di Kairo soal peristiwa kerusuhan. Dia meminta agar warga Australia mempertimbangkan kembali jika ingin menuju Mesir.
“Kami mendesak warga Australia menghindari demonstrasi dan protest yang bisa menimbulkan kekerasan,” tegas Rudd.
Rudd berahap semua warga Australia memonitor berita dari media lokal dan meminta semua warga Australia yang khawatir atas kondisinyauntuk meninggalkan Mesir.
Kevin Rudd bersama pemimpin dunia lainny juga mendesak agar pasukan keamanan Mesir bisa menahan diri. Operasi pembubaran kemarin dimulai pada sore hari saat pasukan keamanan mengepung kamp Rabaa al-Adawiya di sebelah timur Kairo dan kamp lainnya di alun alun Nahda yang berada di ibukota.
Buldoser lapis baja menerobos barikade dan saksi mata mengatakan pasukan keamanan mulai menembaki demonstran. Mayat mayat dibungkus karpet dan dibawa ke kamar mayat darurat sedangkan klinik darurat didirikan di Masjid.
Ratusan orang terkonfirmasi terbunuh dekat Kairo setelah pasukan keamanan mulai merangsek dan menembaki demonstran pendukung mantan Presiden Mursi.
Kelompok Ikhwanul Muslimin menyebutkan lebih dari 2.000 orang tewas selama “pembantaian”, sementara menteri kesehatan Mesir menyampaikan korban tewas di seluruh Mesir hanya 278 orang.
Sumber : http://www.radioaustralia.net.au/indonesian/2013-08-15/cerita-turis-australia-dipukuli-saat-rekam-penembakan-di-kairo/1176758 |
0 komentar:
Posting Komentar