Kekuatan Sholat Dhuha
Abu Dzar r.a., dia berkata,
Rasulullah SAW., bersabda, “Setiap tulang dan persendian badan dari kamu
ada sedekahnya; setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah
sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah,
setiap amar ma’ruf adalah sedekah dan setiap nahi munkar adalah sedekah.
maka, yang dapat mencukupi hal itu hanyalah dua raka’at yang
dilakukannya dari shalat dua.” ( HR.Ahmad, Muslim dan Abu Daud )
AWALI HARI DENGAN SHOLAT DHUHA
Sebagian kita sudah tak asing lagi dengan
sholat sunnah yang satu ini. Namun pengetahuan belum menunjukkan sebuah
perbuatan: sebuah pengamalan dalam beribadah. Hal ini bisa jadi karena
kita malas, tak punya waktu mengerjakannya, tidak tahu bagaimana cara
melaksanakannya, tak tahu segenap keutamaannya (fadilah ) yang
tersembunyi didalamnya.
Abu Hurairah r.a. meriwayatkan: ” Kekasihku, Rasulullah SAW berwasiat kepadaku mengenai tiga hal :
a). agar aku berpuasa sebanyak tiga hari pada setiap bulan,
b). melakukan sholat dhuha dua raka’at dan
c). melakukan sholat witir sebelum tidur.” ( H.R. Bukhari & Muslim ).
Di hadits yang lain dikatakan bahwa Mu’azah al Adawiyah bertanya kepada Aisyah binti Abu Bakar r.a :” apakah Rasulullah SAW, melakukan sholat dhuha ?” Aisyah menjawab,” Ya, Rasulullah SAW melakukannya sebanyak empat raka’at atau menambahnya sesuai dengan kehendak Allah SWT. (H.R. Muslim,an-Nasa’i, at-Tirmizi, dan Ibnu Majah). Demikianlah hadits hadits tersebut meneguhkan ihwal kesunnahan sholat dhuha.
a). agar aku berpuasa sebanyak tiga hari pada setiap bulan,
b). melakukan sholat dhuha dua raka’at dan
c). melakukan sholat witir sebelum tidur.” ( H.R. Bukhari & Muslim ).
Di hadits yang lain dikatakan bahwa Mu’azah al Adawiyah bertanya kepada Aisyah binti Abu Bakar r.a :” apakah Rasulullah SAW, melakukan sholat dhuha ?” Aisyah menjawab,” Ya, Rasulullah SAW melakukannya sebanyak empat raka’at atau menambahnya sesuai dengan kehendak Allah SWT. (H.R. Muslim,an-Nasa’i, at-Tirmizi, dan Ibnu Majah). Demikianlah hadits hadits tersebut meneguhkan ihwal kesunnahan sholat dhuha.
Status sunnah sholat dhuha di atas tentu
saja tidak berangkat dari ruang kosong. Berdasarkan tinjauan agama,
paling tidak beragam keutamaanya (fadilah ) yang bisa ditarik:
PERTAMA:Sholat dhuha merupakan ekspresi terimakasih kita kepada Allah SWT, atas nikmat sehat bugarnya setiap sendi tubuh kita. menurut Rasulullah SAW, setiap sendi ditubuh kita berjumlah 360 sendi yang setiap harinya harus kita beri sedekah sebagai makanannya. Dan kata Nabi SAW, sholat dhuha adalah makanan sendi – sendi tersebut.
“Pada setiap manusia diciptakan 360 persendian dan seharusnya orang yang bersangkutan (pemilik sendi) bersedekah untuk setiap sendinya.” Lalu, para sahabat bertanya:” Ya Rasulullah SAW, siapa yang sanggup melakukannya? ” Rasulullah SAW menjelaskan: “Membersihkan kotoran yang ada di masjid atau menyingkirkan sesuatu ( yang dapat mencelakakan orang ) dari jalan raya, apabila ia tidak mampu maka sholat dhuha dua raka’at, dapat menggantikannya” ( H.R. Ahmad bin Hanbal dan Abu Daud )
KEDUA:
Sholat dhuha merupakan wahana pengharapan kita akan rahmat dan nikmat Allah sepanjang hari yang akan dilalui, entah itu nikmat fisik maupun materi. Rasulullah SAW bersabda, ” Allah berfirman, “Wahai anak Adam, jangan sekali kali engkau malas melakukan sholat empat raka’at pada pagi hari, yaitu sholat dhuha, niscaya nanti akan Kucukupi kebutuhanmu hingga sore harinya.” ( H.R. al-Hakim dan at-Tabrani).
Lebih dari itu, momen sholat dhuha
merupakan saat dimana kita mengisi kembali semangat hidup baru. Kita
berharap semoga hari yang akan kita lalui menjadi hari yang lebih baik
dari hari kemarin. Disinilah, ruang kita menanam optimisme hidup. Bahwa
kita tidak sendiri menjalani hidup. Ada Sang Maha Rahman yang senantiasa
akan menemani kita dalam menjalani hidup sehari-hari.
KETIGA:
Sholat dhuha sebagai pelindung kita untuk menangkal siksa api neraka di Hari Pembalasan (Kiamat) nanti. Hal ini ditegaskan Nabi SAW dalam haditsnya, “Barangsiapa melakukan sholat fajar, kemudian ia tetap duduk ditempat shalatnya sambil berdzikir hingga matahari terbit dan kemudian ia melaksanakan sholat dhuha sebanyak dua raka’at, niscaya Allah SWT, akan mengharamkan api neraka untuk menyentuh atau membakar tubuhnya” (H.R.al-Baihaqi)
Sholat dhuha sebagai pelindung kita untuk menangkal siksa api neraka di Hari Pembalasan (Kiamat) nanti. Hal ini ditegaskan Nabi SAW dalam haditsnya, “Barangsiapa melakukan sholat fajar, kemudian ia tetap duduk ditempat shalatnya sambil berdzikir hingga matahari terbit dan kemudian ia melaksanakan sholat dhuha sebanyak dua raka’at, niscaya Allah SWT, akan mengharamkan api neraka untuk menyentuh atau membakar tubuhnya” (H.R.al-Baihaqi)
KEEMPAT:
Bagi orang yang merutinkan shalat dhuha, niscaya Allah mengganjarnya dengan balasan surga. Rasulullah SAW bersabda, “Di dalam surga terdapat pintu yang bernama bab ad-dhuha ( pintu dhuha ) dan pada hari kiamat nanti ada orang yang memanggil,” Dimana orang yang senantiasa mengerjakan sholat dhuha ? Ini pintu kamu, masuklah dengan kasih sayang Allah.” ( H.R. at-Tabrani).
Bila menilik serangkaian fadilah di atas, cukup beralasan, bila Nabi SAW menghimbau umatnya untuk senantiasa membiasakan diri dengan sholat dhuha ini. Kendati demikian, untuk meraih fadilah tersebut, beberapa tata cara pelaksanaannya, kiranya perlu diperhatikan.
Bagi orang yang merutinkan shalat dhuha, niscaya Allah mengganjarnya dengan balasan surga. Rasulullah SAW bersabda, “Di dalam surga terdapat pintu yang bernama bab ad-dhuha ( pintu dhuha ) dan pada hari kiamat nanti ada orang yang memanggil,” Dimana orang yang senantiasa mengerjakan sholat dhuha ? Ini pintu kamu, masuklah dengan kasih sayang Allah.” ( H.R. at-Tabrani).
Bila menilik serangkaian fadilah di atas, cukup beralasan, bila Nabi SAW menghimbau umatnya untuk senantiasa membiasakan diri dengan sholat dhuha ini. Kendati demikian, untuk meraih fadilah tersebut, beberapa tata cara pelaksanaannya, kiranya perlu diperhatikan.
Kata dhuha yang mengiringi sholat sunnah
ini berarti terbit atau naiknya matahari. Wajar bila sholat ini,
kemudian, dilakukan pada pagi hari ketika matahari mulai menampakkan
sinarnya. Namun, beberapa ulama fikh berbeda pendapat tentang ketentuan
waktunya.
Imam Nawawi di dalam kitab ar-Raudah
mengatakan bahwa waktu sholat dhuha itu dimulai, sejak terbitnya
matahari, yakni sekitar setinggi lembing (lebih kurang 18 derajat).
Sementara Abdul Karim bin Muhammad ar-Rifai, seorang ahli fikih
bermazhab Syafi’i berkomentar bahwa sholat itu lebih utama bila
dikerjakan saat matahari lebih tinggi dari itu
RAKAAT DHUHA
Sholat dhuha merupakan sholat yang tidak
menyusahkan untuk dikerjakan. Sebab, pasalnya sholat dhuha itu
menyesuaikan kemampuan dan kesempatan muslim yang hendak mengamalkannya.
Poin ini tergambar dengan jelas pada bilangan raka’atnya. Mulai dari 2
raka’at, 4 raka’at, 8 raka’at hingga 12 raka’at. Masing masing raka’at
memiliki sandaran hadits Rasulullah SAW, sebagaimana yang penulis
singgung di atas.
Sayid Sabiq, ahli fikih dari Mesir,
menyimpulkan bahwa batas minimal sholat dhuha itu 2 raka’at sedangkan
batas maksimalnya adalah delapan raka’at. Pada ketentuan minimal dapat
ditemukan pada hadits riwayat Abu Hurairah. Sementara ketentuan maksimal
dapat ditemukan pada hadits fi’li ( perbuatan ) yang diriwayatkan
Aisyah,r.q, ” Rasulullah SAW, masuk kerumah saya lalu melakukan sholat dhuha sebanyak delapan raka’at.” ( H.R. Ibnu Hiban )
Bahkan lebih dari itu, menurut ulama mazhab Hanafi jumlah maksimal raka’at sholat dhuha itu enam belas raka’at . Sedang Abu Ja’far Muhammad bin Jarir at-Tabari, pengarang kitab Tafsir Jami al-Bayan, sebagian ulama mazhab Syafi’i dan Ibnu Qayyim al-Jauziyyah berpendapat bahwa tidak ada batas maksimal untuk jumlah raka’at sholat dhuha. Semuanya tergantung pada kemampuan dan kesanggupan orang yang ingin mengerjakannya. Wallahu’alam bil shawab. ( Muaz/Hidayah).
Bahkan lebih dari itu, menurut ulama mazhab Hanafi jumlah maksimal raka’at sholat dhuha itu enam belas raka’at . Sedang Abu Ja’far Muhammad bin Jarir at-Tabari, pengarang kitab Tafsir Jami al-Bayan, sebagian ulama mazhab Syafi’i dan Ibnu Qayyim al-Jauziyyah berpendapat bahwa tidak ada batas maksimal untuk jumlah raka’at sholat dhuha. Semuanya tergantung pada kemampuan dan kesanggupan orang yang ingin mengerjakannya. Wallahu’alam bil shawab. ( Muaz/Hidayah).
TUNAIKAN SHOLAT DHUHA
Sholat ini cukup hanya 2 rakaat dengan
doa yang amat indah dan menyejukkan. Waktunya sangat panjang, mulai
suruq (habisnya waktu subuh) sampai dengan menjelang masuk waktu dhuhur –
logikanya pasti bisa menunaikannya. Namun di-muakkadkan (dianjurkan
dengan sangat) untuk dilaksanakan sebelum kita memulai pekerjaan kita.
Sehingga niat kita bekerja adalah semata-mata bernilai ibadah. Dengan
demikian pekerjaan kita, InsyaAllah, akan mendapat ridho dari Allah SWT.
Amiin.
Lihat dan saksikanlah (harap diartikan menjadi saksi atas keindahan dan kesejukan) doa dhuha ini – masyaaalloh – sbb. (terjemahan) :
Ya Allah, bahwasannya waktu dhuha itu adalah waktuMU,
dan keagungan itu adalah keagunganMU,
dan keindahan itu adalah keindahanMU,
dan kekuatan itu adalah kekuatanMU,
dan perlindungan itu adalah perlindunganMU,
Ya Allah, jika rizkiku masih di atas langit, maka turunkanlah,
jika masih di dalam bumi, maka keluarkanlah,
jika masih sukar, maka mudahkanlah,
jika (ternyata) haram, maka sucikanlah,
jika masih jauh, maka dekatkanlah,
Berkat waktu dhuha, keagungan, keindahan, kekuatan dan kekuasaanMU,
limpahkanlah kepada kami segala yang telah Engkau limpahkan kepada
hamba-hambaMU yang sholeh.
Amiin Ya Robbal Alamiin.
dan keagungan itu adalah keagunganMU,
dan keindahan itu adalah keindahanMU,
dan kekuatan itu adalah kekuatanMU,
dan perlindungan itu adalah perlindunganMU,
Ya Allah, jika rizkiku masih di atas langit, maka turunkanlah,
jika masih di dalam bumi, maka keluarkanlah,
jika masih sukar, maka mudahkanlah,
jika (ternyata) haram, maka sucikanlah,
jika masih jauh, maka dekatkanlah,
Berkat waktu dhuha, keagungan, keindahan, kekuatan dan kekuasaanMU,
limpahkanlah kepada kami segala yang telah Engkau limpahkan kepada
hamba-hambaMU yang sholeh.
Amiin Ya Robbal Alamiin.
Bila anda tidak dapat membaca teks
Arab-nya waktu berdoa, bacalah teks Indonesianya saja secara khusu’ dan
tawaddhu’ (dengan kerendahan hati). InsyaAllah kita akan menjadi orang
yang :
1. Tawaddhu’ [penuh dengan kerendahan hati alias tidak sombong (tinggi hati) – apapun pangkat dan kedudukan kita.
2. Percaya bahwa bekerja itu adalah bernilai ibadah , sehingga apapun yang menjadi tugas kita, seberat apapun, insyaalloh, akan mendapat ridho dan pertolongan dari Allah SWT.
3. Percaya segala sesuatu di dunia ini ada yang Maha dari segala-galanya.
4. Dihapuskan segala dosa meskipun dosa itu sebesar buih lautan.
1. Tawaddhu’ [penuh dengan kerendahan hati alias tidak sombong (tinggi hati) – apapun pangkat dan kedudukan kita.
2. Percaya bahwa bekerja itu adalah bernilai ibadah , sehingga apapun yang menjadi tugas kita, seberat apapun, insyaalloh, akan mendapat ridho dan pertolongan dari Allah SWT.
3. Percaya segala sesuatu di dunia ini ada yang Maha dari segala-galanya.
4. Dihapuskan segala dosa meskipun dosa itu sebesar buih lautan.
(Al-hadist). InsyaAllah !!!
KEMULIAAN ORANG YANG SHOLAT DHUHA
Orang yang suka memulai di pagi harinya
dengan menyebut dan mengagungkan Allah dengan melakukan shalat dhuha
yakni shalat sunnat dua rakaat sekali, dua kali, tiga kali atau empat
kali sesudah naik matahari kira-kira antara jam 7 sampai dengan jam 11,
Allah SWT akan menjamin baginya dengan jaminan istimewa di dunia dan
akhirat.
Perbuatan tersebut adalah kebiasaan yang dilakukan Rasulullah SAW selama hidupnya, sebagaimana beberapa keterangan antara lain :
“Telah berkata Abu Huraerah :
Kekasih saya, (Nabi Muhammad SAW) telah berwasiat tiga perkara kepada
saya, yaitu puasa tiga hari tiap-tiap bulan, sembahyang dhuha dua rakaat
dan sembahyang witir sebelum tidur”. (Hadits Shahih Riwayat Bukhari
Muslim).
“Ada orang bertanya kepada
Aisyah : Adakah Rasulullah SAW sembahyang dhuha? Jawabnya : Ada, empat
rakaat, dan terkadang ia tambah yang dikehendaki oleh Allah”. (H.R.
Muslim).
“Telah berkata Ummu Hani :
Rasulullah SAW pernah pergi mandi, dan dilindungi oleh Fatimah, kemudian
ia ambil kainnya, lalu berselimut dengan itu, kemudian ia sembahyang
delapan rakaat, sembahyang Dhuha”. (Riwayat Bukhari Muslim 318 –
Pengajaran Shalat).
Memang SHALAT DHUHA merupakan
keistimewaan yang luar biasa, sebab manusia akan merasa berat dan bahkan
terlalu berat disaat-saat yang tanggung untuk berangkat kerja atau
sedang kerja (sekitar jam 7 hingga jam 11), dia menyempatkan diri dulu
buat melakukan shalat sunnat tersebut.
Padahal dirasa berat hanyalah apabila
belum biasa dan belum tahu keistimewaannya. Lain halnya dengan orang
yang sudah tahu keistimewaannya dan imannya pun cukup kuat, tentu walau
bagaimanapun keadaannya, apakah dia mau berangkat, ataukah sedang
dikantor, tentu ia mengutamakan shalat itu barang sebentar, ia merasa
sayang akan keutamaan ridha Allah yang ada pada shalat tersebut.
Keutamaan shalat DHUHA dalam pahalanya
memadai buat mensucikan seluruh anggota tubuh yang padanya ada hak untuk
dikeluarkan shadaqahnya. Sebagimana keterangan Rasulullah SAW bahwa
setiap persendian itu ada hak untuk dikeluarkan shadaqahnya. Sedang
dengan tasbih, tahmid, takbir dan amar ma’ruf nahyil munkar, cukuplah
memadai buat kafarat kepada haq tersebut. Tapi semua itu cukuplah
memadai dengan shalat DHUHA dua rakaat :
“Dari Abu Huraerah
ridliyallhu ‘anhu, Rasulullah SAW bersabda : Pada tiap-tiap persendian
itu ada shadaqahnya, setiap tasbih adalah shadaqah, setiap tahmid adalah
shadaqah, setiap tahlil adalah shadaqah, setiap takbir adalah shadaqah
(bacaanya : SUBHANALLAH/MAHA SUCI ALLAH, ALHAMDULILLAH/SEGALA PUJI BAGI
ALLAH, LAA ILAHA ILLALLAHU/TIADA TUHAN SELAIN ALLAH, ALLHU AKBAR/ALLAH
MAHA BESAR), setiap amar ma’ruf nahyil munkar itu shadaqah. Dan cukuplah
memadai semua itu dengan memperkuat/melakukan dua rakaat shalat dhuha”
(Riwayat Muslim – Dalilil Falihin Juz III, hal 627).
Dalam hadits qudsi disebutkan bahwa
shalat empat rakaat dipagi hari, Allah bakal menjamin dan mencukupkan
segalanya dengan limpahan barakah sepanjang hari itu, sehingga bathinpun
akan terasa damai walau apapun tantangan hidup yang merongrong, karena
dia telah sadar semua itu ketetapan Allah :
“Hai anak Adam, tunaikanlah
kewajibanmu untuk KU, yaitu sembahyang empat rakaat pada pagi hari,
niscaya Aku akan mencukupi sepanjang harimu (Hadits Riwayat Imam Ahmad,
Abu Ya’la).
Dengan lafadz lain berbunyi :
“Hai anak Adam,
bersembahyanglah untuk KU empat rakaat pada pagi hari, aku akan
mencukupimu sepanjang hari itu” (Riwayat Ahmad dari Abi Murrah).
Coba renungkankan isi daripada do’a
setelah shalat dhuha itu, nadanya seolah-olah memaksa untuk
diperkenankan oleh Allah. Dan memang demikianlah lafadz do’a tersebut
diajarkan oleh Rasulullah SAW :
“Ya Allah, bahwasanya waktu
dhuha itu waktu dhuha (milik) Mu, kecantikan ialah kencantikan (milik)
Mu, keindahan itu keindahan (milik) Mu, kekuatan itu kekuatan (milik)
Mu, kekuasaan itu kekuasaan (milik) Mu, dan perlindungan itu
perlindungan Mu”.
Ya Allah, jika rizqiku masih
diatas langit, turunkanlah (berlafadz perintah), dan jika ada di didalam
bumi, keluarkanlah, jika sukar, mudahkanlah, jika haram sucikanlah,
jika masih jauh dekatkanlah, berkat waktu dhuha, keagungan, keindahan,
kekuatan dan kekuasaan Mu, limpahkanlah kepada kami segala yang telah
Engkau limpahkan kepada hamba-hamba Mu yang shaleh”.
Itulah keistimewaan dan keutamaan shalat
DHUHA, didunia memberikan keberkahan hidup kepada pelakunya,
diakheratpun /di hari kiamat orang itu dipanggil/dicari Tuhan untuk
dimasukkan ke dalam syurga, sebagaimana sabda Nya didalam hadits qudsi :
“Sesungguhnya di dalam
syurga, ada pintu yang dinamakan pintu DHUHA, maka ketika datang hari
kiamat memanggillah (yang memanggil Allah), dimanakah orang yang selalu
mengerjakan sembahyang atas Ku dengan sembahyang DHUHA? inilah pintu
kamu, maka masuklah kamu ke dalam syurga dengan rahmat Allah”. (Riwayat
Thabrani dari Abu Huraerah).
Dalam hadits qudsi disebutkan bahwa
shalat empat rakaat dipagi hari, Allah bakal menjamin dan mencukupkan
segalanya dengan limpahan barakah sepanjang hari itu, sehingga bathinpun
akan terasa damai walau apapun tantangan hidup yang merongrong, karena
dia telah sadar semua itu ketetapan Allah
Keutamaan shalat Dhuha
Banyak hadits Rasulullah saw yang bercerita tentang keutamaan shalat Dhuha, diantaranya :
“Di setiap sendiri seorang dari kamu terdapat sedekah, setiap tasbih (ucapan subhanallah) adalah sedekah, setiap tahmid (ucapan alhamdulillah) adalah sedekah, setiap tahlil (ucapan lailahaillallah) adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kepada kebaikan adalah sedekah, mencegah dari kemungkaran adalah sedekah. Dan dua rakaat Dhuha diberi pahala” (Dikeluarkan oleh Muslim).
Di dalam Fath al-Bari, Imam Ibnu Hajar berkata:
“Salah satu dari faidah shalat Dhuha adalah diberi pahala
sedekah bagi seluruh sendi manusia dalam setiap hari. Dan jumlah sendi
itu adalah tiga ratus enam puluh sendi” . Kedua : Ghanimah (keuntungan) yang besar.
Dari Abdullah bin `Amr bin `Ash radhiyallahu `anhuma, ia berkata :
“Rasulullah saw mengirim sebuah pasukan perang.
Nabi saw berkata: “Perolehlah keuntungan (ghanimah) dan cepatlah kembali!. Mereka akhirnya saling berbicara tentang dekatnya tujuan (tempat) perang dan banyaknya ghanimah (keuntungan) yang akan diperoleh dan cepat kembali (karena dekat jaraknya).
Lalu Rasulullah saw berkata; “Maukah kalian aku tunjukkan kepada tujuan paling dekat dari mereka (musuh yang akan diperangi), paling banyak ghanimah (keuntungan) nya dan cepat kembalinya?
Mereka menjawab; “Ya!
Rasul berkata lagi: “Barangsiapa yang berwudhu’, kemudian masuk ke dalam masjid untuk melakukan shalat Dhuha, dia lah yang paling dekat tujuanannya (tempat perangnya), lebih banyak ghanimahnya dan lebih cepat kembalinya”
(Shahih al-Targhib: 666).
Ketiga : sebuah rumah di dalam surga.
Bagi yang rajin mengerjakan shalat Dhuha, maka ia akan dibangunkan sebuah rumah di dalam surga. Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadits Nabi saw:
“Barangsiapa yang shalat Dhuha sebanyak empat rakaat dan
empat rakaat sebelumnya, maka ia akan dibangunkan sebuah rumah di surga”
Bagi yang rajin mengerjakan shalat Dhuha, maka ia akan dibangunkan sebuah rumah di dalam surga. Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadits Nabi saw:
(Shahih al-Jami`: 634).
Keempat : dua rakaat di awal hari, memperoleh ganjaran di sore hari.
Dari Abu Darda’ ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw berkata:
“Allah ta`ala berkata: Dari Abu Darda’ ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw berkata:
“Wahai anak Adam, shalatlah untuk-Ku empat rakaat dari awal hari, maka Aku akan mencukupi kebutuhanmu (ganjaran) pada sore harinya”
(Shahih al-Jami`: 4339).
Dalam sebuah riwayat juga disebutkan:
“Innallaa `azza wa jalla yaqulu: Yabna adama akfnini awwala al-nahar bi’arba`i raka`at ukfika bihinna akhira yaumika”
(Sesungguhnya Allah `Azza Wa Jalla berkata: “Wahai anak Adam,
cukuplah bagi-Ku empat rakaat di awal hari, maka aku akan mencukupimu di
sore harimu”).“Innallaa `azza wa jalla yaqulu: Yabna adama akfnini awwala al-nahar bi’arba`i raka`at ukfika bihinna akhira yaumika”
(Akfini awwala al-nahar bi’arbai r aka`at) arti dari akfini di sini adalah kerjakanlah dan lakukanlah karena Aku. Diungkapkan dengan lafazh seperti itu sebagai bentuk resiprokal (al-musyarakah) dengan perkataan Allah dalam kata ukfika.
(Ukfika akhirahu ): maksudnya adalah kecukupan Allah kepada hamba-Nya dengan cara menjaganya dari kejahatan dan memeliharanya dari kejahatan, memberikan rizki-Nya dari arah yang tidak disangka-sangka serta dimudahkan segala urusannya. Menurut ahli ilmu adalah bahwa empat rakaat tersebut adalah rakaat shalat Dhuha.
Kelima : pahala Umrah.
Dari Abu Umamah ra bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Barangsiapa yang keluar dari rumahnya dalam keadaan bersuci untuk melaksanakan shalat wajib, maka pahalanya seperti seorang yang melaksanakan haji. Barangsiapa yang keluar untuk melaksanakan shalat Dhuha, maka pahalanya seperti orang yang melaksanakan `umrah….”
(Shahih al-Targhib: 673).
Dalam sebuah hadits yang lain disebutkan bahwa Nabi saw bersabda:
“Barangsiapa yang mengerjakan
shalat fajar (shubuh) berjamaah, kemudian ia (setelah usai) duduk
mengingat Allah hingga terbit matahari, lalu ia shalat dua rakaat
(Dhuha), ia mendapatkan pahala seperti pahala haji dan umrah; sempurna,
sempurna, sempurna” (Shahih al-Jami`: 6346).
~ semoga bermanfaat, dan semakin istiqomah menjemput rezeki yang halal, amin ~
*http://msudarman.wordpress.com/2011/05/31/membuka-pintu-rezeki-dengan-sholat-dhuha/
0 komentar:
Posting Komentar